Tidak Main-main, Junta Myanmar Ancam Demonstran Ditembak di Kepala
loading...
A
A
A
YANGON - Stasiun televisi pemerintah melaporkan junta militer Myanmar memperingatkan para pengunjuk rasa berisiko ditembak di kepala. Peringatan itu dikeluarkan ketika aktivis anti-kudeta menyerukan unjuk rasa pembangkangan besar-besaran pada Hari Angkatan Bersenjata negara itu yang jatuh pada hari ini, Sabtu (26/3/2021).
"Anda harus belajar bahwa Anda bisa dalam bahaya ditembak di kepala dan punggung," sebuah siaran di saluran berita MRTV yang ditujukan kepada para pengunjuk rasa seperti dilansir dari Channel News Asia.
Setidaknya 320 orang telah tewas dalam kerusuhan berminggu-minggu sejak militer merebut kekuasaan pada 1 Februari, menurut angka pada Kamis malam dari kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Datanya menunjukkan bahwa setidaknya 25 persen dari mereka yang terbunuh tewas akibat tembakan di kepala, menimbulkan kecurigaan bahwa mereka sengaja menjadi sasaran pembunuhan.
Sementara organisasi kemanusiaan Save the Children mengatakan lebih dari 20 dari kematian itu adalah anak-anak.
Korban termuda, Khin Myo Chit yang berusia tujuh tahun, ditembak mati di kota kedua terbesar Mandalay pada hari Selasa. Dia berada di rumahnya bersama ayahnya ketika dia dibunuh.
Win Kyi (78) adalah orang tertua yang tercatat tewas dan termasuk di antara sekitar 50 orang yang tewas di distrik Hlaing Thayar Yangon pada 14 Maret, hari paling berdarah sejauh ini.
Junta Myanmar membantah menggunakan kekerasan yang berlebihan dan mengatakan bahwa tindakannya telah memenuhi norma internasional dalam menghadapi situasi yang dikatakannya sebagai ancaman bagi keamanan nasional.
Seorang juru bicara junta mengatakan 164 pengunjuk rasa dan sembilan anggota pasukan keamanan telah tewas pada Selasa. Reuters tidak dapat memverifikasi semua akun secara independen.
"Anda harus belajar bahwa Anda bisa dalam bahaya ditembak di kepala dan punggung," sebuah siaran di saluran berita MRTV yang ditujukan kepada para pengunjuk rasa seperti dilansir dari Channel News Asia.
Setidaknya 320 orang telah tewas dalam kerusuhan berminggu-minggu sejak militer merebut kekuasaan pada 1 Februari, menurut angka pada Kamis malam dari kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Datanya menunjukkan bahwa setidaknya 25 persen dari mereka yang terbunuh tewas akibat tembakan di kepala, menimbulkan kecurigaan bahwa mereka sengaja menjadi sasaran pembunuhan.
Sementara organisasi kemanusiaan Save the Children mengatakan lebih dari 20 dari kematian itu adalah anak-anak.
Korban termuda, Khin Myo Chit yang berusia tujuh tahun, ditembak mati di kota kedua terbesar Mandalay pada hari Selasa. Dia berada di rumahnya bersama ayahnya ketika dia dibunuh.
Win Kyi (78) adalah orang tertua yang tercatat tewas dan termasuk di antara sekitar 50 orang yang tewas di distrik Hlaing Thayar Yangon pada 14 Maret, hari paling berdarah sejauh ini.
Junta Myanmar membantah menggunakan kekerasan yang berlebihan dan mengatakan bahwa tindakannya telah memenuhi norma internasional dalam menghadapi situasi yang dikatakannya sebagai ancaman bagi keamanan nasional.
Seorang juru bicara junta mengatakan 164 pengunjuk rasa dan sembilan anggota pasukan keamanan telah tewas pada Selasa. Reuters tidak dapat memverifikasi semua akun secara independen.
(ian)