Kim Jong-un Absen Perayaan 'Hari Matahari' di Tengah Pandemi COVID-19

Jum'at, 17 April 2020 - 10:31 WIB
loading...
Kim Jong-un Absen Perayaan Hari Matahari di Tengah Pandemi COVID-19
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Foto/REUTERS/KCNA
A A A
PYONGYANG - Para pejabat senior Korea Utara (Korut) memberi penghormatan kepada mendiang pendiri negara; Kim Il-sung, dalam perayaan "Hari Matahari", Rabu lalu. Namun ada yang janggal dalam perayaan itu, karena pemimpin Korea Utara Kim Jong-un tidak hadir alias absen.

Perayaan "Hari Matahari" adalah perayaan ulang tahun Kim Il-sung, yang tak lain adalah kakek Kim Jong-un. Absennya sang diktator muda tersebut menimbulkan pertanyaan tentang apakah pandemi virus corona baru, COVID-19, jadi penyebabnya.

Rezim Kim Jong-un selama ini mengklaim bahwa Korut nol kasus infeksi COVID-19. Namun, klaim tersebut diragukan berbagai pihak, terutama Amerika Serikat. Alasannya, dua negara terdekatnya yakni China dan Korea Selatan pernah menjadi negara terparah yang dilanda wabah penyakit tersebut.

Perayaan "Hari Matahari" saban 15 April menjadi hari penting bagi Korut. Biasanya, perayaan tersebut diramaikan dengan parade militer besar-besaran dan pengumpulan massa yang melibatkan puluhan ribu orang.

Tetapi pada hari Kamis, Korean Central News Agency (KCNA) melaporkan bahwa hanya sekelompok pejabat senior pemerintah, partai dan militer yang memberikan penghormatan di Istana Matahari Kumsusan untuk ulang tahun ke-108 Kim Il-sung.

KCNA tidak menyebutkan keberadaan Kim Jong-un yang biasanya mengunjungi situs makam tempat jasad kakek dan ayahnya, Kim Jong-il, berada. Media pemerintah Korut itu hanya mengatakan; "Keranjang bunga diletakkan di patung-patung para pemimpin besar dan mosaik yang menunjukkan gambar mereka yang tersenyum."

Menurut kantor berita Korea Selatan, Yonhap, Kim Jong-un belum pernah mengunjungi makam selama liburan sejak mewarisi kekuasaan pada 2011. Media pemerintah biasanya melaporkan kunjungan ke situs itu pada hari yang sama atau pagi berikutnya.

Surat kabar resmi partai yang berkuasa di Korea Utara, Rodong Sinmun, juga tidak menunjukkan kehadiran Kim Jong-un, tetapi sebuah keranjang bunga diletakkan di situs makam dengan sebuah spanduk bertuliskan namanya.

Beberapa pengamat Korea Utara berteori bahwa Kim Jong-un mungkin telah melewatkan perayaan "Hari Matahari" karena kekhawatiran tentang pandemi COVID-19. Meski mengklaim nol kasus infeksi COVID-19, Korut tetap menerapkan langkah-langkah social distancing atau menjaga jarak sosial.

Pada akhir Maret, harian Jepang Yomiuri Shimbun melaporkan bahwa lebih dari 100 tentara Korea Utara yang ditempatkan di perbatasan dengan China meninggal karena virus itu. Surat kabar Korea Selatan Chosun Ilbo juga mengklaim bahwa Kim Jong-un menghabiskan "waktu yang cukup" jauh dari ibu kota negara, Pyongyang, karena virus itu.

Tetapi seorang pejabat di Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan kepada Yonhap bahwa Kim Jong-un telah mengunjungi mausoleum pada pertengahan Februari untuk ulang tahun ayahnya ketika virus corona baru menyebar semakin cepat di wilayah tersebut.

"Akan sangat luar biasa jika Kim terbukti tidak berkunjung ke sana," kata pejabat itu Kamis dengan syarat anonim. "Mungkin ada berbagai analisis, termasuk kaitan termudah dengan COVID-19."

Korea Utara sebelumnya merilis gambar pada bulan April yang menunjukkan Kim Jong-un yang mengawasi latihan motor dan pada pertemuan Partai Buruh Korea, partai berkuasa di negara tersebut. Masih belum jelas kapan foto itu diambil.

Seorang pembelot Korut mengatakan diktator muda itu berusaha menjauhkan diri dari kultus keluarga.

"Kim Jong-un ingin melepaskan diri dari masa lalu, serta kultus kepribadian tradisional Korea Utara," kata Ahn Chan-il, seorang pembelot dan peneliti Korea Utara di Seoul, kepada Agence France-Presse.

"Dia ingin menemukan dan menyebut dirinya sebagai pemimpin yang modern dan kompeten, bukan keturunan pendahulunya," katanya. "Dan dia ingin secara bertahap menurunkan idola dari dua pemimpin terakhir karena bertentangan dengan agendanya untuk mencap Korea Utara sebagai 'negara normal'."
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1260 seconds (0.1#10.140)