JCPOA Tidak Cukup, Jerman Ingin Kesepakatan Nuklir 'Plus' dengan Iran
loading...
A
A
A
BERLIN - Jerman menginginkan kesepakatan nuklir alternatif yang lebih luas dengan Iran sebagai pengganti dari perjanjian yang ada yang tidak lagi cukup. Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas.
"Diperlukan suatu bentuk 'perjanjian nuklir plus', yang juga terletak pada kepentingan kami. Kami memiliki harapan yang jelas untuk Iran: tidak ada senjata nuklir, tetapi juga tidak ada program rudal balistik yang mengancam seluruh kawasan," ujar Mass dalam sebuah wawancara dengan media Jerman, Der Spiegel.
"Iran juga harus memainkan peran lain di wilayah tersebut," imbuhnya seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (4/12/2020).
Maas mengatakan bahwa kesepakatan yang lebih luas diperlukan karena Iran tidak dapat dipercaya. (Baca juga: Prancis Sebut Serangan Houthi Terhadap Saudi Bagian Proxy Iran )
Komentar Maas muncul ketika Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif berbicara di konferensi virtual MED 2020 dengan mengatakan bahwa Iran menolak untuk menegosiasikan ulang JCPOA, kesepakatan nuklir Iran yang ditandatangani pada 2015 lalu.
Zarif menggarisbawahi bahwa Iran mempertahankan hak penuhnya untuk mengurangi komitmennya di bawah perjanjian tersebut. Ia juga menuduh pihak-pihak Eropa dalam kesepakatan tersebut gagal mematuhi kewajiban mereka berdasarkan pakta tersebut.
Kesepakatan tersebut, yang dijuluki Rencana Aksi Komprehensif Bersama, ditandatangani pada 2015 oleh Iran, China, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa.
Namun, Presiden Trump menarik AS dari kesepakatan itu pada 2018 dibarengi dengan penjatuhan sejumlah sanksi.
Setahun kemudian Iran mulai secara bertahap melonggarkan komitmennya di bawah JCPOA dan saat ini memperkaya uranium pada tingkat di atas yang disepakati dalam kesepakatan itu.
Baru-baru ini, Teheran mengeluarkan undang-undang yang memungkinkan Iran untuk memproduksi setidaknya 120 kilogram uranium yang diperkaya 20 persen setiap tahun, dengan uranium tingkat senjata ditingkatkan ke tingkat pengayaan lebih dari 20 persen. (Baca juga: Parlemen Iran Sahkan UU Pengayaan Uranium Dekati Level Senjata Nuklir )
"Diperlukan suatu bentuk 'perjanjian nuklir plus', yang juga terletak pada kepentingan kami. Kami memiliki harapan yang jelas untuk Iran: tidak ada senjata nuklir, tetapi juga tidak ada program rudal balistik yang mengancam seluruh kawasan," ujar Mass dalam sebuah wawancara dengan media Jerman, Der Spiegel.
"Iran juga harus memainkan peran lain di wilayah tersebut," imbuhnya seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (4/12/2020).
Maas mengatakan bahwa kesepakatan yang lebih luas diperlukan karena Iran tidak dapat dipercaya. (Baca juga: Prancis Sebut Serangan Houthi Terhadap Saudi Bagian Proxy Iran )
Komentar Maas muncul ketika Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif berbicara di konferensi virtual MED 2020 dengan mengatakan bahwa Iran menolak untuk menegosiasikan ulang JCPOA, kesepakatan nuklir Iran yang ditandatangani pada 2015 lalu.
Zarif menggarisbawahi bahwa Iran mempertahankan hak penuhnya untuk mengurangi komitmennya di bawah perjanjian tersebut. Ia juga menuduh pihak-pihak Eropa dalam kesepakatan tersebut gagal mematuhi kewajiban mereka berdasarkan pakta tersebut.
Kesepakatan tersebut, yang dijuluki Rencana Aksi Komprehensif Bersama, ditandatangani pada 2015 oleh Iran, China, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa.
Namun, Presiden Trump menarik AS dari kesepakatan itu pada 2018 dibarengi dengan penjatuhan sejumlah sanksi.
Setahun kemudian Iran mulai secara bertahap melonggarkan komitmennya di bawah JCPOA dan saat ini memperkaya uranium pada tingkat di atas yang disepakati dalam kesepakatan itu.
Baru-baru ini, Teheran mengeluarkan undang-undang yang memungkinkan Iran untuk memproduksi setidaknya 120 kilogram uranium yang diperkaya 20 persen setiap tahun, dengan uranium tingkat senjata ditingkatkan ke tingkat pengayaan lebih dari 20 persen. (Baca juga: Parlemen Iran Sahkan UU Pengayaan Uranium Dekati Level Senjata Nuklir )
(ber)