Moncef Mohamed Slaoui, Ilmuwan Muslim Pimpin Tim Vaksin Covid di AS

Selasa, 19 Mei 2020 - 07:17 WIB
loading...
A A A
Berdasarkan tiga sumber yang mengetahui pemilihan Slaoui, mantan pemimpin divisi vaksin GlaxoSmithKline tersebut akan menjabat sebagai therapeutics czar pemerintahan Trump. Slaoui yang mengundurkan diri dari perusahaan farmasi pada 2017 tersebut kini dikenal sebagai venture capitalist, yakni membantu dan mengordinasi pengembangan vaksin dan obat Covid-19. Dia akan mengordinasikan hal itu pada Departemen Pertahanan dan Kesehatan AS.

Menteri Kesehatan AS Alex Azar, Koordinator Gugus Tugas Gedung Putih Deborah Birx, dan penasihat Gedung Putih Jared Kushner merupakan tokoh yang mewawancarai Slaoui dan kandidat lainnya. Di antara pesaing Slaoui yakni mantan Direktur Institute Nasional Kesehatan Elias Zerhouni.

Bloomberg merupakan media pertama yang melaporkan bahwa Slaoui ditunjuk sebagai pemimpin program percepatan pengadaan vaksin secara sukarela. Dia akan dibantu Jenderal Gustava Perna, pakar logistik, yang akan membantu peran operasional bagi Slaoui. “Saya tidak berkomentar mengenai wawancara dengan staf Operation Warp Speed,” kata juru bicara Departemen Kesehatan AS kepada Politico.

Slaoui memiliki hubungan dengan beberapa perusahaan farmasi yang mengembangkan vaksin Covid-19. GlaxoSmithKline juga bekerja sama mengembangkan vaksin Covid-19 dengan Slaoui. Selain itu, Slaoui juga menjabat dewan direksi di Moderna, perusahaan farmasi yang juga mengembangkan vaksin Covid-19.

Ternyata, Slaoui bukan satu-satunya warga Maroko yang sukses menjadi ilmuwan berkelas internasional. Sebelumnya ada ilmuwan Rachid El Yazami dan Kamal Oudrhiri, pakar astronomi Merieme Chadid, dan dokter Sara Bilal serta Latifa Elouadrhiri yang dikenal sebagai para pakar di bidangnya yang membawa harum nama Maroko di kancah internasional. (Baca juga: Pengamat: Covid-19 Bisa Perdalam Krisis Geopolitik)

Meskipun mereka telah memegang paspor kewarganegaraan lain, namun tetap dibanggakan oleh warga Maroko. Kebanyakan warga Maroko sadar bahwa negara tidak memberikan kesempatan bagi para ilmuwan untuk mengembangkan kemampuannya di dalam negeri sehingga memilih untuk bekerja di luar negeri. “Saya mengenai Slaoui sebagai orang baik dan ramah. Saya bangga kalau Maroko masih ada dalam pikiran Slaoui,” kata Bennis, teman Slaoui. “Ketika orang mencapai kesuksesan dalam finansial dan pengetahuan, orang cenderung melupakan akarnya, tetapi tidak dengan Slaoui,” ucapnya. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1497 seconds (0.1#10.140)