Massa di Mesir Tolak Penguburan Dokter Korban COVID-19
loading...
A
A
A
KAIRO - Massa di sebuah desa dekat Delta Nil, Mesir, berkumpul menolak penguburan seorang dokter yang meninggal akibat terinfeksi virus corona baru (COVID-19). Polisi setempat menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.
Aksi penolakan penguburan dokter itu berlangsung hari Sabtu pekan lalu. Kementerian Dalam Negeri mengatakan 23 orang telah ditangkap. Kantor jaksa juga meluncurkan penyelidikan.
Rekaman video yang di-posting online menunjukkan puluhan orang berkumpul di depan sebuah ambulans untuk menghentikan kendaraan itu memasuki tanah pemakaman desa. Massa khawatir jenazah korban dapat menyebarkan virus. Namun, kelompok warga itu berhamburan ketika polisi menembakkan tabung gas air mata.
Dar al-Ifta Mesir, otoritas pusat yang bertanggung jawab mengeluarkan fatwa, mengatakan pada hari Sabtu bahwa semua orang yang meninggal karena virus corona harus diberikan ritual pemakaman keagamaan dan dihormati.
Juru bicara Kementerian Kesehatan, Khaled Megahed, mengatakan kepada penyiar MBC Masr bahwa jenazah orang-orang yang meninggal oleh COVID-19 harus dicuci dengan hati-hati dan dimasukkan ke dalam kantong mayat tertutup agar tidak menularkan infeksi.
Mesir, sebagaimana dikutip dari data worldometers pada Senin (13/4/2020) memiliki 2.065 kasus infeksi COVID-19 dengan 159 kematian. Sebanyak 589 pasien telah berhasil disembuhkan sejauh ini.
Komunitas dokter Mesir menyatakan sudah ada 43 dokter yang terjangkit COVID-19, termasuk tiga meninggal.
Negara Arab di benua Afrika ini telah memberlakukan jam malam, melarang pertemuan publik besar-besaran, dan menutup sekolah serta universitas dalam upaya untuk mengekang penyebaran virus corona baru.
Meski memberlakukan lockdown di beberapa desa setelah kasus-kasus COVID-19 terdeteksi, pemerintah menyatakan tidak akan mungkin untuk melakukan hal serupa untuk daerah metropolitan besar.
Aksi penolakan penguburan dokter itu berlangsung hari Sabtu pekan lalu. Kementerian Dalam Negeri mengatakan 23 orang telah ditangkap. Kantor jaksa juga meluncurkan penyelidikan.
Rekaman video yang di-posting online menunjukkan puluhan orang berkumpul di depan sebuah ambulans untuk menghentikan kendaraan itu memasuki tanah pemakaman desa. Massa khawatir jenazah korban dapat menyebarkan virus. Namun, kelompok warga itu berhamburan ketika polisi menembakkan tabung gas air mata.
Dar al-Ifta Mesir, otoritas pusat yang bertanggung jawab mengeluarkan fatwa, mengatakan pada hari Sabtu bahwa semua orang yang meninggal karena virus corona harus diberikan ritual pemakaman keagamaan dan dihormati.
Juru bicara Kementerian Kesehatan, Khaled Megahed, mengatakan kepada penyiar MBC Masr bahwa jenazah orang-orang yang meninggal oleh COVID-19 harus dicuci dengan hati-hati dan dimasukkan ke dalam kantong mayat tertutup agar tidak menularkan infeksi.
Mesir, sebagaimana dikutip dari data worldometers pada Senin (13/4/2020) memiliki 2.065 kasus infeksi COVID-19 dengan 159 kematian. Sebanyak 589 pasien telah berhasil disembuhkan sejauh ini.
Komunitas dokter Mesir menyatakan sudah ada 43 dokter yang terjangkit COVID-19, termasuk tiga meninggal.
Negara Arab di benua Afrika ini telah memberlakukan jam malam, melarang pertemuan publik besar-besaran, dan menutup sekolah serta universitas dalam upaya untuk mengekang penyebaran virus corona baru.
Meski memberlakukan lockdown di beberapa desa setelah kasus-kasus COVID-19 terdeteksi, pemerintah menyatakan tidak akan mungkin untuk melakukan hal serupa untuk daerah metropolitan besar.
(min)