Jet Tempur KF-21 Resmi Meluncur, Proyek Bersama Korsel-Indonesia

Jum'at, 09 April 2021 - 15:37 WIB
loading...
A A A
Dari jumlah tersebut, hanya AS dan China yang telah mengerahkan jet tempur generasi kelima buatan dalam negeri - pesawat yang menampilkan teknologi siluman, kemampuan pengacau radar, dan avionik canggih yang mengintegrasikan data onboard dan jarak jauh untuk memberi pilot gambaran real-time yang lengkap tentang operasi mereka, menurut Pusat Kompetensi Kekuatan Udara Gabungan NATO.



Sementara DAPA menyebut KF-21 sebagai jet tempur generasi 4,5 karena tidak memiliki, misalnya, ruang senjata internal yang meningkatkan kemampuan siluman, para analis mengatakan pesawat itu mungkin dapat terbang lebih tinggi dan lebih cepat daripada pesawat tempur generasi kelima terbaru buatan AS, F-35, dan masih membawa beban senjata yang kuat.

"KF-21 adalah pesawat tempur pertama yang dibuat dengan teknologi dalam negeri, dan ini menunjukkan bahwa Korea Selatan sekarang mampu membangun pesawat tempur sendiri. Ini juga akan menjadi batu loncatan untuk mengembangkan pesawat tempur yang lebih baik dan mengoperasikan senjata yang dikembangkan secara lokal," bunyi pernyataan DAPA kepada CNN.

KF-21 adalah proyek bersama antara Korea Selatan dan Indonesia di mana Seoul memiliki 80% saham sementara Jakarta mengincar 20%. Korea Selatan mengatakan Indonesia menunggak pembayaran untuk proyek tersebut, tetapi negosiasi terus berlanjut dan Menteri Pertahanan Indonesia turut menyaksikan peluncuran tersebut.



Moon memberikan penghormatan kepada Indonesia atas perannya.

“Secara khusus saya berterima kasih kepada pemerintah Indonesia yang telah menjadi mitra yang percaya pada potensi Korea Selatan,” ucapnya.

Jet tempur baru diharapkan menggantikan pesawat tempur F-4 dan F-5 Korsel, jet generasi ketiga yang dirancang AS yang pertama kali diperkenalkan pada 1960-an.

Ketika produksi berjalan meningkat, jet tempur itu juga bisa menggantikan F-16 dan F-15K generasi keempat Korsel, analis Abraham Ait, pemimpin redaksi Majalah Military Watch, menulis di The Diplomat tahun lalu.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1843 seconds (0.1#10.140)