Krisis Tak Kunjung Usai, Lebanon Bisa Bernasib Sama dengan Titanic
loading...
A
A
A
BEIRUT - Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri mengatakan, Lebanon dapat tenggelam seperti Titanic. Berri menyebut, hal ini bisa terjadi jika Lebanon tidak dapat membentuk pemerintahan.
Perdana Menteri yang ditunjuk Saad Al-Hariri dan Presiden Michel Aoun telah berselisih tentang kabinet baru selama berbulan-bulan. Kondisi ini menghancurkan harapan pembalikan krisis keuangan Lebanon yang semakin dalam.
"Kita semua akan tenggelam, tanpa pengecualian," kata Berri pada pembukaan sidang parlemen, seperti dilansir Arab News pada Selasa (30/3/2021).
Sidang Parlemen itu sendiri diketahui akan membahas dana darurat sebesar USD200 juta untuk membayar bahan bakar bagi perusahaan listrik Lebanon.
Kementerian Energi Lebanon telah mengatakan bahwa baik pihaknya ataupun pemerintah, sudah tidak lagi memiliki dana untuk membayar impor setelah Maret.
Pembangkit listrik Zahrani, salah satu dari empat penghasil listrik utama Lebanon, telah ditutup setelah bahan bakarnya habis.
Lebanon sendiri telah dilanda krisis politik, yang berujung pada krisis ekonomi sejak tahun 2019 lalu. Situasi diperparah dengan ledakan di pelabuhan Beirut pada Agustus 2020 lalu.
Negara Eropa, khususnya Prancis, mengatakan tidak akan memberikan bantuan sebelum adanya perubahan signifikan di tubuh pemerintah Lebanon.
Perdana Menteri yang ditunjuk Saad Al-Hariri dan Presiden Michel Aoun telah berselisih tentang kabinet baru selama berbulan-bulan. Kondisi ini menghancurkan harapan pembalikan krisis keuangan Lebanon yang semakin dalam.
"Kita semua akan tenggelam, tanpa pengecualian," kata Berri pada pembukaan sidang parlemen, seperti dilansir Arab News pada Selasa (30/3/2021).
Sidang Parlemen itu sendiri diketahui akan membahas dana darurat sebesar USD200 juta untuk membayar bahan bakar bagi perusahaan listrik Lebanon.
Kementerian Energi Lebanon telah mengatakan bahwa baik pihaknya ataupun pemerintah, sudah tidak lagi memiliki dana untuk membayar impor setelah Maret.
Pembangkit listrik Zahrani, salah satu dari empat penghasil listrik utama Lebanon, telah ditutup setelah bahan bakarnya habis.
Lebanon sendiri telah dilanda krisis politik, yang berujung pada krisis ekonomi sejak tahun 2019 lalu. Situasi diperparah dengan ledakan di pelabuhan Beirut pada Agustus 2020 lalu.
Negara Eropa, khususnya Prancis, mengatakan tidak akan memberikan bantuan sebelum adanya perubahan signifikan di tubuh pemerintah Lebanon.
(esn)