13 Orang Israel Menderita Kelumpuhan Wajah usai Disuntik Vaksin COVID-19 Pfizer

Senin, 18 Januari 2021 - 06:24 WIB
loading...
13 Orang Israel Menderita Kelumpuhan Wajah usai Disuntik Vaksin COVID-19 Pfizer
Seorang pekerja medis bersiap memberikan suntikan vaksin untuk melawan COVID-19 di Tel Aviv, Israel, 10 Januari 2021. Foto/REUTERS/Ronen Zvulun
A A A
TEL AVIV - Setidaknya 13 orang Israel telah menderita kelumpuhan wajah ringan setelah mendapat suntikan vaksin COVID-19 buatan Pfizer . Laporan ini muncul sebulan setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat (AS) melaporkan masalah serupa tetapi mengklaim hal itu tidak terkait dengan suntikan vaksin.

Israel telah dipuji karena program inokulasi massal yang cepat dan efisien, yang telah memvaksinasi 20 persen populasi negara itu secara mengejutkan sejak vaksinasi dimulai pada akhir Desember 2020.



Namun, bagi segelintir orang Israel, inisiatif tersebut telah menyebabkan beberapa ketakutan tentang masalah kesehatan yang tak terduga. Setidaknya 13 orang telah melaporkan kelumpuhan wajah ringan setelah menerima suntikan vaksin buatan Pfizer/BioNTech . Laporan ini dirilis Ynet yang mengutip Kementerian Kesehatan setempat. Para pejabat yakin jumlah kasus seperti itu bisa lebih tinggi.

“Setidaknya selama 28 jam saya berjalan-jalan dengannya (kelumpuhan wajah),” kata salah satu orang Israel yang mengalami efek samping tersebut kepada Ynet yang dilansir Minggu (17/1/2021).

"Saya tidak bisa mengatakan itu benar-benar hilang setelah itu, tetapi selain itu saya tidak memiliki rasa sakit lain, kecuali rasa sakit kecil di tempat suntikan itu, tetapi tidak ada yang lebih dari itu," ujarnya.

Individu yang tidak disebutkan namanya itu mencatat bahwa reaksi yang tidak menyenangkan adalah sesuatu yang langka dan menekankan kepada orang-orang bahwa penting untuk mendapatkan vaksinasi. Namun, dia mengakui bahwa dia ragu-ragu untuk menerima dosis kedua dari vaksin tersebut.



Kementerian Kesehatan Israel telah menyatakan bahwa aman untuk memberikan suntikan kedua vaksin tersebut, asalkan kelumpuhan wajah berlalu dan tidak ada efek jangka panjang yang tersisa dari suntikan pertama. Tetapi beberapa ahli medis Israel telah memilih untuk mengabaikan nasihat ini.

Ynet mengutip Profesor Galia Rahav; direktur Unit Penyakit Menular di Sheba Medical Center, yang mengatakan dia tidak merasa nyaman dengan memberikan dosis kedua kepada seseorang yang telah menerima suntikan pertama dan kemudian menderita kelumpuhan wajah ringan.

“Tidak ada yang tahu apakah ini terkait dengan vaksin atau tidak. Itu sebabnya saya tidak akan memberikan dosis kedua kepada seseorang yang menderita kelumpuhan setelah dosis pertama," katanya.

Bulan lalu FDA mengungkapkan bahwa Bell's palsy, suatu bentuk kelumpuhan wajah sementara, dilaporkan oleh empat peserta selama uji coba fase tiga vaksin Pfizer. Keempat kasus melibatkan individu yang telah diberi suntikan yang sebenarnya. Tidak ada laporan kelumpuhan di antara kelompok kontrol yang menerima plasebo.

Dalam laporannya, FDA mencatat "ketidakseimbangan numerik" kasus Bell's palsy di antara kelompok vaksin dan kelompok plasebo, tetapi dikatakan tidak ada "efek samping tak serius" lain yang menunjukkan pola serupa.

Akhirnya, regulator obat AS menyimpulkan bahwa masalah tersebut konsisten dengan tingkat latar belakang yang diharapkan pada populasi umum, dan menambahkan bahwa tidak ada bukti jelas yang mengaitkan vaksin virus corona dengan kondisi medis yang tidak menyenangkan. Namun, badan tersebut merekomendasikan pengawasan untuk kasus Bell's palsy dengan penyebaran vaksin ke populasi yang lebih besar.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1317 seconds (0.1#10.140)