Balas Dendam, Kelompok Antikudeta Buru 170 Kerabat Junta Militer Myanmar

Jum'at, 02 April 2021 - 10:26 WIB
loading...
A A A
"Bagi orang Burma [Myanmar] yang tinggal di luar negeri, memberikan 'hukuman sosial' kepada mereka yang memiliki koneksi junta membantu meringankan rasa ketidakberdayaan mereka saat mereka menonton dari jauh," kata Cho Yee Latt, kelahiran Yangon, yang sekarang tinggal di Singapura.

“Orang (Myanmar) di Singapura tidak bisa berbuat apa-apa, jadi mereka merasa sangat stres...mereka sangat marah,” katanya kepada AFP, Jumat (2/4/2021).

Cho Yee Latt mengatakan dia menghubungi majikannya di Singapura dari seorang wanita Myanmar yang memiliki pacar tentara dan mem-posting pesan pro-kudeta secara online.

“Kita harus menghancurkan sistem yang rusak ini,” katanya.

“Saya hanya khawatir tentang orang miskin Myanmar yang dibunuh dan ditangkap. Keluarga militer tinggal di luar negeri, mereka menjalani gaya hidup kelas atas, mereka tidak akan stres sama sekali."

Di antara mereka yang menjadi sasaran adalah dokter putra seorang menteri senior, yang kemudian tampil di televisi untuk meninggalkan ayahnya.

Bryan Paing Myo Oo, yang berbasis di Brisbane, Australia, mendapat pukulan balik di media sosial atas peran ayahnya Pwint San sebagai menteri perdagangan.

“Orang-orang yang menerapkan hukuman sosial pada saya berpikir bahwa mereka melakukan hal yang benar. Saya ingin menambahkan bahwa saya berpartisipasi dalam hukuman sosial terhadap ayah saya," katanya kepada program BBC berbahasa Myanmar.

“Saya mengirim sms kepadanya: 'Ayah, Anda harus berhenti sekarang. Jika tidak, Anda akan kehilangan saya selamanya sebagai putra Anda'."

Meskipun dirinya sendiri menjadi sasaran, dia bersimpati dengan tujuan hukuman sosial sebagai cara untuk lebih menekan rezim.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1630 seconds (0.1#10.140)