Biden Terpukul oleh Kudeta Militer, AS Tinjau Bantuan untuk Myanmar
loading...
A
A
A
Sesuai hukum AS, penilaian bahwa kudeta telah terjadi secara otomatis membatasi bantuan AS untuk negara terkait.
Kudeta tersebut merupakan pukulan signifikan bagi pemerintahan Biden dan upayanya membentuk kebijakan Asia-Pasifik yang kuat untuk melawan China.
Banyak dari tim kebijakan Asia Biden adalah veteran pemerintahan Barack Obama, yang setelah meninggalkan jabatannya pada 2016 memuji pekerjaannya mengakhiri beberapa dekade pemerintahan militer di Myanmar sebagai pencapaian kebijakan luar negeri yang penting.
Baca juga: Biden Teken Perintah Eksekutif Batalkan Kebijakan Imigrasi Era Trump
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan Amerika Serikat memberikan hampir USD135 juta bantuan bilateral kepada Myanmar pada 2020 tetapi hanya "sebagian kecil" dari itu yang langsung diberikan kepada pemerintah.
Para pejabat sedang meninjau bantuan itu, tetapi mengatakan bantuan kemanusiaan, termasuk untuk minoritas Muslim Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan di Myanmar, dan program-program yang mempromosikan demokrasi atau menguntungkan masyarakat sipil akan terus berlanjut.
Baca Juga: Van Dijk Butuh Keajaiban untuk Kembali ke Lapangan Musim Ini
“Perhatian pertama kami saat kami melakukan peninjauan itu adalah untuk memastikan bahwa kami tidak melakukan apa pun yang akan mempengaruhi orang-orang Burma yang telah lama menderita, termasuk Rohingya,” ujar Price dalam penjelasan singkat.
“Pejabat AS juga melakukan peninjauan sanksi terhadap para pemimpin militer Myanmar dan perusahaan yang terkait dengan mereka,” papar dia.
Pejabat Departemen Luar Negeri AS memberi pengarahan kepada staf dari komite hubungan luar negeri Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Senat pada Senin tentang situasi tersebut tetapi tidak meninjau sanksi baru.
Kudeta tersebut merupakan pukulan signifikan bagi pemerintahan Biden dan upayanya membentuk kebijakan Asia-Pasifik yang kuat untuk melawan China.
Banyak dari tim kebijakan Asia Biden adalah veteran pemerintahan Barack Obama, yang setelah meninggalkan jabatannya pada 2016 memuji pekerjaannya mengakhiri beberapa dekade pemerintahan militer di Myanmar sebagai pencapaian kebijakan luar negeri yang penting.
Baca juga: Biden Teken Perintah Eksekutif Batalkan Kebijakan Imigrasi Era Trump
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan Amerika Serikat memberikan hampir USD135 juta bantuan bilateral kepada Myanmar pada 2020 tetapi hanya "sebagian kecil" dari itu yang langsung diberikan kepada pemerintah.
Para pejabat sedang meninjau bantuan itu, tetapi mengatakan bantuan kemanusiaan, termasuk untuk minoritas Muslim Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan di Myanmar, dan program-program yang mempromosikan demokrasi atau menguntungkan masyarakat sipil akan terus berlanjut.
Baca Juga: Van Dijk Butuh Keajaiban untuk Kembali ke Lapangan Musim Ini
“Perhatian pertama kami saat kami melakukan peninjauan itu adalah untuk memastikan bahwa kami tidak melakukan apa pun yang akan mempengaruhi orang-orang Burma yang telah lama menderita, termasuk Rohingya,” ujar Price dalam penjelasan singkat.
“Pejabat AS juga melakukan peninjauan sanksi terhadap para pemimpin militer Myanmar dan perusahaan yang terkait dengan mereka,” papar dia.
Pejabat Departemen Luar Negeri AS memberi pengarahan kepada staf dari komite hubungan luar negeri Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Senat pada Senin tentang situasi tersebut tetapi tidak meninjau sanksi baru.