Sanksi AS Gak Ngaruh, Turki Siap Boyong Batch Kedua S-400 Rusia

Rabu, 03 Maret 2021 - 18:31 WIB
loading...
Sanksi AS Gak Ngaruh,...
Turki siap kembali boyong sistem pertahanan rudal S-400 Rusia. Foto/Sputnik
A A A
ANKARA - Turki belum merasakan dampak apa pun dari sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap sektor pertahanannya atas pembelian peralatan pertahanan Rusia . Hal tersebut diungkapkan kepala Presidensi Industri Pertahanan Turki, Ismail Demir.

“Kami belum melihat adanya dampak langsung (dari sanksi). Kita harus melihat bagaimana CAATSA akan berfungsi, tetapi untuk saat ini tidak ada konsekuensi yang jelas," jelas Demir, berbicara kepada stasiun televisi Turki, NTV, merujuk pada undang-undang AS.

"Jika (Amerika) berpikir ini akan membuat kami enggan membuat keputusan nasional, mereka berpikir salah," tambah pejabat itu, merujuk pada tekanan sanksi seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (3/3/2021).



Demir juga mengonfirmasi bahwa Ankara sedang merundingkan pembelian batch lain S-400 dari Rusia , terlepas dari ancaman sanksi AS.

“Bahasa sanksi tidak akan mempengaruhi keputusan Turki,” tegasnya.

Pada bulan Januari, seorang pejabat dari pengawas teknis militer federal Rusia mengkonfirmasi bahwa pembicaraan tentang penjualan gelombang kedua S-400 oleh Turki telah memasuki tahap lanjutan. Masih belum jelas apakah Moskow akan menyetujui permintaan Turki tentang produksi bersama dan transfer teknologi untuk sistem pertahanan udara canggih itu, mengingat statusnya sebagai anggota NATO.



Washington memberikan sanksi kepada Kepresidenan Industri Pertahanan Turki, Demir dan tiga warga Turki lainnya di bawah CAATSA pada Desember 2020. Ankara mengecam sanksi itu sebagai "serangan terbuka" terhadap kedaulatan Turki dan mengancam akan membalasnya.

Penggunaan CAATSA terhadap Turki adalah kedua kalinya undang-undang AS diterapkan sejak ditandatangani menjadi undang-undang pada tahun 2017. Pada tahun 2018, Washington menggunakan undang-undang tersebut untuk menargetkan kantor pengadaan pertahanan China. AS juga mengancam akan menggunakan undang-undang tersebut untuk melawan India, yang menandatangani kontrak S-400 sendiri dengan Rusia, dan Nord Stream 2 - proyek besar infrastruktur energi gabungan Rusia-Eropa Barat.

Pemerintahan Biden tidak mengubah kebijakan era Trump terkait S-400 Turki, mempertahankan sanksi dan mengindikasikan bahwa mereka tidak akan melanjutkan pengiriman F-35 ke Ankara kecuali jika Ankara membuang S-400-nya terlebih dahulu.



Bulan lalu, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan dia berharap Ankara dapat "menemukan solusi" untuk sengketa S-400 dengan Washington, mengisyaratkan bahwa pengaturan seperti yang dimiliki Yunani dengan S-300 dapat diterapkan ke Turki. Untuk diketahui, Yunani memiliki resimen S-300 PMU1, yang diperolehnya pada akhir 1990-an dari Siprus setelah krisis rudal Siprus, dan menempatkannya di pulau Kreta.

Juga bulan lalu, Presiden Erdogan mengatakan bahwa kepentingan bersama antara AS dan Turki akan menang atas ketidaksepakatan antara kedua negara, dan mengatakan ia berharap untuk meningkatkan kerja sama dengan AS atas dasar win-win solution. Dia menambahkan bahwa Turki akan terus melakukan bagiannya dengan cara yang setara dengan hubungan kemitraan strategis dan sekutu antara kedua negara.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dilaporkan menjadi pendukung peningkatan hubungan dengan Turki untuk kepentingan 'menahan' Iran dan Rusia, termasuk dengan mengorbankan konsesi tertentu ke Ankara - seperti mengabaikan dukungan AS untuk milisi Kurdi Suriah. Namun, sejauh ini, tidak ada pergerakan ke arah ini.

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Rusia Lacak Kapal Selam...
Rusia Lacak Kapal Selam Nuklir Inggris yang Teknologinya Dinilai Sangat Tua dan Ketinggalan Zaman
The Times: Inggris Terlibat...
The Times: Inggris Terlibat Perang Rusia-Ukraina, Termasuk Kerahkan Pasukan Rahasia
NATO Latihan Tempur...
NATO Latihan Tempur Besar-besaran Kerahkan 91 Pesawat, Belajar dari Perang Rusia-Ukraina
Rusia Mencap Menlu Pertamanya...
Rusia Mencap Menlu Pertamanya Agen Asing karena Mengkritik Keras Putin dan Perang Ukraina
NATO Dituduh Akan Luncurkan...
NATO Dituduh Akan Luncurkan Perang Dunia III Melawan Rusia dari Rumania
AS Baru Saja Kalah Perang...
AS Baru Saja Kalah Perang dengan Rusia, Berikut 3 Alasannya
Israel dan Turki Kerap...
Israel dan Turki Kerap Bersitegang dalam Isu Gaza, tapi untuk Suriah, Mereka Mesra dan Kompak
Krisis Air di Gaza Semakin...
Krisis Air di Gaza Semakin Parah, Warga Harus Antre Berjam-jam
WhatsApp Down, Pengguna...
WhatsApp Down, Pengguna Ngeluh Tak Bisa Kirim Pesan
Rekomendasi
BMKG: Waspadai Cuaca...
BMKG: Waspadai Cuaca Ekstrem di Indonesia Timur Akibat Bibit Siklon Tropis
Standard Chartered Uji...
Standard Chartered Uji Agunan Kripto dengan OKX
Kejagung Tetapkan 4...
Kejagung Tetapkan 4 Tersangka Suap Penanganan Perkara CPO, Ada Ketua PN Jaksel
Berita Terkini
Perundingan AS dan Iran...
Perundingan AS dan Iran Berlansung Konstruktif dan Positif, Akankah Konflik Timur Tengah Mereda?
39 menit yang lalu
Rusia Lacak Kapal Selam...
Rusia Lacak Kapal Selam Nuklir Inggris yang Teknologinya Dinilai Sangat Tua dan Ketinggalan Zaman
1 jam yang lalu
The Times: Inggris Terlibat...
The Times: Inggris Terlibat Perang Rusia-Ukraina, Termasuk Kerahkan Pasukan Rahasia
6 jam yang lalu
Wanita Ini Melahirkan...
Wanita Ini Melahirkan Bayi Orang Lain karena Kesalahan dalam Proses IVF
6 jam yang lalu
Taliban Eksekusi 4 Pria...
Taliban Eksekusi 4 Pria di Stadion Afghanistan yang Penuh Sesak
10 jam yang lalu
Trump Copot Potret Obama...
Trump Copot Potret Obama di Gedung Putih, Diganti dengan Potretnya yang Lolos dari upaya Pembunuhan
12 jam yang lalu
Infografis
4 Tentara AS Tewas saat...
4 Tentara AS Tewas saat Latihan Tempur di Dekat Sekutu Rusia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved