AS Setuju Tarik Pasukan Tempurnya dari Irak
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) telah setuju untuk menarik pasukan tempurnya yang tersisa dari Irak , pada tanggal yang akan ditentukan dalam pembicaraan dengan Baghdad. Hingga saat itu tiba, pasukan AS akan tetap berada di negara itu hanya dalam peran penasihat dan dukungan terhadap teroris.
"Pasukan AS berada di Irak atas undangan Pemerintah Irak untuk mendukung Pasukan Keamanan Irak (ISF) dalam perang mereka melawan ISIS ," bunyi pernyataan bersama menyusul "dialog strategis" antara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan koleganya dari Irak, Fuad Hussein pada hari Rabu waktu setempat.
“Berdasarkan peningkatan kapasitas ISF, para pihak menegaskan bahwa misi AS dan pasukan Koalisi kini telah beralih ke satu yang berfokus pada pelatihan dan tugas-tugas penasihat, sehingga memungkinkan pengerahan kembali pasukan tempur yang tersisa dari Irak, dengan waktu yang akan ditetapkan dalam pembicaraan teknis yang akan datang,” pernyataan itu menambahkan seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (8/4/2021).
Hussein dan Blinken setuju untuk melanjutkan koordinasi dan kerja sama keamanan bilateral antara AS dan Irak. Keduanya, dalam pernyataan bersama itu, menekankan bahwa pangkalan di mana AS dan personel Koalisi hadir adalah pangkalan Irak dan kehadiran mereka semata-mata untuk mendukung upaya Irak di perang melawan ISIS.
Negara Islam (IS, juga dikenal sebagai ISIS) mengklaim sebagian besar wilayah Irak dan Suriah pada tahun 2014. Ini mendorong AS untuk mengirim kembali pasukannya ke Irak sebagai bagian dari Operation Inherent Resolve. Meskipun wilayah terakhir yang diklaim oleh "kekhalifahan" ISIS telah dibebaskan pada Maret 2019 oleh milisi yang didukung AS di Suriah, Washington tetap mempertahankan pasukan tempur di wilayah tersebut dengan alasan kekhawatiran "kebangkitan" ISIS.
Pada hari Minggu, dua roket ditembakkan ke pangkalan udara Balad dekat Baghdad, Irak, yang menampung kontraktor AS selain pasukan Irak. Namun roket tersebut meleset dan menghantam desa terdekat. Tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut.
Serangan roket ini menyusul serangan lima roket pada 15 Maret lalu terhadap pangkalan yang sama. Meskipun tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab, AS menyalahkan milisi Syiah - yang menurut Washington didukung oleh Iran - atas serangan itu.
Milisi menuntut pengunduran diri sekitar 2.500 tentara AS yang saat ini ditempatkan di Irak, menyebut kehadiran mereka sebagai pendudukan. AS telah menginvasi dan menduduki Irak pada Maret 2003, dan tidak mundur hingga Desember 2011.
"Pasukan AS berada di Irak atas undangan Pemerintah Irak untuk mendukung Pasukan Keamanan Irak (ISF) dalam perang mereka melawan ISIS ," bunyi pernyataan bersama menyusul "dialog strategis" antara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan koleganya dari Irak, Fuad Hussein pada hari Rabu waktu setempat.
“Berdasarkan peningkatan kapasitas ISF, para pihak menegaskan bahwa misi AS dan pasukan Koalisi kini telah beralih ke satu yang berfokus pada pelatihan dan tugas-tugas penasihat, sehingga memungkinkan pengerahan kembali pasukan tempur yang tersisa dari Irak, dengan waktu yang akan ditetapkan dalam pembicaraan teknis yang akan datang,” pernyataan itu menambahkan seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (8/4/2021).
Hussein dan Blinken setuju untuk melanjutkan koordinasi dan kerja sama keamanan bilateral antara AS dan Irak. Keduanya, dalam pernyataan bersama itu, menekankan bahwa pangkalan di mana AS dan personel Koalisi hadir adalah pangkalan Irak dan kehadiran mereka semata-mata untuk mendukung upaya Irak di perang melawan ISIS.
Negara Islam (IS, juga dikenal sebagai ISIS) mengklaim sebagian besar wilayah Irak dan Suriah pada tahun 2014. Ini mendorong AS untuk mengirim kembali pasukannya ke Irak sebagai bagian dari Operation Inherent Resolve. Meskipun wilayah terakhir yang diklaim oleh "kekhalifahan" ISIS telah dibebaskan pada Maret 2019 oleh milisi yang didukung AS di Suriah, Washington tetap mempertahankan pasukan tempur di wilayah tersebut dengan alasan kekhawatiran "kebangkitan" ISIS.
Pada hari Minggu, dua roket ditembakkan ke pangkalan udara Balad dekat Baghdad, Irak, yang menampung kontraktor AS selain pasukan Irak. Namun roket tersebut meleset dan menghantam desa terdekat. Tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut.
Serangan roket ini menyusul serangan lima roket pada 15 Maret lalu terhadap pangkalan yang sama. Meskipun tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab, AS menyalahkan milisi Syiah - yang menurut Washington didukung oleh Iran - atas serangan itu.
Milisi menuntut pengunduran diri sekitar 2.500 tentara AS yang saat ini ditempatkan di Irak, menyebut kehadiran mereka sebagai pendudukan. AS telah menginvasi dan menduduki Irak pada Maret 2003, dan tidak mundur hingga Desember 2011.
(ian)