Rekam Adegan Intim dengan 2 Mahasiswi, Mahasiswa Ini Dikeluarkan dari NUS
loading...
A
A
A
SINGAPURA - Seorang mahasiswa dari National University of Singapore (NUS) dikeluarkan dari kampus atas tuduhan merekam adegan hubungan intimnya dengan dua dua mahasiswi tanpa persetujuan keduanya.
Pihak NUS melalui seorang juru bicaranya mengatakan kepada TODAY pada hari Senin (12/4/2021) bahwa sidang dewan disipliner telah digelar pada bulan Februari setelah tuduhan tersebut muncul.
"Mahasiswa tersebut telah memfilmkan dua mahasiswi secara terpisah, tanpa persetujuan mereka, saat melakukan tindakan seksual dengan mereka," kata pihak universitas.
Mahasiswa, yang tidak disebutkan namanya oleh NUS, resmi diberhentikan pada 10 Februari.
"Sanksi disiplin akan menjadi bagian dari catatan pendidikan formal mahasiswa (dan mahasiswi) di universitas," kata NUS.
Pihak kampus tersebut menambahkan bahwa keselamatan dan kesejahteraan para mahasiswa dan mahasiswi adalah prioritas utama universitas.
"Setelah diberitahu tentang kasus ini, universitas mengeluarkan perintah no-contact kepada mahasiswa (terkait) untuk melarangnya menghubungi para korban," imbuh NUS.
Unit perawatan NUS memberikan dukungan dan bantuan kepada para korban.
Tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan, karena polisi sedang menyelidiki masalah tersebut.
TODAY, yang berbasis di Singapura, menghubungi NUS untuk memberikan komentar pada 30 Maret setelah The Parrot Review, sebuah majalah online, menulis tentang tuduhan terhadap mahasiswa yang dikeluarkan.
Artikel tersebut, yang diterbitkan pada tanggal 29 Maret, mengeklaim bahwa mahasiswa tersebut adalah seorang mahasiswa tahun keempat dan juga seorang asisten asrama, seorang manajer tim dengan tim powerlifting NUS.
Asisten asrama adalah pemimpin mahasiswa dengan posisi tinggal di berbagai asrama di kampus dan diangkat setelah melalui proses seleksi yang ketat.
Artikel tersebut menambahkan bahwa mahasiswa tersebut, yang tinggal di Prince George's Park Residences—sebuah asrama mahasiswa di NUS—diusir lima hari setelah pengaduan para korban.
NUS tidak menanggapi secara langsung klaim yang dibuat oleh The Parrot Review dalam menanggapi permintaan konfirmasi yang diajukan TODAY.
Ini adalah yang terbaru dari serangkaian kasus pelecehan seksual di NUS. Dalam laporannya pada Januari lalu, NUS menyebut ada 71 pengaduan pelecehan seksual yang melibatkan pelajar di kampus itu dalam lima tahun terakhir.
Tahun dengan jumlah pengaduan terbanyak adalah tahun 2019, di mana terdapat 25 kasus seperti itu.
Pihak NUS melalui seorang juru bicaranya mengatakan kepada TODAY pada hari Senin (12/4/2021) bahwa sidang dewan disipliner telah digelar pada bulan Februari setelah tuduhan tersebut muncul.
"Mahasiswa tersebut telah memfilmkan dua mahasiswi secara terpisah, tanpa persetujuan mereka, saat melakukan tindakan seksual dengan mereka," kata pihak universitas.
Mahasiswa, yang tidak disebutkan namanya oleh NUS, resmi diberhentikan pada 10 Februari.
"Sanksi disiplin akan menjadi bagian dari catatan pendidikan formal mahasiswa (dan mahasiswi) di universitas," kata NUS.
Pihak kampus tersebut menambahkan bahwa keselamatan dan kesejahteraan para mahasiswa dan mahasiswi adalah prioritas utama universitas.
"Setelah diberitahu tentang kasus ini, universitas mengeluarkan perintah no-contact kepada mahasiswa (terkait) untuk melarangnya menghubungi para korban," imbuh NUS.
Unit perawatan NUS memberikan dukungan dan bantuan kepada para korban.
Tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan, karena polisi sedang menyelidiki masalah tersebut.
TODAY, yang berbasis di Singapura, menghubungi NUS untuk memberikan komentar pada 30 Maret setelah The Parrot Review, sebuah majalah online, menulis tentang tuduhan terhadap mahasiswa yang dikeluarkan.
Artikel tersebut, yang diterbitkan pada tanggal 29 Maret, mengeklaim bahwa mahasiswa tersebut adalah seorang mahasiswa tahun keempat dan juga seorang asisten asrama, seorang manajer tim dengan tim powerlifting NUS.
Asisten asrama adalah pemimpin mahasiswa dengan posisi tinggal di berbagai asrama di kampus dan diangkat setelah melalui proses seleksi yang ketat.
Artikel tersebut menambahkan bahwa mahasiswa tersebut, yang tinggal di Prince George's Park Residences—sebuah asrama mahasiswa di NUS—diusir lima hari setelah pengaduan para korban.
NUS tidak menanggapi secara langsung klaim yang dibuat oleh The Parrot Review dalam menanggapi permintaan konfirmasi yang diajukan TODAY.
Ini adalah yang terbaru dari serangkaian kasus pelecehan seksual di NUS. Dalam laporannya pada Januari lalu, NUS menyebut ada 71 pengaduan pelecehan seksual yang melibatkan pelajar di kampus itu dalam lima tahun terakhir.
Tahun dengan jumlah pengaduan terbanyak adalah tahun 2019, di mana terdapat 25 kasus seperti itu.
(min)