Dunia Dalam Bahaya Jika Distribusi Vaksin Tak Dilakukan Secara Adil
loading...
A
A
A
LONDON - Semua negara saat ini tengah berlomba untuk mempercepat logistik dan mendistribusikan vaksin Covid-19 . Namun, para ahli kesehatan masyarakat memperingatkan bahwa konsensus global adalah suatu keharusan untuk memastikan bahwa obat kritis mencapai semua tempat dan mencegah hilangnya nyawa yang tidak perlu.
Dengan peluncuran global vaksin Covid-19 yang berjalan dengan baik, ada resiko besar dan lebih banyak nyawa dipertaruhkan jika negara-negara di dunia tidak bekerja sama.
Manajemen peluncuran vaksin Covid-19 dilihat oleh banyak orang sebagai sumber daya yang langka dan cara utama bagi dunia untuk kembali normal. Hal ini telah menyebabkan beberapa orang khawatir bahwa negara-negara miskin telah didorong ke belakang antrian demi negara yang lebih kaya.
Direktur Pelaksana COVAX, Aurelia Nguyen mengatakan, ada godaan yang jelas bagi pemerintah untuk mengisolasi dan mundur dalam perbatasan mereka sambil mencoba mengamankan vaksin Covid-19. Sebab, banyak masyarakat dan negara di dunia berada di bawah tekanan, yang akan menyebabkan hilangnya nyawa yang tidak perlu.
COVAX adalah pilar vaksin dari Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator, dipimpin bersama oleh Coalition for Epidemic Preparedness Innovation (CEPI), The Vaccine Alliance (GAVI) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bekerja sama dengan produsen vaksin global, Bank Dunia, dan lainnya.
Dalam upaya untuk mencegah nasionalisme vaksin dan distribusi yang tidak adil, COVAX diciptakan pada bulan-bulan awal pandemi untuk memastikan bahwa logistik vaksin yang adil memberikan inokulasi yang menyelamatkan nyawa ke seluruh dunia.
Menurut Nguyen, dunia berada tepat di awal peralihan dari tantangan ilmiah ke tantangan penyampaian. Nguyen mengatakan bahwa COVAX akan mengambil semua vaksin yang terbukti aman dan efektif, terlepas dari asalnya.
“Tidak ada satu vaksin atau produsen tunggal yang akan menjadi solusi satu-satunya,” ucap Nguyen, seperti dilansir Al Arabiya.
Peluncuran vaksin Covid-19 di bawah COVAX berarti bahwa 190 negara yang berpartisipasi dan memenuhi syarat akan dapat mengakses dosis untuk melindungi kelompok rentan mereka pada paruh pertama tahun 2021. Kelompok pertama yang akan diinokulasi mencakup sekitar 3 persen dari populasi setiap negara.
“Kami menargetkan (untuk menyuntikkan) tiga persen, yang merupakan jumlah petugas kesehatan yang akan divaksinasi pada paruh pertama tahun 2021 dan kemudian sepanjang sisa tahun 2021. Peningkatan yang sangat cepat untuk dapat melindungi secara maksimal pada populasi berisiko," ungkapnya.
Setidaknya 1,3 miliar dosis yang didanai donor akan tersedia untuk 92 negara berpenghasilan menengah dan rendah yang tidak mampu sepenuhnya membayar vaksin Covid-19, menargetkan cakupan populasi hingga 20 persen pada akhir tahun.
Namun, dengan tujuan ambisius untuk distribusi vaksin 2021, negara-negara miskin yang belum dapat mengamankan kesepakatan bilateral. Sementara produsen vaksin bersiap untuk peluncuran vaksin tersebut tanpa tanggal yang jelas.
Sejalan dengan peluncuran cepat vaksin Covid-19, komunitas global telah menyaksikan lonjakan informasi yang salah, ditambah dengan teori konspirasi terkait dengan sifat vaksin, yang mengakibatkan meningkatnya keraguan vaksin di seluruh dunia.
"Di tengah pandemi, dunia juga mengalami "infodemik", yang menekankan pentingnya sumber informasi yang dapat diandalkan, sehingga mudah diakses dan dipahami masyarakat," jelas Nguyen.
“Sayangnya, (misinformasi) melukai upaya kami untuk mengalahkan pandemi. Kalau kita punya vaksin, itu harapan terbaik kita untuk mengakhiri fase akut. Seperti yang telah kita lihat bahwa vaksin di masa lalu telah menjadi kunci untuk memberantas penyakit seperti cacar," ujarnya.
Ke depan, jelasnya, COVAX akan membuat rencana persiapan untuk pandemi berikutnya akan berjalan seiring dengan mengatasi informasi yang salah dan memperkuat aliansi global melawan nasionalisme vaksin.
Untuk saat ini, Nguyen memiliki harapan untuk masa depan, dengan catatan bahwa pandemi Covid-19 sudah di depan mata. “Jika sudah melakukan vaksinasi dengan dua miliar dosis, berarti kita bisa membuka kembali ekonomi kita dan perdagangan serta pariwisata bisa dimulai lagi,” pungkasnya.
Dengan peluncuran global vaksin Covid-19 yang berjalan dengan baik, ada resiko besar dan lebih banyak nyawa dipertaruhkan jika negara-negara di dunia tidak bekerja sama.
Manajemen peluncuran vaksin Covid-19 dilihat oleh banyak orang sebagai sumber daya yang langka dan cara utama bagi dunia untuk kembali normal. Hal ini telah menyebabkan beberapa orang khawatir bahwa negara-negara miskin telah didorong ke belakang antrian demi negara yang lebih kaya.
Direktur Pelaksana COVAX, Aurelia Nguyen mengatakan, ada godaan yang jelas bagi pemerintah untuk mengisolasi dan mundur dalam perbatasan mereka sambil mencoba mengamankan vaksin Covid-19. Sebab, banyak masyarakat dan negara di dunia berada di bawah tekanan, yang akan menyebabkan hilangnya nyawa yang tidak perlu.
COVAX adalah pilar vaksin dari Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator, dipimpin bersama oleh Coalition for Epidemic Preparedness Innovation (CEPI), The Vaccine Alliance (GAVI) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bekerja sama dengan produsen vaksin global, Bank Dunia, dan lainnya.
Dalam upaya untuk mencegah nasionalisme vaksin dan distribusi yang tidak adil, COVAX diciptakan pada bulan-bulan awal pandemi untuk memastikan bahwa logistik vaksin yang adil memberikan inokulasi yang menyelamatkan nyawa ke seluruh dunia.
Menurut Nguyen, dunia berada tepat di awal peralihan dari tantangan ilmiah ke tantangan penyampaian. Nguyen mengatakan bahwa COVAX akan mengambil semua vaksin yang terbukti aman dan efektif, terlepas dari asalnya.
“Tidak ada satu vaksin atau produsen tunggal yang akan menjadi solusi satu-satunya,” ucap Nguyen, seperti dilansir Al Arabiya.
Peluncuran vaksin Covid-19 di bawah COVAX berarti bahwa 190 negara yang berpartisipasi dan memenuhi syarat akan dapat mengakses dosis untuk melindungi kelompok rentan mereka pada paruh pertama tahun 2021. Kelompok pertama yang akan diinokulasi mencakup sekitar 3 persen dari populasi setiap negara.
“Kami menargetkan (untuk menyuntikkan) tiga persen, yang merupakan jumlah petugas kesehatan yang akan divaksinasi pada paruh pertama tahun 2021 dan kemudian sepanjang sisa tahun 2021. Peningkatan yang sangat cepat untuk dapat melindungi secara maksimal pada populasi berisiko," ungkapnya.
Setidaknya 1,3 miliar dosis yang didanai donor akan tersedia untuk 92 negara berpenghasilan menengah dan rendah yang tidak mampu sepenuhnya membayar vaksin Covid-19, menargetkan cakupan populasi hingga 20 persen pada akhir tahun.
Namun, dengan tujuan ambisius untuk distribusi vaksin 2021, negara-negara miskin yang belum dapat mengamankan kesepakatan bilateral. Sementara produsen vaksin bersiap untuk peluncuran vaksin tersebut tanpa tanggal yang jelas.
Sejalan dengan peluncuran cepat vaksin Covid-19, komunitas global telah menyaksikan lonjakan informasi yang salah, ditambah dengan teori konspirasi terkait dengan sifat vaksin, yang mengakibatkan meningkatnya keraguan vaksin di seluruh dunia.
"Di tengah pandemi, dunia juga mengalami "infodemik", yang menekankan pentingnya sumber informasi yang dapat diandalkan, sehingga mudah diakses dan dipahami masyarakat," jelas Nguyen.
“Sayangnya, (misinformasi) melukai upaya kami untuk mengalahkan pandemi. Kalau kita punya vaksin, itu harapan terbaik kita untuk mengakhiri fase akut. Seperti yang telah kita lihat bahwa vaksin di masa lalu telah menjadi kunci untuk memberantas penyakit seperti cacar," ujarnya.
Ke depan, jelasnya, COVAX akan membuat rencana persiapan untuk pandemi berikutnya akan berjalan seiring dengan mengatasi informasi yang salah dan memperkuat aliansi global melawan nasionalisme vaksin.
Untuk saat ini, Nguyen memiliki harapan untuk masa depan, dengan catatan bahwa pandemi Covid-19 sudah di depan mata. “Jika sudah melakukan vaksinasi dengan dua miliar dosis, berarti kita bisa membuka kembali ekonomi kita dan perdagangan serta pariwisata bisa dimulai lagi,” pungkasnya.
(esn)