Indonesia Disebut Akan Mundur dari Proyek Jet Tempur KF-X/IF-X Korsel
loading...
A
A
A
(Baca juga : Elektabilitas Turun, Prabowo Dinilai Gagal Mainkan Sentimen Populisme Islam )
Untuk mendorong partisipasi Indonesia, negosiator dari badan pengadaan senjata Seoul, Defence Acquisition Program Administration (DAPA), mengunjungi Indonesia pada bulan September.
Menurut salah satu sumber pemerintah Korea Selatan, pejabat Indonesia meminta negosiasi ulang kesepakatan awal KF-X/IF-X, meminta lebih banyak transfer teknologi sebagai imbalan atas komitmennya, serta pengurangan bebannya dari 20 menjadi 15 persen.
Sumber itu mengatakan tidak ada kesepakatan yang dicapai, dan negosiasi tetap berlangsung. (Baca juga: Ayah Sewa 5 Pembunuh Bayaran untuk Habisi Anaknya yang Kelewat Nakal )
Tapi penundaan itu bisa membuat Korea kehilangan mitranya. Indonesia dilaporkan hampir mencapai kesepakatan untuk membeli 48 jet tempur Rafale sebagai bagian dari kesepakatan kerjasama pertahanan komprehensif dengan Prancis.
Tawaran yang dikeluarkan oleh Prancis, yang menurut salah satu sumber industri pertahanan Korea Selatan, termasuk transfer teknologi jet tempur yang jauh lebih besar, telah memikat Indonesia, dan menurut publikasi Prancis; La Tribune, kedua negara hampir mencapai kesepakatan.
"KF-X adalah jet tempur yang saat ini hanya ada di cetak biru, tapi Rafale adalah jet yang beroperasi," kata sumber itu. "Bagi Indonesia, (melengkapi Angkatan Udara-nya dengan jet Prancis) mungkin merupakan kesepakatan yang layak untuk dicapai meskipun itu berarti melepaskan 227,2 miliar won.”
(Baca juga : Selalu Kalah Jadi Penyebab Prabowo Tak Diminati di Pilpres 2024 )
Namun, pemerintah Korea bersikeras bahwa bahkan dengan penarikan penuh Indonesia dari proyek tersebut, proyek KF-X akan tetap berjalan sesuai rencana.
Masalah terbesar terletak pada investasi yang dijanjikan Indonesia dengan uang pembayar pajak Korea. Hilangnya 51 jet yang dijanjikan ke Indonesia juga akan mengurangi kuantitas produksi secara keseluruhan dan dengan demikian menaikkan biaya per unit, yang berpotensi merugikan prospek ekspor jet tersebut.
Untuk mendorong partisipasi Indonesia, negosiator dari badan pengadaan senjata Seoul, Defence Acquisition Program Administration (DAPA), mengunjungi Indonesia pada bulan September.
Menurut salah satu sumber pemerintah Korea Selatan, pejabat Indonesia meminta negosiasi ulang kesepakatan awal KF-X/IF-X, meminta lebih banyak transfer teknologi sebagai imbalan atas komitmennya, serta pengurangan bebannya dari 20 menjadi 15 persen.
Sumber itu mengatakan tidak ada kesepakatan yang dicapai, dan negosiasi tetap berlangsung. (Baca juga: Ayah Sewa 5 Pembunuh Bayaran untuk Habisi Anaknya yang Kelewat Nakal )
Tapi penundaan itu bisa membuat Korea kehilangan mitranya. Indonesia dilaporkan hampir mencapai kesepakatan untuk membeli 48 jet tempur Rafale sebagai bagian dari kesepakatan kerjasama pertahanan komprehensif dengan Prancis.
Tawaran yang dikeluarkan oleh Prancis, yang menurut salah satu sumber industri pertahanan Korea Selatan, termasuk transfer teknologi jet tempur yang jauh lebih besar, telah memikat Indonesia, dan menurut publikasi Prancis; La Tribune, kedua negara hampir mencapai kesepakatan.
"KF-X adalah jet tempur yang saat ini hanya ada di cetak biru, tapi Rafale adalah jet yang beroperasi," kata sumber itu. "Bagi Indonesia, (melengkapi Angkatan Udara-nya dengan jet Prancis) mungkin merupakan kesepakatan yang layak untuk dicapai meskipun itu berarti melepaskan 227,2 miliar won.”
(Baca juga : Selalu Kalah Jadi Penyebab Prabowo Tak Diminati di Pilpres 2024 )
Namun, pemerintah Korea bersikeras bahwa bahkan dengan penarikan penuh Indonesia dari proyek tersebut, proyek KF-X akan tetap berjalan sesuai rencana.
Masalah terbesar terletak pada investasi yang dijanjikan Indonesia dengan uang pembayar pajak Korea. Hilangnya 51 jet yang dijanjikan ke Indonesia juga akan mengurangi kuantitas produksi secara keseluruhan dan dengan demikian menaikkan biaya per unit, yang berpotensi merugikan prospek ekspor jet tersebut.