Belanda Usir 2 Diplomat Rusia karena Jadi Mata-mata, Moskow Siap Balas
loading...
A
A
A
AMSTERDAM - Belanda mengusir dua tersangka mata-mata Rusia yang bekerja sebagai diplomat. Pengusiran dilakukan setelah Amsterdam "menggulung" jaringan mata-mata Moskow yang menargetkan industri teknologi tinggi di negara Kincir Angin tersebut.
Badan Intelijen dan Keamanan Umum Belanda (AIVD) mengatakan para perwira Rusia dari dinas intelijen sipil (SVR) membangun jaringan sumber “substansial” yang dapat merusak kepentingan nasional Belanda. (Baca: Mata-mata China Ini Dituduh Tiduri Para Pejabat AS demi Peroleh Informasi )
Sementara itu, pihak Moskow mengatakan akan membalas tindakan Amsterdam yang dianggap "provokatif". Perseteruan diplomatik terkait dugaan spionase ini semakin memperburuk hubungan kedua negara sejak penembakan pesawat Malaysia Airlines MH17 tahun 2014.
AIVD mengatakan dalam pernyataannya bahwa mereka "baru-baru ini menggulung jaringan spionase substansial" yang melibatkan dua orang Rusia, yang keduanya adalah diplomat terakreditasi di kedutaan Rusia di Den Haag.
Menurut AIVD, salah satu orang Rusia menargetkan orang-orang yang bekerja di sektor teknologi tinggi Belanda, terutama perusahaan yang berurusan dengan artificial intelligence (kecerdasan buatan), semikonduktor dan nanoteknologi, untuk digunakan dalam aplikasi sipil dan militer.
"Beberapa orang dibayar oleh perwira intelijen sebagai imbalan atas informasi," kata dinas intelijen Belanda tersebut, seperti dikutip AFP, Jumat (11/12/2020).
"Petugas kedua memainkan 'peran pendukung'," lanjut AIVD. (Baca juga: Putin Unjuk Kekuatan Triad Nuklir Rusia, Isyarat Siap Perang Nuklir )
Menteri Dalam Negeri Belanda Karin Ollongren mengatakan Duta Besar Rusia telah dipanggil ke Kementerian Luar Negeri Belanda.
"Jaringan mata-mata kemungkinan besar menyebabkan kerusakan pada organisasi di mana sumbernya aktif dan dengan demikian kemungkinan juga pada ekonomi dan keamanan nasional Belanda," kata Ollongren.
Pengumuman itu datang sehari setelah European Medicines Agency yang berbasis di Belanda terkena serangan siber yang menargetkan data vaksin virus corona, tetapi tidak ada indikasi bahwa kedua insiden itu terkait.
Badan Intelijen dan Keamanan Umum Belanda (AIVD) mengatakan para perwira Rusia dari dinas intelijen sipil (SVR) membangun jaringan sumber “substansial” yang dapat merusak kepentingan nasional Belanda. (Baca: Mata-mata China Ini Dituduh Tiduri Para Pejabat AS demi Peroleh Informasi )
Sementara itu, pihak Moskow mengatakan akan membalas tindakan Amsterdam yang dianggap "provokatif". Perseteruan diplomatik terkait dugaan spionase ini semakin memperburuk hubungan kedua negara sejak penembakan pesawat Malaysia Airlines MH17 tahun 2014.
AIVD mengatakan dalam pernyataannya bahwa mereka "baru-baru ini menggulung jaringan spionase substansial" yang melibatkan dua orang Rusia, yang keduanya adalah diplomat terakreditasi di kedutaan Rusia di Den Haag.
Menurut AIVD, salah satu orang Rusia menargetkan orang-orang yang bekerja di sektor teknologi tinggi Belanda, terutama perusahaan yang berurusan dengan artificial intelligence (kecerdasan buatan), semikonduktor dan nanoteknologi, untuk digunakan dalam aplikasi sipil dan militer.
"Beberapa orang dibayar oleh perwira intelijen sebagai imbalan atas informasi," kata dinas intelijen Belanda tersebut, seperti dikutip AFP, Jumat (11/12/2020).
"Petugas kedua memainkan 'peran pendukung'," lanjut AIVD. (Baca juga: Putin Unjuk Kekuatan Triad Nuklir Rusia, Isyarat Siap Perang Nuklir )
Menteri Dalam Negeri Belanda Karin Ollongren mengatakan Duta Besar Rusia telah dipanggil ke Kementerian Luar Negeri Belanda.
"Jaringan mata-mata kemungkinan besar menyebabkan kerusakan pada organisasi di mana sumbernya aktif dan dengan demikian kemungkinan juga pada ekonomi dan keamanan nasional Belanda," kata Ollongren.
Pengumuman itu datang sehari setelah European Medicines Agency yang berbasis di Belanda terkena serangan siber yang menargetkan data vaksin virus corona, tetapi tidak ada indikasi bahwa kedua insiden itu terkait.