Horor, 222 Tewas dalam Pembantaian di Sebuah Desa Ethiopia
loading...
A
A
A
ADDIS ABABA - Sekitar 222 orang tewas dalam sebuah serangan di sebuah desa di Ethiopia . Hal itu diungkapkan oleh seorang sukarelawan Palang Merah.
Rumah-rumah dibakar dalam pembantaian yang terjadi pada Rabu lalu di Bekoji, sebuah desa di wilayah barat Bulen yang berbatasan dengan Sudan. Peristiwa itu terjadi di tengah ketegangan etnis yang meningkat di negara tersebut.
Korban tewas awalnya diperkirakan lebih dari 100 jiwa oleh Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia yang ditunjuk negara.
Tetapi Melese Mesfin, yang menjadi sukarelawan untuk Palang Merah, mengatakan pada hari Jumat bahwa organisasinya telah menguburkan 207 jasad korban dan 15 penyerang.
Seorang juru bicara daerah Bulen mengkonfirmasi 207 orang tewas dan 40.000 lainnya telah meninggalkan rumah mereka karena pertempuran itu seperti dikutip dari Sky News, Sabtu (26/12/2020).
Reuters melaporkan bahwa militer kemudian dikirim sebelum membunuh 42 pria bersenjata yang dituduh berada di balik serangan itu.(Baca juga: Kelompok Pria Bersenjata Bunuh Lebih dari 100 Orang di Ethiopia )
Negara terpadat kedua di Afrika itu telah bergulat dengan pecahnya kekerasan mematikan sejak Perdana Menteri Abiy Ahmed berkuasa pada 2018 dan mempercepat reformasi politik.
Selama hampir tiga tahun hingga pengangkatannya, negara itu diperintah oleh koalisi empat gerakan berbasis etnis yang didominasi oleh sebuah partai dari Tigray di wilayah utara.
Pemerintahan itu memerintah dengan cara yang semakin otokratis sampai Abiy mengambil alih kekuasaan, ketika ia bergegas melakukan reformasi politik dan ekonomi, termasuk pembebasan puluhan ribu tahanan politik.
Pada 2019, Abiy menggabungkan tiga partai lama yang berkuasa untuk membentuk Partai Kemakmuran, dengan hanya Front Pembebasan Rakyat Tigray yang menolak untuk bergabung.
Di Tigray, ribuan orang diyakini tewas dan 950.000 orang telah meninggalkan rumah mereka sejak pertempuran antara pasukan regional dan pemerintah federal meletus pada 4 November lalu.(Baca juga: Terjebak Konflik, 2,3 Juta Anak di Ethiopia Terancam Kelaparan )
Tigray mengadakan pemilunya sendiri pada bulan September yang bertentangan dengan pemerintah federal, yang menyatakan pemilihan itu ilegal.
Tahun depan, Ethiopia akan mengadakan pemilihan parlemen pada 5 Juni - tetapi tidak di Tigray - katalis baru kerusuhan di negara tersebut.
Badan pemilu Ethiopia mengatakan akan mengumumkan tanggal pemilihan di Tigray setelah kantor pemilihan dapat dibuka di sana.
Rumah-rumah dibakar dalam pembantaian yang terjadi pada Rabu lalu di Bekoji, sebuah desa di wilayah barat Bulen yang berbatasan dengan Sudan. Peristiwa itu terjadi di tengah ketegangan etnis yang meningkat di negara tersebut.
Korban tewas awalnya diperkirakan lebih dari 100 jiwa oleh Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia yang ditunjuk negara.
Tetapi Melese Mesfin, yang menjadi sukarelawan untuk Palang Merah, mengatakan pada hari Jumat bahwa organisasinya telah menguburkan 207 jasad korban dan 15 penyerang.
Seorang juru bicara daerah Bulen mengkonfirmasi 207 orang tewas dan 40.000 lainnya telah meninggalkan rumah mereka karena pertempuran itu seperti dikutip dari Sky News, Sabtu (26/12/2020).
Reuters melaporkan bahwa militer kemudian dikirim sebelum membunuh 42 pria bersenjata yang dituduh berada di balik serangan itu.(Baca juga: Kelompok Pria Bersenjata Bunuh Lebih dari 100 Orang di Ethiopia )
Negara terpadat kedua di Afrika itu telah bergulat dengan pecahnya kekerasan mematikan sejak Perdana Menteri Abiy Ahmed berkuasa pada 2018 dan mempercepat reformasi politik.
Selama hampir tiga tahun hingga pengangkatannya, negara itu diperintah oleh koalisi empat gerakan berbasis etnis yang didominasi oleh sebuah partai dari Tigray di wilayah utara.
Pemerintahan itu memerintah dengan cara yang semakin otokratis sampai Abiy mengambil alih kekuasaan, ketika ia bergegas melakukan reformasi politik dan ekonomi, termasuk pembebasan puluhan ribu tahanan politik.
Pada 2019, Abiy menggabungkan tiga partai lama yang berkuasa untuk membentuk Partai Kemakmuran, dengan hanya Front Pembebasan Rakyat Tigray yang menolak untuk bergabung.
Di Tigray, ribuan orang diyakini tewas dan 950.000 orang telah meninggalkan rumah mereka sejak pertempuran antara pasukan regional dan pemerintah federal meletus pada 4 November lalu.(Baca juga: Terjebak Konflik, 2,3 Juta Anak di Ethiopia Terancam Kelaparan )
Tigray mengadakan pemilunya sendiri pada bulan September yang bertentangan dengan pemerintah federal, yang menyatakan pemilihan itu ilegal.
Tahun depan, Ethiopia akan mengadakan pemilihan parlemen pada 5 Juni - tetapi tidak di Tigray - katalis baru kerusuhan di negara tersebut.
Badan pemilu Ethiopia mengatakan akan mengumumkan tanggal pemilihan di Tigray setelah kantor pemilihan dapat dibuka di sana.
(ber)