Tren Tingkat Kelahiran Anak di Dunia Menurun
loading...
A
A
A
NEW YORK - Pandemi virus corona (Covid-19) bukan hanya berdampak pada peningkatan jumlah kematian di seluruh dunia. Namun, itu juga berdampak serius dengan penurunan tingkat kelahiran di dunia.
Fenomena penurunan tingkat kelahiran terjadi di berbagai negara, mulai dari Amerika Serikat (AS), Italia, Inggris, hingga Korea Selatan (Korsel). Pandemi korona juga diprediksi akan mengubah ukuran populasi manusia dalam beberapa dekade mendatang. (Baca: Tingkatkan Angka Kelahiran Jadi Solusi Atasi Pandemi di Singapura)
Penurunan tingkat kelahiran dipengaruhi pandemi yang menyebabkan krisis ekonomi. Itu menyebabkan banyak orang tua berpikir berulang kali untuk memiliki anak. Di banyak negara, persepsi tentang mahalnya biaya perawatan dan pendidikan bagi anak menjadi beban bagi keluarga.
“Demografi penurunan tingkat kelahiran menunjukkan tren di mana ketika ekonomi menurun, maka tingkat kelahiran juga akan menurun,” kata ekonom Universitas South Carolina Robert Hartwig, dikutip The Post and Courier. Dia menuturkan, fenomena itu telah terjadi dalam beberapa abad lalu.
Faktanya, kata Hartwig, resesi dan pandemi memang berdampak serius terhadap penurunan tingkat kelahiran. “Yang tidak pernah terjadi sebelumnya adalah keduanya, baik resesi dan pandemi, ternyata terjadi secara simultan,” ungkapnya. Dia pun memprediksi tingkat kelahiran di AS akan menurun 300.000 hingga 500.000 pada 2021. (Baca juga: Doa untuk Pengantin Baru Beserta Maknanya)
Laporan Pew Research Center menyatakan, kesuburan juga berkaitan langsung dengan indikator ekonomi, termasuk perubahan pendapatan per kapita, harga rumah, dan usia pekerja di suatu wilayah. Mereka juga menyatakan permasalahan ekonomi akan menyebabkan penurunan tingkat kelahiran.
Sebagai solusi, negara juga harus menjaga ketahanan ekonomi untuk bisa terus meningkatkan kelahiran. Generasi muda dan usia kerja harus ikut terus bekerja dan meningkatkan pendapatan untuk terus menggerakkan roda ekonomi. Namun, mereka juga harus membayar pajak dan membiayai program keamanan sosial.
Apa yang terjadi di AS juga dialami di Kanada yang mengalami penurunan tingkat kelahiran. Nora Spinks, CEO Vanier Institute of the Family, lembaga penelitian dan pendidikan berbasis di Ottawa, mengatakan krisis kesehatan global berdampak pada orang memiliki anak. Pandemi memengaruhi orang berpikir untuk menunda memiliki anak karena dipengaruhi prediksi masa depan yang belum stabil. (Baca juga: DPR Tagih Penjelasan Pemerintah Soal Penghapusan CPNS Guru)
"Stabilitas, keamanan, dan kemampuan memprediksi memengaruhi keputusan untuk memiliki anak," kata Spinks, kepada CBC. "Baik stabilitas dalam kehidupan rumah tangga, hubungan, ekonomi, situasi pekerjaan, hingga pendapatan," ujarnya.
Dalam pandangan Yolanda Kirkham, asisten profesor di Universitas Toronto, penundaan kehamilan karena banyak orang khawatir dengan risiko kesulitan mendapatkan akses selama pandemi. "Banyak pasien saya menunda memiliki anak karena terjadi peningkatan biaya kesehatan," ujarnya.
Fenomena penurunan tingkat kelahiran terjadi di berbagai negara, mulai dari Amerika Serikat (AS), Italia, Inggris, hingga Korea Selatan (Korsel). Pandemi korona juga diprediksi akan mengubah ukuran populasi manusia dalam beberapa dekade mendatang. (Baca: Tingkatkan Angka Kelahiran Jadi Solusi Atasi Pandemi di Singapura)
Penurunan tingkat kelahiran dipengaruhi pandemi yang menyebabkan krisis ekonomi. Itu menyebabkan banyak orang tua berpikir berulang kali untuk memiliki anak. Di banyak negara, persepsi tentang mahalnya biaya perawatan dan pendidikan bagi anak menjadi beban bagi keluarga.
“Demografi penurunan tingkat kelahiran menunjukkan tren di mana ketika ekonomi menurun, maka tingkat kelahiran juga akan menurun,” kata ekonom Universitas South Carolina Robert Hartwig, dikutip The Post and Courier. Dia menuturkan, fenomena itu telah terjadi dalam beberapa abad lalu.
Faktanya, kata Hartwig, resesi dan pandemi memang berdampak serius terhadap penurunan tingkat kelahiran. “Yang tidak pernah terjadi sebelumnya adalah keduanya, baik resesi dan pandemi, ternyata terjadi secara simultan,” ungkapnya. Dia pun memprediksi tingkat kelahiran di AS akan menurun 300.000 hingga 500.000 pada 2021. (Baca juga: Doa untuk Pengantin Baru Beserta Maknanya)
Laporan Pew Research Center menyatakan, kesuburan juga berkaitan langsung dengan indikator ekonomi, termasuk perubahan pendapatan per kapita, harga rumah, dan usia pekerja di suatu wilayah. Mereka juga menyatakan permasalahan ekonomi akan menyebabkan penurunan tingkat kelahiran.
Sebagai solusi, negara juga harus menjaga ketahanan ekonomi untuk bisa terus meningkatkan kelahiran. Generasi muda dan usia kerja harus ikut terus bekerja dan meningkatkan pendapatan untuk terus menggerakkan roda ekonomi. Namun, mereka juga harus membayar pajak dan membiayai program keamanan sosial.
Apa yang terjadi di AS juga dialami di Kanada yang mengalami penurunan tingkat kelahiran. Nora Spinks, CEO Vanier Institute of the Family, lembaga penelitian dan pendidikan berbasis di Ottawa, mengatakan krisis kesehatan global berdampak pada orang memiliki anak. Pandemi memengaruhi orang berpikir untuk menunda memiliki anak karena dipengaruhi prediksi masa depan yang belum stabil. (Baca juga: DPR Tagih Penjelasan Pemerintah Soal Penghapusan CPNS Guru)
"Stabilitas, keamanan, dan kemampuan memprediksi memengaruhi keputusan untuk memiliki anak," kata Spinks, kepada CBC. "Baik stabilitas dalam kehidupan rumah tangga, hubungan, ekonomi, situasi pekerjaan, hingga pendapatan," ujarnya.
Dalam pandangan Yolanda Kirkham, asisten profesor di Universitas Toronto, penundaan kehamilan karena banyak orang khawatir dengan risiko kesulitan mendapatkan akses selama pandemi. "Banyak pasien saya menunda memiliki anak karena terjadi peningkatan biaya kesehatan," ujarnya.