Iran Sebut AS Tuai Keuntungan dari 'Bisnis Darah' di Timur Tengah
loading...
A
A
A
TEHERAN - Kementerian Luar Negeri Iran menuduh Washington mengambil keuntungan dari "bisnis darah" di Timur Tengah. Ini adalah respon atas pernyataan Amerika Serikat (AS) yang menyebut Iran sengaja memelihara konflik di Yaman.
Juru bicara kementerian Saeed Khatibzadeh mengatakan bahwa AS dan sekutunya telah menuai keuntungan dari "bisnis darah" di Yaman dengan menjual senjata ke koalisi yang dipimpin Arab Saudi.
"AS tidak dapat melontarkan tuduhan tak berdasar kepada orang lain alih-alih bertanggung jawab atas kekejaman," ujarnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (4/3/2021).
Dia lebih lanjut mencatat bahwa ketika posisi koalisi yang dipimpin Saudi perlahan runtuh, AS dan sekutunya masih mencoba untuk mengingkari tanggung jawab atas kekejaman dan salah mengarahkan opini publik.
Pernyataan itu muncul sehari setelah Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken menuduh Iran melanggengkan konflik di Yaman dengan mendukung Houthi, yang secara resmi dikenal sebagai Ansarallah.
"Keterlibatan Iran di Yaman memicu api konflik, mengancam eskalasi yang lebih besar, salah perhitungan, dan ketidakstabilan regional. Ansarallah menggunakan senjata, intelijen, pelatihan, dan dukungan Iran untuk melakukan serangan yang mengancam warga sipil dan infrastruktur di Yaman dan Saudi," ucap Blinken.
"Kami akan memastikan Arab Saudi dan mitra regional kami memiliki alat yang mereka butuhkan untuk mempertahankan diri, termasuk dari ancaman yang berasal dari Yaman yang dilakukan dengan senjata dan dukungan dari Iran. AS bekerja dengan keras untuk mengakhiri. konflik," imbuhnya.
Juru bicara kementerian Saeed Khatibzadeh mengatakan bahwa AS dan sekutunya telah menuai keuntungan dari "bisnis darah" di Yaman dengan menjual senjata ke koalisi yang dipimpin Arab Saudi.
"AS tidak dapat melontarkan tuduhan tak berdasar kepada orang lain alih-alih bertanggung jawab atas kekejaman," ujarnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (4/3/2021).
Dia lebih lanjut mencatat bahwa ketika posisi koalisi yang dipimpin Saudi perlahan runtuh, AS dan sekutunya masih mencoba untuk mengingkari tanggung jawab atas kekejaman dan salah mengarahkan opini publik.
Pernyataan itu muncul sehari setelah Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken menuduh Iran melanggengkan konflik di Yaman dengan mendukung Houthi, yang secara resmi dikenal sebagai Ansarallah.
"Keterlibatan Iran di Yaman memicu api konflik, mengancam eskalasi yang lebih besar, salah perhitungan, dan ketidakstabilan regional. Ansarallah menggunakan senjata, intelijen, pelatihan, dan dukungan Iran untuk melakukan serangan yang mengancam warga sipil dan infrastruktur di Yaman dan Saudi," ucap Blinken.
"Kami akan memastikan Arab Saudi dan mitra regional kami memiliki alat yang mereka butuhkan untuk mempertahankan diri, termasuk dari ancaman yang berasal dari Yaman yang dilakukan dengan senjata dan dukungan dari Iran. AS bekerja dengan keras untuk mengakhiri. konflik," imbuhnya.
(esn)