Etnis Tatar Krimea Peringati Hari Korban Genosida
loading...
A
A
A
“Pada tanggal 26 April 2016, sebuah badan peradilan ilegal dari Rusia mengeluarkan keputusan untuk melarang Majelis Tatar Krimea karena menganggap kegiatannya ekstrimis. Akibatnya, hampir 2.500 anggota majelis nasional dan lokal dilarang,” ungkap Kedubes Ukraina.
Sebelum okupasi Semenanjung Krimea pada 2014, terdapat 2.083 organisasi keagamaan di wilayahnya. Saat ini, hanya sekitar 700 yang bertahan dari rangkaian persekusi (per 2019).
Menurut Kedubes Ukraina, media independen disingkirkan di wilayah itu. Aktivis hak asasi manusia telah mencatat lebih dari 300 pelanggaran hak jurnalis sejak 2014. “Dari 3000 kantor berita terdaftar, hanya 232 yang berhasil selamat dari ‘pendaftaran ulang’. Tentu saja, mereka harus tunduk pada sensor. Seluruh 12 media independen Tatar Krimea meninggalkan Semenanjung Krimea akibat persekusi,” ungkap Kedubes Ukraina.
Kedubes Ukraina menyebut Rusia terus menyerang hak asasi bangsa Tatar Krimea, seperti hak memperoleh pendidikan dalam bahasa asli. Sementara pada 2013 bahasa Tatar Krimea dipelajari oleh 18.020 anak sekolah (8,6%) dari total 210.000 anak sekolah di Krimea, pada 31 Januari 2019 hanya 3,1% anak-anak yang belajar bahasa Tatar Krimea.
“Pengakuan internasional akan deportasi Tatar Krimea pada 1944 sebagai genosida dapat digunakan sebagai alat untuk menghentikan represi baru Rusia terhadap Tatar Krimea. Masalah di Krimea saat ini bukanlah agama, namun murni politik,” ungkap Kedubes Ukraina. (Baca Juga: Indonesia Masuk 63 Negara yang Dukung Penyelidikan Asal-usul Covid-19)
Ukraina menyerukan agar komunitas internasional mengakui deportasi Tatar Krimea dari Crimea pada tahun 1944 sebagai genosida orang Tatar Krimea.
“Pada saat yang sama, kami menyerukan kepada komunitas internasional untuk terus memberikan tekanan pada Rusia serta memperkuat sanksi untuk memastikan pelaksanaan Perintah Pengadilan Internasional dan menghentikan penindasan komunitas Tatar Krimea di semenanjung yang sementara diduduki,” ungkap Kedubes Ukraina. (Baca Juga: Grand Mufti Saudi: Umat Islam Boleh Salat Ied di Rumah Saat Pandemi)
Sebelum okupasi Semenanjung Krimea pada 2014, terdapat 2.083 organisasi keagamaan di wilayahnya. Saat ini, hanya sekitar 700 yang bertahan dari rangkaian persekusi (per 2019).
Menurut Kedubes Ukraina, media independen disingkirkan di wilayah itu. Aktivis hak asasi manusia telah mencatat lebih dari 300 pelanggaran hak jurnalis sejak 2014. “Dari 3000 kantor berita terdaftar, hanya 232 yang berhasil selamat dari ‘pendaftaran ulang’. Tentu saja, mereka harus tunduk pada sensor. Seluruh 12 media independen Tatar Krimea meninggalkan Semenanjung Krimea akibat persekusi,” ungkap Kedubes Ukraina.
Kedubes Ukraina menyebut Rusia terus menyerang hak asasi bangsa Tatar Krimea, seperti hak memperoleh pendidikan dalam bahasa asli. Sementara pada 2013 bahasa Tatar Krimea dipelajari oleh 18.020 anak sekolah (8,6%) dari total 210.000 anak sekolah di Krimea, pada 31 Januari 2019 hanya 3,1% anak-anak yang belajar bahasa Tatar Krimea.
“Pengakuan internasional akan deportasi Tatar Krimea pada 1944 sebagai genosida dapat digunakan sebagai alat untuk menghentikan represi baru Rusia terhadap Tatar Krimea. Masalah di Krimea saat ini bukanlah agama, namun murni politik,” ungkap Kedubes Ukraina. (Baca Juga: Indonesia Masuk 63 Negara yang Dukung Penyelidikan Asal-usul Covid-19)
Ukraina menyerukan agar komunitas internasional mengakui deportasi Tatar Krimea dari Crimea pada tahun 1944 sebagai genosida orang Tatar Krimea.
“Pada saat yang sama, kami menyerukan kepada komunitas internasional untuk terus memberikan tekanan pada Rusia serta memperkuat sanksi untuk memastikan pelaksanaan Perintah Pengadilan Internasional dan menghentikan penindasan komunitas Tatar Krimea di semenanjung yang sementara diduduki,” ungkap Kedubes Ukraina. (Baca Juga: Grand Mufti Saudi: Umat Islam Boleh Salat Ied di Rumah Saat Pandemi)
(sya)