Dituduh sebagai Agen Mossad, Profesor Ini Hampir Mati di Penjara Iran

Jum'at, 19 Maret 2021 - 08:49 WIB
loading...
Dituduh sebagai Agen...
Profesor Ahmadreza Djalali (kiri), akademisi Iran-Swedia yang divonis mati pengadilan Iran atas tuduhan jadi mata-mata untuk Mossad Israel. Foto/Screen capture YouTube/Amnesty International
A A A
TEHERAN - Para pakar HAM PBB mengungkap bahwa Profesor Ahmadreza Djalali yang dituduh jadi agen Mossad Israel berada dalam kondisi kritis dan hampir mati di penjara Iran .

Akademisi Iran-Swedia itu divonis mati oleh pengadilan Iran setelah dinyatakan bersalah memberikan informasi tentang dua ilmuwan nuklir Iran kepada Mossad, yang menyebabkan kedua ilmuwan itu terbunuh.



Para pakar HAM PBB mengatakan Ahmadreza Djalali sudah berbulan-bulan mendekam di sel isolasi sambil menunggu pelaksanaan eksekusi mati.

Delapan ahli independen, yang ditunjuk oleh PBB—tetapi tidak berbicara atas namanya—memperingatkan bahwa profesor yang ditangkap selama kunjungan ke Iran hampir lima tahun lalu, kini "hampir mati."

“Situasi Djalali benar-benar mengerikan,” kata kelompok pakar tersebut, yang terdiri dari para ahli tentang situasi HAM di Iran, tentang eksekusi di luar hukum, tentang penahanan sewenang-wenang dan tentang penyiksaan.

"Dia telah ditahan di sel isolasi yang berkepanjangan selama lebih dari 100 hari dengan risiko terus-menerus dari eksekusi yang akan segera terjadi," lanjut mereka dalam sebuah pernyataan hari Kamis yang dilansir Times of Israel, Jumat (19/3/2021).

“Hanya ada satu kata untuk menggambarkan perlakuan buruk fisik dan psikologis yang parah di Djalali, dan itu adalah penyiksaan.”

Djalali, sebelumnya berbasis di Stockholm di mana dia bekerja di Karolinska Institute, sebuah universitas kedokteran, ditangkap saat berkunjung ke Iran pada April 2016.

Dia kemudian dinyatakan bersalah karena menyampaikan informasi tentang dua ilmuwan nuklir Iran ke badan intelijen Israel; Mossad, yang menyebabkan pembunuhan mereka. Profesor itu kemudian dijatuhi hukuman mati pada tahun 2017 atas tuduhan spionase.

Djalali mengeklaim dia dihukum karena menolak jadi mata-mata untuk Iran saat bekerja di Eropa.

"Tuduhan terhadapnya sama sekali tidak berdasar dan dia harus diizinkan kembali ke keluarganya di Swedia secepat mungkin," kata para pakar HAM PBB.



Mereka sebenarnya telah menyuarakan peringatan akan kondisi seperti itu pada bulan November, ketika profesor itu tiba-tiba dibawa ke sel isolasi, menimbulkan kekhawatiran bahwa eksekusinya akan segera terjadi.

"Perlakuan kejam dan tidak manusiawi oleh pihak berwenang, (telah) menimbulkan kekhawatiran bahwa—bahkan jika dia tidak dieksekusi—dia mungkin akan segera mati dalam penahanan," imbuh para pakar tersebut.

Para pakar mengatakan petugas penjara menyinari sel kecil Djalali 24 jam sehari untuk membuatnya tidak bisa tidur.

Pada saat yang sama, mereka memperingatkan, masalah medis telah mencegahnya makan dengan benar."Yang mengakibatkan penurunan berat badan secara dramatis," kata mereka.

Djalali, lanjut mereka, sekarang dilaporkan dalam kondisi yang sangat buruk sehingga dia mengalami kesulitan berbicara. "Kami terkejut dan tertekan oleh penganiayaan kejam (terhadapnya)."
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Donald Trump: Tidak...
Donald Trump: Tidak Ada yang Mengusir Rakyat Palestina dari Gaza
Netanyahu Marah Luar...
Netanyahu Marah Luar Biasa dalam Sidang Korupsi: Anda Menempatkan Saya di Neraka!
90% Penduduk Gaza Kekurangan...
90% Penduduk Gaza Kekurangan Air akibat Blokade Baru Israel
Turki Blokir Latihan...
Turki Blokir Latihan Militer Israel-NATO hingga Gencatan Senjata Permanen di Gaza
Keluarga Sandera Israel...
Keluarga Sandera Israel Beri Netanyahu Waktu 24 Jam untuk Setop Pemutusan Listrik Gaza
Pemimpin Houthi Kutuk...
Pemimpin Houthi Kutuk Pembunuhan di Suriah, Tuding AS dan Israel Dukung Takfiri
Rusia Usir 2 Diplomat...
Rusia Usir 2 Diplomat Inggris karena Jadi Mata-mata, London Tak Terima
Turis Israel Diperkosa...
Turis Israel Diperkosa Beramai-ramai di India, Ternyata Pemicunya Urusan Sepele
3 Kebijakan Kontroversial...
3 Kebijakan Kontroversial Donald Trump yang Dianggap Anti-Palestina
Rekomendasi
Ketika Prabowo Cari...
Ketika Prabowo Cari Jaksa Agung: Nggak Hadir Ya, Lagi Ngejar-ngejar Orang
Rinnai Indonesia Luncurkan...
Rinnai Indonesia Luncurkan Smart HOB RB-A2660G(B), Dilengkapi Teknologi Automatic Menu
Shahabi Sakri Jadi Saingan...
Shahabi Sakri Jadi Saingan Ajil Ditto? Rebutin Davina Karamoy di Series Culture Shock!
Berita Terkini
Mahkamah Internasional...
Mahkamah Internasional Gelar Sidang Terbuka Kewajiban Israel di Wilayah Palestina yang Diduduki
41 menit yang lalu
Bosnia Buru Presiden,...
Bosnia Buru Presiden, Perdana Menteri dan Ketua Parlemen Republika Srpska
1 jam yang lalu
Penjualan Mobil Anjlok,...
Penjualan Mobil Anjlok, Volkswagen akan Produksi Senjata dan Peralatan Militer
2 jam yang lalu
Putin Kunjungi Wilayah...
Putin Kunjungi Wilayah Kursk Rusia, Seru Militer Kalahkan Ukraina Secepatnya
3 jam yang lalu
4 Isi Gencatan Rusia...
4 Isi Gencatan Rusia dan Ukraina yang Diajukan AS, Tidak Ada Perang Selama 30 Hari
3 jam yang lalu
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
4 jam yang lalu
Infografis
Pertemuan Putin dan...
Pertemuan Putin dan Trump Digelar Bulan Ini di Arab Saudi
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved