Tahun Baru Imlek: Orang-orang China Terjebak dan Tak Berdaya di Luar Negeri

Jum'at, 12 Februari 2021 - 03:29 WIB
loading...
A A A
Karena situasinya tetap berubah-ubah di daratan China, dengan peraturan baru yang muncul secara berkala, Amy mengatakan dia khawatir akan ada perubahan kebijakan pada saat-saat terakhir yang dapat memperpanjang masa tinggalnya dan, pada gilirannya, membahayakan pekerjaannya di Singapura.

Menghadapi keadaan yang "mengecilkan hati" seperti itu, dia berkata; "Saya tidak mempertimbangkan untuk pulang pada Tahun Baru Imlek."

Yang lainnya, seperti Gao Feng, penduduk asli dari provinsi Hubei yang sekarang berbasis di Beira, Mozambik—di pantai tenggara Afrika—mengatakan dia merasa ada risiko tambahan tertular virus dalam perjalanan mudik. Bahkan sebelum pandemi, perjalanan dari Beira ke kampung halamannya di Anlu, sekitar 100 km dari Wuhan, memakan waktu hampir 30 jam dan biasanya membutuhkan dua singgah. Untuk sekarang, itu menjadi hal yang hampir mustahil. Karena alasan itulah, dia kehilangan harapan untuk bersatu kembali dengan keluarganya.

“Seseorang yang saya kenal telah tertular COVID-19 dalam perjalanan ketika dia pulang ke rumah, dan dia menghabiskan sekitar 300.000 yuan [USD46.600] untuk pengobatan," katanya, seperti dikutip dari South China Morning Post, Jumat (12/2/2021).

Gao, yang bekerja sebagai juru bahasa dan manajer pemasaran, menambahkan bahwa para pelancong juga perlu menunjukkan tes COVID-19 negatif dari negara tempat mereka bepergian—dan dalam beberapa kasus, negara tempat mereka transit—ketika mereka mendarat di China, bahkan menambahkan lebih banyak biaya.

"Mereka benar-benar menginginkan saya di rumah untuk Festival Musim Semi,” kata Gao yang berusia 34 tahun. “Istri saya mengirimi saya pesan setiap hari untuk bertanya, tetapi saya harus menunggu tanpa pilihan lain.”

Yang juga menunggu dengan sia-sia adalah Qiu, insinyur mekanik berusia 33 tahun di Bangalore yang juga ingin diidentifikasi hanya dengan nama belakangnya. Dia tiba di kota India pada akhir 2019, awalnya berharap bisa pulang dalam beberapa bulan.

Sekarang, dia menghadapi pukulan ganda, dengan pekerjaannya terganggu oleh penguncian nasional India dan rencana perjalanannya untuk pulang ditunda. Masalahnya diperburuk, katanya, dengan memburuknya hubungan antara dua raksasa Asia itu.

Qiu mengatakan dia merayakan Tahun Baru Imlek tahun lalu dengan sekitar 60 orang China di sebuah restoran China di Bangalore, tetapi tahun ini, dengan restoran tutup dan sebagian besar pekerja China sudah pulang, dia akan merayakannya dengan empat rekan lainnya. “Tidak akan ada yang istimewa tahun ini karena pilihan kami sangat terbatas,” katanya.

Sementara Gao akan berpesta daging domba untuk makan malam malam Tahun Baru Imlek dan Amy yang berbasis di Singapura akan memasak berbagai hidangan China dengan beberapa teman, ekspatriat China lainnya mengatakan tidak akan banyak yang bisa dirayakan, mengingat keluarga dan teman mereka di rumah juga akan mengadakan perayaan yang "diredam" sejalan dengan pembatasan virus corona. Hal ini terutama terjadi pada sekitar 20 juta orang di kota Shijiazhuang, Xingtai dan Heilongjiang, yang telah kembali melakukan lockdown.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1666 seconds (0.1#10.140)