Penentang Kudeta Myanmar Tolak Klaim Mendukung Junta

Kamis, 18 Februari 2021 - 05:05 WIB
loading...
A A A
“Kita harus menjadi generasi terakhir yang mengalami kudeta,” ujar dia.

Protes di kota-kota di penjuru Myanmar adalah yang terbesar sejak demonstrasi harian dimulai pada 6 Februari untuk mengecam kudeta yang menghentikan transisi menuju demokrasi.

Sebelum pemerintahan sipil yang dipimpin Suu Kyi, lebih dari setengah abad Myanmar dikendalikan oleh junta militer.

Juru bicara junta Brigadir Jenderal Zaw Min Tun mengatakan tentara tidak akan lama berkuasa dan 40 juta dari 53 juta penduduk Myanmar mendukung kudeta tersebut.

Sithu Maung mengolok-olok klaim itu dengan berkata, "Kami menunjukkan di sini bahwa kami tidak termasuk 40 juta itu."

Selain demonstrasi di negara yang memiliki beragam etnis, gerakan pembangkangan sipil telah memicu mogok kerja yang melumpuhkan banyak fungsi pemerintahan.

Tentara mengumumkan pengaduan polisi telah diajukan terhadap enam selebriti lokal sesuai undang-undang anti-penghasutan karena mendorong pegawai negeri bergabung protes.

Tuduhan itu bisa membawa hukuman penjara dua tahun.

"Jika kita tidak memenangkan pertempuran ini, masa depan kita, masa depan generasi kita, masa depan anak-anak kita, akan hilang," tegas aktor Pyay Ti Oo, salah satu dari enam pengunjuk rasa.

Tentara merebut kekuasaan setelah komisi pemilu menolak tuduhan kecurangan pemilu 8 November yang dimenangkan partai Suu Kyi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0803 seconds (0.1#10.140)