Tahun Baru Imlek: Orang-orang China Terjebak dan Tak Berdaya di Luar Negeri

Jum'at, 12 Februari 2021 - 03:29 WIB
loading...
Tahun Baru Imlek: Orang-orang...
You Feifei, 45, warga Shenyang, China, yang bekerja di sebuah restoran kebab di distrik Chinatown, Singapura, memilih tak mudik saat Tahun Baru Imlek karena COVID-19. Foto/South China Morning Post
A A A
SINGAPURA - Yang, seorang warga negara China yang bekerja di Singapura selama lebih dari satu dekade, biasanya terbangpulang ke kampung halamannya di Wuhan, China tengah, setiap tahun untuk merayakan Tahun Baru Imlek bersama keluarganya. Tapi ini adalah tahun kedua berturut-turut dia melewatkan mudik tahunannya.

“Sungguh perasaan yang sangat menyedihkan tidak dapat merayakan tahun baru bersama keluarga dan teman-teman saya di rumah,” kata pria berusia 29 tahun tersebut, yang bekerja di industri pendidikan. "Dan lebih buruk lagi tidak mengetahui kapan saya bisa melihat mereka selanjutnya.”



Tahun lalu, Yang—yang hanya ingin diidentifikasi dengan nama belakangnya—membatalkan rencananya untuk mudik setelah pihak berwenang China memberlakukan penguncian ketat di provinsi Hubei, pusat awal pandemi virus corona baru (COVID-19) yang mematikan. Pada saat itu, virus tersebut tak hanya merenggut beberapa lusin nyawa dan menginfeksi sekitar seribu orang, tetapi juga mengacaukan perayaan nasional dari hari libur paling penting di China.

Kali ini, dengan virus Corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang masih berkecamuk di seluruh dunia. Rasa ketidakpastian dan kerugian tetap ada di antara warga negara China yang tinggal di luar negeri sebagai daftar pertimbangan yang lebih panjang membuat mereka tidak berada di rumah, di antaranya adalah harga tiket pesawat yang lebih tinggi, masa karantina yang lama, dan risiko terinfeksi dalam perjalanan kembali.

Yang, yang terakhir melihat keluarganya di Wuhan pada Oktober 2019, mengatakan biaya tiket pesawat pulang telah melonjak drastis karena terbatasnya jumlah penerbangan ke China—harga tiket perjalanan hingga SD1.600 untuk satu putaran. Biasanya, sekitar SD600.

You Feifei, 45, warga Shenyang yang bekerja di sebuah restoran kebab di distrik Chinatown Singapura, mengatakan bahwa periode karantina wajib bagi para pelancong yang memasuki daratan China "tidak masuk akal" baginya. Itulah alasan utama dia tidak punya rencana untuk mudik.



Saat ini, pemerintah China mengamanatkan agar pelancong yang masuk menjalani karantina "terpusat" selama 14 hari di fasilitas yang ditentukan, seperti hotel, diikuti dengan masa isolasi tujuh hari di kediaman mereka sendiri.

Situasinya bahkan lebih mengerikan bagi mereka yang tidak memiliki koneksi udara langsung ke provinsi asal mereka. Amy, 33, dari Jiangxi yang bekerja di industri e-commerce Singapura, mengatakan dia kemungkinan akan diminta untuk menjalani karantina awal di bandara besar mana pun tempat dia pertama kali mendarat di China, kemudian menghadapi karantina lain setelah tiba di tujuan akhir.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
Ciptakan 22 Karyawan...
Ciptakan 22 Karyawan Palsu, Manajer HRD Ini Korupsi Rp36,2 Miliar
Jakarta Masuk Puncak...
Jakarta Masuk Puncak Daftar Kota Dunia yang Akan Hadapi Banjir Dahsyat
3 Kebijakan Xi Jinping...
3 Kebijakan Xi Jinping yang Ramah bagi Umat Muslim di China, Salah Satunya Memperkenalkan Sinofikasi Islam
Perang Dagang Memanas,...
Perang Dagang Memanas, Trump akan Kunjungi China Bulan Depan
8 Negara Pemilik Mineral...
8 Negara Pemilik Mineral Tanah Langka Terbesar di Dunia, Harta Karun yang Diincar AS
Terkuat di Dunia, Ini...
Terkuat di Dunia, Ini 194 Negara Bebas Visa bagi Pemegang Paspor Singapura
Sri Lanka di Bawah Bayang-Bayang...
Sri Lanka di Bawah Bayang-Bayang Kebijakan Asimilasi Etnis China
Musuh-musuh utama AS...
Musuh-musuh utama AS dan NATO Gelar Latihan Perang
Rekomendasi
Permintaan Properti...
Permintaan Properti Lewat Rumah123 Capai Lebih 500.000 Tiap Kuartal
Motif Pembunuh Ibu dan...
Motif Pembunuh Ibu dan Anak di Tambora karena Sakit Hati Dimarahi Korban
Kolaborasi PNM dan Kementerian...
Kolaborasi PNM dan Kementerian UMKM Perkuat Literasi Usaha Nasabah
Berita Terkini
PBB: Blokade Israel...
PBB: Blokade Israel Picu Kelaparan Tercepat dalam Sejarah Modern
1 jam yang lalu
Diduga Bermotif Politik,...
Diduga Bermotif Politik, Israel Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Komunitas Druze di Suriah
3 jam yang lalu
Israel Sebar Perangkat...
Israel Sebar Perangkat Mata-mata Sebesar Serangga saat Buka Puasa dan Sahur di Gaza
4 jam yang lalu
Mahkamah Internasional...
Mahkamah Internasional Gelar Sidang Terbuka Kewajiban Israel di Wilayah Palestina yang Diduduki
5 jam yang lalu
Bosnia Buru Presiden,...
Bosnia Buru Presiden, Perdana Menteri dan Ketua Parlemen Republika Srpska
6 jam yang lalu
Penjualan Mobil Anjlok,...
Penjualan Mobil Anjlok, Volkswagen akan Produksi Senjata dan Peralatan Militer
7 jam yang lalu
Infografis
3 Alasan Sananta Tak...
3 Alasan Sananta Tak Dipanggil Timnas Lawan Bahrain dan China
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved