Moncef Mohamed Slaoui, Ilmuwan Muslim Pimpin Tim Vaksin Covid di AS

Selasa, 19 Mei 2020 - 07:17 WIB
loading...
Moncef Mohamed Slaoui,...
Ilmuwan muslim Moncef Mohamed Slaoui ditunjuk sebagai pemimpin tim program percepatan penemuan vaksin Covid-19 di Amerika Serikat (AS). Foto/Reuters
A A A
WASHINGTON - Ilmuwan muslim Moncef Mohamed Slaoui ditunjuk sebagai pemimpin tim program percepatan penemuan vaksin Covid-19 di Amerika Serikat (AS). Penunjukan pimpinan tim yang juga disebut Operation Warp Speed itu langsung dilakukan oleh Presiden AS Donald Trump.

Slaoui adalah ilmuwan yang lahir pada 1959 di Agadir, Maroko. Slaoui sebelumnya memimpin departemen vaksin GlaxoSmithKline di AS dan bekerja untuk perusahaan tersebut selama 30 tahun. Dia menjadi seorang imunolof karena termotivasi adik perempuannya yang meninggal karena batuk rejan, penyakit menular yang disebabkan karena bakteri.

Setelah lulus dari Sekolah Menengah Mohammed V di Casablanca, Slaoui belajar ilmu biologi di Belgia. Dia juga melanjutkan pendidikan pascasarjana di Harvard Medical School dan Universitas Tufts. Hingga kini Slaoui sudah memublikasikan lebih dari 100 karya ilmiah dan menjadi anggota Dewan Direksi International AIDS Vaccine Initiative. (Baca: Boris Johnson: Vaksin Covid-19 Mungkin Tak Pernah Ditemukan)

Presiden Donald Trump mengaku sengaja memilih Slaoui di proyek bersejarah ini karena melihat sepak terjangnya selama ini. Slaoui diketahui telah membantu AS dan dunia dalam menemukan 14 vaksin baru. Trump juga memuji Slaoui sebagai orang paling berharga di dunia dalam produksi dan formulasi vaksin. “Dia (Slaoui) menemukan banyak vaksin baru dalam sepuluh tahun terakhir ketika dia bekerja di sektor swasta,” papar Trump, dilansir CNN.

Penunjukan ilmuwan muslim ternama dunia itu bertujuan untuk mempercepat produksi vaksin virus corona. Pemerintah AS berambisi bisa memproduksi 300 juta dosis vaksin yang akan dibagikan kepada seluruh warga AS pada akhir tahun ini. Vaksin diyakini sebagai satu di antara cara untuk mengatasi pandemi korona. Secara global, jumlah kasus Covid-19 di AS tercatat paling besar, yakni mencapai 1,5 juta orang dengan kematian mencapai 90.000-an orang.

Operation Warp Speed beroperasi independen dari gugus tugas virus corona Gedung Putih. Inisiatif tersebut didukung penuh penasihat Gedung Putih Jared Kushner dan melibatkan banyak pejabat dari Departemen Kesehatan dan Departemen Kesehatan.

Slaoui mengaku baru-baru ini telah melihat data awal uji klinis vaksin corona. “Data itu membuat saya percaya diri bahwa kita akan memproduksi ratusan juta dosis vaksin pada akhir 2020,” tegas Slaoui saat jumpa pers beberapa waktu lalu di Gedung Putih.

Dari Maroko, kabar penunjukan Slaoui sebagai orang penting dalam program pencarian vaksin virus corona disambut meriah. Meskipun Slaoui bukan lagi warga negara Maroko, tetapi itu sebagai bukti kesuksesan pendidikan Maroko yang mampu menciptakan orang hebat dalam peradaban manusia. “Slaoui lahir, dibesarkan, dan dididik di Maroko hingga dia meraih gelar diploma,” kata Samir Bennis, pendiri Morocco World News.

Prestasi ini juga menunjukkan bahwa Slaoui mengalami momen penting dalam kehidupannya dan proses pendidikan di Maroko. “Kualitas pendidikan di sekolah Maroko mampu mengantarkan Slaoui menjadi orang genius. Dia tidak menjalani sekolah dasar dan menengah di Belgia atau di AS, tetapi di Maroko,” katanya.

Stasiun televisi Samaa melaporkan, Presiden Trump dikenal memiliki sentimen negatif dalam berbagai kebijakan terhadap warga muslim di dunia. Namun, dalam kondisi darurat, Trump sendiri yang menunjuk seorang muslim untuk program yang bisa menentukan keberlangsungan warga AS ke depan khususnya dan dunia pada umumnya. “Itu suatu hal yang sedikit ironis,” demikian laporan Samaa. (Baca juga: Indonesia Masuk 63 Negara yang Dukung Penyelidikan Asal-Usul Covid-19)

Berdasarkan tiga sumber yang mengetahui pemilihan Slaoui, mantan pemimpin divisi vaksin GlaxoSmithKline tersebut akan menjabat sebagai therapeutics czar pemerintahan Trump. Slaoui yang mengundurkan diri dari perusahaan farmasi pada 2017 tersebut kini dikenal sebagai venture capitalist, yakni membantu dan mengordinasi pengembangan vaksin dan obat Covid-19. Dia akan mengordinasikan hal itu pada Departemen Pertahanan dan Kesehatan AS.

Menteri Kesehatan AS Alex Azar, Koordinator Gugus Tugas Gedung Putih Deborah Birx, dan penasihat Gedung Putih Jared Kushner merupakan tokoh yang mewawancarai Slaoui dan kandidat lainnya. Di antara pesaing Slaoui yakni mantan Direktur Institute Nasional Kesehatan Elias Zerhouni.

Bloomberg merupakan media pertama yang melaporkan bahwa Slaoui ditunjuk sebagai pemimpin program percepatan pengadaan vaksin secara sukarela. Dia akan dibantu Jenderal Gustava Perna, pakar logistik, yang akan membantu peran operasional bagi Slaoui. “Saya tidak berkomentar mengenai wawancara dengan staf Operation Warp Speed,” kata juru bicara Departemen Kesehatan AS kepada Politico.

Slaoui memiliki hubungan dengan beberapa perusahaan farmasi yang mengembangkan vaksin Covid-19. GlaxoSmithKline juga bekerja sama mengembangkan vaksin Covid-19 dengan Slaoui. Selain itu, Slaoui juga menjabat dewan direksi di Moderna, perusahaan farmasi yang juga mengembangkan vaksin Covid-19.

Ternyata, Slaoui bukan satu-satunya warga Maroko yang sukses menjadi ilmuwan berkelas internasional. Sebelumnya ada ilmuwan Rachid El Yazami dan Kamal Oudrhiri, pakar astronomi Merieme Chadid, dan dokter Sara Bilal serta Latifa Elouadrhiri yang dikenal sebagai para pakar di bidangnya yang membawa harum nama Maroko di kancah internasional. (Baca juga: Pengamat: Covid-19 Bisa Perdalam Krisis Geopolitik)

Meskipun mereka telah memegang paspor kewarganegaraan lain, namun tetap dibanggakan oleh warga Maroko. Kebanyakan warga Maroko sadar bahwa negara tidak memberikan kesempatan bagi para ilmuwan untuk mengembangkan kemampuannya di dalam negeri sehingga memilih untuk bekerja di luar negeri. “Saya mengenai Slaoui sebagai orang baik dan ramah. Saya bangga kalau Maroko masih ada dalam pikiran Slaoui,” kata Bennis, teman Slaoui. “Ketika orang mencapai kesuksesan dalam finansial dan pengetahuan, orang cenderung melupakan akarnya, tetapi tidak dengan Slaoui,” ucapnya. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0963 seconds (0.1#10.140)