Siarkan Langsung Wabah COVID-19 dari Wuhan, Wanita Ini Dipenjara 4 Tahun
loading...
A
A
A
“Ini adalah metode ekstrem untuk memprotes masyarakat dan lingkungan ini.”
Otoritas komunis China memiliki sejarah mengadili para pembangkang di pengadilan yang tidak jelas antara Natal dan Tahun Baru untuk meminimalkan pengawasan Barat.
Sidang pengadilan dilakukan hanya beberapa minggu sebelum tim ahli internasional dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diharapkan tiba di China untuk menyelidiki asal-usul Covid-19.
Pengacara lainnya mengatakan kesehatan Zhang sedang menurun dan dia menderita sakit kepala, pusing dan sakit perut.
"Tertahan 24 jam sehari, dia membutuhkan bantuan untuk pergi ke kamar mandi," tulis Zhang Keke, pengacara yang mengunjunginya pada Hari Natal, dalam sebuah catatan yang beredar di media sosial.
“Dia merasa lelah secara psikologis, seperti setiap hari adalah siksaan.”
Zhang mengkritik respons awal pemerintah China terhadap wabah COVID-19 di Wuhan dalam esai Februari. Menurutnya, pemerintah tidak memberikan informasi yang cukup kepada orang-orang, dan kemudian hanya mengunci kota.
“Ini adalah pelanggaran hak asasi manusia yang besar,” tulis dia.
Menurut Zhang Keke, pengadilan mengatakan Zhang telah menyebarkan "komentar palsu" secara online. Kelompok-kelompok hak asasi juga memerhatikan kasusnya.
"Pihak berwenang ingin menggunakan kasusnya sebagai contoh untuk menakut-nakuti para pembangkang lain agar tidak mengajukan pertanyaan tentang situasi pandemi di Wuhan awal tahun ini," kata Leo Lan, konsultan penelitian dan advokasi di LSM Pembela Hak Asasi Manusia China.
Otoritas komunis China memiliki sejarah mengadili para pembangkang di pengadilan yang tidak jelas antara Natal dan Tahun Baru untuk meminimalkan pengawasan Barat.
Sidang pengadilan dilakukan hanya beberapa minggu sebelum tim ahli internasional dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diharapkan tiba di China untuk menyelidiki asal-usul Covid-19.
Pengacara lainnya mengatakan kesehatan Zhang sedang menurun dan dia menderita sakit kepala, pusing dan sakit perut.
"Tertahan 24 jam sehari, dia membutuhkan bantuan untuk pergi ke kamar mandi," tulis Zhang Keke, pengacara yang mengunjunginya pada Hari Natal, dalam sebuah catatan yang beredar di media sosial.
“Dia merasa lelah secara psikologis, seperti setiap hari adalah siksaan.”
Zhang mengkritik respons awal pemerintah China terhadap wabah COVID-19 di Wuhan dalam esai Februari. Menurutnya, pemerintah tidak memberikan informasi yang cukup kepada orang-orang, dan kemudian hanya mengunci kota.
“Ini adalah pelanggaran hak asasi manusia yang besar,” tulis dia.
Menurut Zhang Keke, pengadilan mengatakan Zhang telah menyebarkan "komentar palsu" secara online. Kelompok-kelompok hak asasi juga memerhatikan kasusnya.
"Pihak berwenang ingin menggunakan kasusnya sebagai contoh untuk menakut-nakuti para pembangkang lain agar tidak mengajukan pertanyaan tentang situasi pandemi di Wuhan awal tahun ini," kata Leo Lan, konsultan penelitian dan advokasi di LSM Pembela Hak Asasi Manusia China.