AS kepada Houthi: Berhenti Menyerang, Mulailah Bernegosiasi
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) mengatakan kelompok bersenjata Houthi harus menunjukkan kesediaan untuk terlibat dalam proses politik guna mencapai perdamaian di Yaman . Pernyataan itu muncul setelah berminggu-minggu serangan rudal dan pesawat tak berawak yang dilakukan oleh pemberontak sekutu Iran terhadap Arab Saudi .
"Para pemimpin gerakan Houthi perlu berhenti menyerang dan mulai bernegosiasi," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa (9/3/2021).
Kelompok pemberontak Yaman itu pada hari Minggu menyerang fasilitas minyak Aramco Saudi. Mereka meluncurkan delapan rudal balistik dan 14 drone.
Departemen Luar Negeri mengatakan AS percaya serangan terbaru itu dilakukan oleh Houthi.
"Amerika Serikat tidak dapat menerima dan berbahaya serta menempatkan warga sipil dalam risiko, termasuk warga Amerika," kata Departemen Luar Negeri AS.
Komentar Departemen Luar Negeri AS ini datang beberapa jam sebelum koalisi pimpinan Saudi mencegat pesawat tak berawak bersenjata yang diluncurkan oleh gerakan yang berpihak pada Iran itu menuju Khamis Mushait di Arab Saudi selatan, seperti dilaporkan media pemerintah Saudi.
Bulan lalu, AS memberikan sanksi kepada dua pemimpin Houthi, mengutip dugaan peran mereka dalam serangan lintas batas di Arab Saudi dan kapal pengiriman di Laut Merah.
Gerakan Houthi dan Arab Saudi telah terlibat dalam serangan balas dendam selama bertahun-tahun, dengan kelompok pemberontak yang bersekutu dengan Iran itu meningkatkan serangan dalam beberapa minggu terakhir.
Serangan baru terhadap target Saudi terjadi setelah Presiden AS Joe Biden menghentikan dukungan untuk operasi ofensif Saudi dalam Perang Yaman. Washington mengatakan, bagaimanapun, Amerika akan terus membantu Riyadh mempertahankan diri dari ancaman regional.
Washington juga membatalkan keputusan mantan Presiden AS Donald Trump untuk menempatkan Houthi dalam "daftar teroris".
Peningkatan terbaru terjadi di tengah upaya diplomatik baru oleh AS dan PBB untuk mencapai gencatan senjata yang akan membuka jalan bagi dimulainya kembali pembicaraan politik yang disponsori PBB untuk mengakhiri konflik.
Kelompok hak asasi manusia dan pengamat internasional mengkritik perang yang dipimpin Arab Saudi yang telah menewaskan puluhan ribu orang, membuat jutaan orang mengungsi, dan mendorong negara termiskin di Timur Tengah itu menuju krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Para pemimpin gerakan Houthi perlu berhenti menyerang dan mulai bernegosiasi," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa (9/3/2021).
Kelompok pemberontak Yaman itu pada hari Minggu menyerang fasilitas minyak Aramco Saudi. Mereka meluncurkan delapan rudal balistik dan 14 drone.
Departemen Luar Negeri mengatakan AS percaya serangan terbaru itu dilakukan oleh Houthi.
"Amerika Serikat tidak dapat menerima dan berbahaya serta menempatkan warga sipil dalam risiko, termasuk warga Amerika," kata Departemen Luar Negeri AS.
Komentar Departemen Luar Negeri AS ini datang beberapa jam sebelum koalisi pimpinan Saudi mencegat pesawat tak berawak bersenjata yang diluncurkan oleh gerakan yang berpihak pada Iran itu menuju Khamis Mushait di Arab Saudi selatan, seperti dilaporkan media pemerintah Saudi.
Bulan lalu, AS memberikan sanksi kepada dua pemimpin Houthi, mengutip dugaan peran mereka dalam serangan lintas batas di Arab Saudi dan kapal pengiriman di Laut Merah.
Gerakan Houthi dan Arab Saudi telah terlibat dalam serangan balas dendam selama bertahun-tahun, dengan kelompok pemberontak yang bersekutu dengan Iran itu meningkatkan serangan dalam beberapa minggu terakhir.
Serangan baru terhadap target Saudi terjadi setelah Presiden AS Joe Biden menghentikan dukungan untuk operasi ofensif Saudi dalam Perang Yaman. Washington mengatakan, bagaimanapun, Amerika akan terus membantu Riyadh mempertahankan diri dari ancaman regional.
Washington juga membatalkan keputusan mantan Presiden AS Donald Trump untuk menempatkan Houthi dalam "daftar teroris".
Peningkatan terbaru terjadi di tengah upaya diplomatik baru oleh AS dan PBB untuk mencapai gencatan senjata yang akan membuka jalan bagi dimulainya kembali pembicaraan politik yang disponsori PBB untuk mengakhiri konflik.
Kelompok hak asasi manusia dan pengamat internasional mengkritik perang yang dipimpin Arab Saudi yang telah menewaskan puluhan ribu orang, membuat jutaan orang mengungsi, dan mendorong negara termiskin di Timur Tengah itu menuju krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
(ian)