Kekerasan Meningkat, YouTube Hapus Channel Junta Myanmar
loading...
A
A
A
YANGON - Situs pemutar video terbesar YouTube telah menghapus channel yang dijalankan oleh junta militer Myanmar menyusul meningkatnya aksi kekerasan di negara tersebut secara dramatis.
Ini adalah gelombang tindakan terbaru yang diambil oleh perusahaan media sosial sejak kudeta militer terjadi di negara itu pada 1 Februari, yang telah memicu serangkaian aksi protes massal dan penumpasan brutal oleh pasukan keamanan.
Channel yang dihapus pada hari Jumat (5/3/2021) berasal dari stasiuan penyiaran termasuk MRTV dan Myawaddy Media.
"Kami telah menghentikan sejumlah channel dan menghapus beberapa video dari YouTube sesuai dengan pedoman komunitas kami dan hukum yang berlaku," kata juru bicara YouTube, yang dimiliki oleh Google, seperti dikutip dari CNN.
TikTok, yang dijalankan oleh raksasa teknologi China ByteDance, juga mengumumkan bahwa mereka sedang berupaya untuk menghapus beberapa konten di Myanmar.
"Promosi kebencian dan kekerasan sama sekali tidak memiliki tempat di platform kami," kata juru bicara TikTok dalam sebuah pernyataan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
"Kami secara agresif menghapus konten di Myanmar yang melanggar prinsip kami, dan terus memantau situasinya," sambung pernyataan itu.
Jaringan media sosial telah dipaksa untuk meningkatkan respons mereka terhadap situasi politik di Myanmar setelah militer mengambil alih kekuasaan.
Ini adalah gelombang tindakan terbaru yang diambil oleh perusahaan media sosial sejak kudeta militer terjadi di negara itu pada 1 Februari, yang telah memicu serangkaian aksi protes massal dan penumpasan brutal oleh pasukan keamanan.
Channel yang dihapus pada hari Jumat (5/3/2021) berasal dari stasiuan penyiaran termasuk MRTV dan Myawaddy Media.
"Kami telah menghentikan sejumlah channel dan menghapus beberapa video dari YouTube sesuai dengan pedoman komunitas kami dan hukum yang berlaku," kata juru bicara YouTube, yang dimiliki oleh Google, seperti dikutip dari CNN.
TikTok, yang dijalankan oleh raksasa teknologi China ByteDance, juga mengumumkan bahwa mereka sedang berupaya untuk menghapus beberapa konten di Myanmar.
"Promosi kebencian dan kekerasan sama sekali tidak memiliki tempat di platform kami," kata juru bicara TikTok dalam sebuah pernyataan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
"Kami secara agresif menghapus konten di Myanmar yang melanggar prinsip kami, dan terus memantau situasinya," sambung pernyataan itu.
Jaringan media sosial telah dipaksa untuk meningkatkan respons mereka terhadap situasi politik di Myanmar setelah militer mengambil alih kekuasaan.