Pemerintah Nigeria Kantongi Lokasi Ratusan Anak yang Diculik Boko Haram

Kamis, 17 Desember 2020 - 08:01 WIB
loading...
A A A
Masari tidak sepenuhnya menampik catatan suara itu, tetapi memperingatkan bahwa diperlukan bukti yang lebih konkret sebelum dapat dipastikan bahwa Boko Haram terlibat.(Baca juga: Boko Haram Klaim Culik Ratusan Pelajar Nigeria )

Para penculik belum mengajukan permintaan secara langsung, namun seorang anak guru yang termasuk di antara yang diculik menghubungi ayahnya. Dia hanya mengeluh tentang angkatan udara yang terbang di atas kepala dan menyebutkan bahwa mereka mungkin membutuhkan uang.

Ketika ditanya apakah dia akan membayar uang tebusan, Masari mengatakan itu bukan kebijakan pemerintah Nigeria untuk melakukannya.

"Kami akan mencari cara lain untuk mengamankan nyawa dan kebebasan anak-anak," tambahnya.

Penculikan tersebut berada di luar wilayah kegiatan Boko Haram yang biasa. Operasi mereka umumnya terfokus di timur laut negara itu, meskipun analis keamanan yakin bahwa jangkauan mereka telah bergeser setelah tindakan keras keamanan di wilayah itu.

Ada banyak penculikan untuk mendapatkan tebusan di Negara Bagian Katsina dalam beberapa tahun terakhir, tetapi tidak dalam skala ini.(Baca juga: Diikat dan Digorok, Boko Haram Bantai 110 Petani Nigeria di Sawah )

Beberapa saksi mengatakan kepada CNN bahwa mereka yang menargetkan sekolah tersebut adalah pria bersenjata Fulani, kelompok etnis yang terlibat dalam penculikan dan aktivitas kriminal di daerah tersebut.

Faksi Shekau dari Boko Haram berada di balik penculikan hampir 300 siswi di Chibok pada 2014. Penahanan mereka berlangsung bertahun-tahun dan banyak dari anak-anak itu tidak pernah dikembalikan setelah pembebasan yang dinegosiasikan.

Pada tahun 2018, kelompok Boko Haram yang memisahkan diri dari ISWAP menculik lebih dari 100 gadis di Dapchi. Semua kecuali satu dibebaskan beberapa minggu kemudian, setelah negosiasi.

Meskipun ini adalah contoh yang paling terkenal, Boko Haram telah menculik lebih dari 1.000 anak sejak 2013, menurut UNICEF.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1354 seconds (0.1#10.140)