Anggota Kongres AS Kembali Bersidang, Sahkan Kemenangan Pemilu Biden
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Para anggota Kongres Amerika Serikat (AS) bersidang kembali tak lama setelah jam 8 malam pada Kamis (7/1) untuk melanjutkan sertifikasi hasil pemilu presiden.
Sesi sertifikasi hasil pemilu itu sempat tertunda setelah para pendukung Presiden AS Donald Trump menyerbu masuk gedung US Capitol. Pendukung Trump kemudian berhasil dihalau keluar oleh aparat keamanan dari gedung tersebut.
“Kepada mereka yang mendatangkan malapetaka di Capitol hari ini, Anda tidak menang,” ujar Wakil Presiden AS Mike Pence saat sesi sidang dilanjutkan.
“Ayo kembali bekerja,” ujar Pence, mendapat tepuk tangan. (Baca Juga: Geram Lihat Pendukung Trump Serbu US Capitol, Biden: Ini Pemberontakan!)
"Kami akan mengesahkan pemenang pemilu 2020," papar Ketua Senat Partai Republik Mitch McConnell, menyebut serangan oleh pendukung Trump sebagai "pemberontakan yang gagal." (Baca Juga: Situasi Politik di AS Memanas, KJRI New York Imbau WNI Hindari Kerumunan)
Anggota parlemen memperdebatkan upaya terakhir oleh anggota parlemen pro-Trump untuk menantang hasil pemilu, yang tidak mungkin berhasil. (Baca Juga: Dunia Terkejut Melihat Ulah Pendukung Trump Duduki Gedung US Capitol)
Tetapi beberapa orang yang berencana menolak hasil pemilu mengatakan mereka akan mempersingkat upaya mereka dan mungkin hanya menantang hasil di satu negara bagian, bukan di beberapa negara bagian.
Walikota Washington Muriel Bowser memerintahkan jam malam di seluruh kota mulai pukul 6 sore.
Pasukan Garda Nasional, agen FBI, dan Dinas Rahasia AS dikerahkan untuk membantu polisi Capitol yang kewalahan, dan pasukan Garda serta polisi mendorong pengunjuk rasa menjauh dari Capitol setelah jam malam diberlakukan.
“Beginilah hasil pemilu diperdebatkan di republik pisang, bukan republik demokratis kita. Saya terkejut dengan perilaku sembrono dari beberapa pemimpin politik sejak pemilu,” papar mantan Presiden AS George W Bush, dari Partai Republik, tanpa menyebut nama Trump.
Ribuan pendukung Presiden Donald Trump menyerbu US Capitol untuk menolak kekalahan dalam pemilu. Ulah itu memaksa Kongres untuk sementara menunda sesi mengesahkan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.
Polisi mengevakuasi para anggota parlemen dan berjuang selama lebih dari tiga jam untuk membersihkan Capitol dari para pendukung Trump.
Para pendukung Trump itu menerobos lorong dan mengobrak-abrik kantor dalam adegan kekacauan demi kekacauan yang mengejutkan dunia.
“Seorang wanita tewas setelah ditembak selama kekacauan itu,” ungkap polisi Washington.
FBI mengatakan telah melucuti dua perangkat peledak yang dicurigai dibawa para pendukung Trump.
Polisi menyatakan gedung Capitol aman tidak lama setelah pukul 17:30 waktu setempat.
Pendukung Trump memecahkan jendela dan polisi mengerahkan gas air mata di dalam gedung.
Kepala Polisi Metropolitan Washington Robert Contee mengatakan anggota kerumunan menggunakan bahan kimia yang mengiritasi untuk menyerang polisi dan beberapa lainnya terluka.
“Itu adalah serangan paling merusak pada bangunan ikonik itu sejak tentara Inggris membakarnya pada 1814,” papar US Capitol Historical Society.
Adegan kacau terjadi setelah Trump berbicara kepada ribuan pendukung di dekat Gedung Putih, mengulangi klaim tidak berdasar bahwa pemilu itu dicuri darinya karena penipuan dan penyimpangan yang meluas.
Trump mengatakan kepada para pendukung bahwa mereka harus berbaris di Capitol untuk mengungkapkan kemarahan mereka pada proses pemungutan suara dan menekan pejabat terpilih untuk menolak hasil. Trump menyeru mereka "untuk bertarung."
Sesi sertifikasi hasil pemilu itu sempat tertunda setelah para pendukung Presiden AS Donald Trump menyerbu masuk gedung US Capitol. Pendukung Trump kemudian berhasil dihalau keluar oleh aparat keamanan dari gedung tersebut.
“Kepada mereka yang mendatangkan malapetaka di Capitol hari ini, Anda tidak menang,” ujar Wakil Presiden AS Mike Pence saat sesi sidang dilanjutkan.
“Ayo kembali bekerja,” ujar Pence, mendapat tepuk tangan. (Baca Juga: Geram Lihat Pendukung Trump Serbu US Capitol, Biden: Ini Pemberontakan!)
"Kami akan mengesahkan pemenang pemilu 2020," papar Ketua Senat Partai Republik Mitch McConnell, menyebut serangan oleh pendukung Trump sebagai "pemberontakan yang gagal." (Baca Juga: Situasi Politik di AS Memanas, KJRI New York Imbau WNI Hindari Kerumunan)
Anggota parlemen memperdebatkan upaya terakhir oleh anggota parlemen pro-Trump untuk menantang hasil pemilu, yang tidak mungkin berhasil. (Baca Juga: Dunia Terkejut Melihat Ulah Pendukung Trump Duduki Gedung US Capitol)
Tetapi beberapa orang yang berencana menolak hasil pemilu mengatakan mereka akan mempersingkat upaya mereka dan mungkin hanya menantang hasil di satu negara bagian, bukan di beberapa negara bagian.
Walikota Washington Muriel Bowser memerintahkan jam malam di seluruh kota mulai pukul 6 sore.
Pasukan Garda Nasional, agen FBI, dan Dinas Rahasia AS dikerahkan untuk membantu polisi Capitol yang kewalahan, dan pasukan Garda serta polisi mendorong pengunjuk rasa menjauh dari Capitol setelah jam malam diberlakukan.
“Beginilah hasil pemilu diperdebatkan di republik pisang, bukan republik demokratis kita. Saya terkejut dengan perilaku sembrono dari beberapa pemimpin politik sejak pemilu,” papar mantan Presiden AS George W Bush, dari Partai Republik, tanpa menyebut nama Trump.
Ribuan pendukung Presiden Donald Trump menyerbu US Capitol untuk menolak kekalahan dalam pemilu. Ulah itu memaksa Kongres untuk sementara menunda sesi mengesahkan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.
Polisi mengevakuasi para anggota parlemen dan berjuang selama lebih dari tiga jam untuk membersihkan Capitol dari para pendukung Trump.
Para pendukung Trump itu menerobos lorong dan mengobrak-abrik kantor dalam adegan kekacauan demi kekacauan yang mengejutkan dunia.
“Seorang wanita tewas setelah ditembak selama kekacauan itu,” ungkap polisi Washington.
FBI mengatakan telah melucuti dua perangkat peledak yang dicurigai dibawa para pendukung Trump.
Polisi menyatakan gedung Capitol aman tidak lama setelah pukul 17:30 waktu setempat.
Pendukung Trump memecahkan jendela dan polisi mengerahkan gas air mata di dalam gedung.
Kepala Polisi Metropolitan Washington Robert Contee mengatakan anggota kerumunan menggunakan bahan kimia yang mengiritasi untuk menyerang polisi dan beberapa lainnya terluka.
“Itu adalah serangan paling merusak pada bangunan ikonik itu sejak tentara Inggris membakarnya pada 1814,” papar US Capitol Historical Society.
Adegan kacau terjadi setelah Trump berbicara kepada ribuan pendukung di dekat Gedung Putih, mengulangi klaim tidak berdasar bahwa pemilu itu dicuri darinya karena penipuan dan penyimpangan yang meluas.
Trump mengatakan kepada para pendukung bahwa mereka harus berbaris di Capitol untuk mengungkapkan kemarahan mereka pada proses pemungutan suara dan menekan pejabat terpilih untuk menolak hasil. Trump menyeru mereka "untuk bertarung."
(sya)