Sudan Ancam Batalkan Normalisasi Hubungan dengan Israel

Kamis, 03 Desember 2020 - 05:43 WIB
loading...
Sudan Ancam Batalkan...
Sudan mengancam akan membatalkan normalisasi hubungan dengan Israel jika AS tidak memulihkan kekebalan kedaulatannya. Foto/Al Jazeera
A A A
WASHINGTON - Sudan memperingatkan Amerika Serikat (AS) akan menarik diri dari perjanjian yang ditengahi Washington untuk menormalkan hubungan dengan Israel jika Kongres gagal memulihkan kekebalan kedaulatannya pada akhir tahun ini.

Khartoum dengan enggan setuju untuk menjadi negara Arab ketiga tahun ini yang menormalkan hubungannya dengan Israel. Mereka "terpaksa" menormalisasi hubungan dengan negara Zionis itu hanya jika dihapus dari daftar sponsor terorisme AS.

Kesepakatan bulan lalu dalam bahaya jika Kongres AS gagal untuk menyetujui bagian dari penghapusan daftar sponsor terorisme pada akhir tahun. Hal itu diungkapkan lima pejabat dan sumber lainnya yang mengetahui hal tersebut kepada The New York Times (NYT).



Kesepakatan pemulihan hubungan melibatkan pemulihan kekebalan kedaulatan Sudan, sebuah langkah yang akan memblokir tindakan pengadilan AS terhadap Khartoum.

Kekebalan kedaulatan Sudan dihapus pada 1990-an sebagai bagian dari penetapan sponsor terorisme, mengekspos negara itu pada tuntutan hukum jutaan dolar atas dua serangan besar al-Qaeda.

Khartoum ditempatkan dalam daftar negara sponsor terorisme karena menjadi tuan rumah bagi Osama bin Laden dan tokoh al-Qaeda lainnya antara 1991 dan 1996 di bawah kepemimpinan mantan diktator Omar Al-Bashir.

Laporan NYT mengungkapkan bahwa pemimpin dewan peralihan transisi Sudan, Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan, mengeluarkan ultimatum kepada Menteri Luar Negeri Mike Pompeo pada hari Senin.

"Pompeo meyakinkan pemimpin de-facto Sudan bahwa kekebalan kedaulatan negara itu akan dipulihkan dalam beberapa minggu ke depan," kata seseorang yang mengetahui hal itu seperti dinukil dari Al Araby, Kamis (3/12/2020).(Baca juga: Dorongan AS untuk Normalisasi Hubungan dengan Israel Bikin Sudan Terpecah )

Karena itu, pejabat pemerintahan Trump merencanakan upacara penandatanganan untuk perjanjian perdamaian Sudan-Israel yang baru lahir yang diperkirakan akan berlangsung pada akhir Desember.

Namun, persetujuan kongres untuk langkah tersebut masih belum pasti.

Anggota parlemen terpecah atas distribusi kompensasi yang telah disetujui pemerintah Sudan untuk membayar para korban dari dua serangan al-Qaeda dan Khartoum mungkin dilindungi dari tuntutan pengadilan di masa depan oleh keluarga korban serangan 11 September.

"Anggota Kongres dan pejabat pemerintahan Trump saat ini sedang mengejar kompromi yang akan menyoroti pencabutan Sudan dari daftar negara sponsor terorisme, tetapi juga memungkinkan keluarga korban 11 September untuk mengejar kompensasi dari Khartoum di masa depan," kata para pejabat kepada NYT.

Serangan kedutaan AS di Tanzania dan Kenya tahun 1998, dan serangan tahun 2000 di kapal perang USS Cole, beberapa orang percaya bahwa para korban dan keluarganya harus dapat mengambil tindakan hukum terhadap Sudan.

Ada pertanyaan lebih lanjut atas dugaan kesalahan Sudan dalam serangan 11 September 2001, karena Khartoum tidak menampung anggota al-Qaeda pada saat itu.

"Departemen Luar Negeri seharusnya tidak berjanji kepada Sudan bahwa mereka akan terlindungi dari tindakan hukum semacam itu di masa depan," kata para pejabat kepada NYT.

Tanggung jawab atas tindakan hukum di masa depan dipandang tidak dapat diterima oleh negosiator Sudan.

Tidak jelas apakah perselisihan itu bisa diselesaikan pada akhir tahun atau tidak.(Baca juga: Iran: Kesepakatan Sudan dan Israel Tercapai dengan Uang Tebusan )

Terpukul parah oleh krisis ekonomi yang sudah berlangsung lama, diperburuk oleh pandemi virus Corona, Sudan telah menaruh harapannya untuk menarik investasi asing dan bantuan setelah pencabutan dari daftar negara sponsor terorisme.
(ber)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Deplu AS Setujui Penjualan...
Deplu AS Setujui Penjualan Peralatan Senilai Rp5 Triliun untuk F-16 ke Ukraina
AS Menuntut Perundingan...
AS Menuntut Perundingan Langsung Rusia-Ukraina Tanpa Mediator
AS Mulai Bagikan Info...
AS Mulai Bagikan Info Intel Ruang Angkasa Sensitif China dan Rusia pada Five Eyes
Trump Tegaskan AS Memenangkan...
Trump Tegaskan AS Memenangkan 2 Perang Dunia
Siapa Scott Bessent,...
Siapa Scott Bessent, Menkeu Gay AS yang Resmikan Penjualan Logam Jarang Ukraina ke AS?
AS Siap Habiskan 100...
AS Siap Habiskan 100 Hari Lagi untuk Damaikan Rusia dan Ukraina
Donald Trump Bakal Pecat...
Donald Trump Bakal Pecat Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz, Ini Penyebabnya
Ketegangan India-Pakistan...
Ketegangan India-Pakistan Meningkat, Warga Kashmir Bersiaga
2 Negara Tolak Padamkan...
2 Negara Tolak Padamkan Kebakaran Hutan di Israel, Kenapa?
Rekomendasi
Polisi Tetapkan 6 Tersangka...
Polisi Tetapkan 6 Tersangka Kerusuhan May Day Semarang, dari Kelompok Anarko
Gangguan Kabel Bawah...
Gangguan Kabel Bawah Laut Disebut Biang Keladi Bali Blackout
BINUS University Bangun...
BINUS University Bangun Ekosistem AI untuk Pendidikan Berkualitas dan Adaptif
Berita Terkini
Israel Panggil Pasukan...
Israel Panggil Pasukan Cadangan untuk Invasi Gaza dalam Skala Besar
19 menit yang lalu
8 Sekutu Zionis yang...
8 Sekutu Zionis yang Membantu Pemadaman Kebakaran di Israel, Salah Satunya Musuh Rusia
1 jam yang lalu
Deplu AS Setujui Penjualan...
Deplu AS Setujui Penjualan Peralatan Senilai Rp5 Triliun untuk F-16 ke Ukraina
1 jam yang lalu
Kelaparan Meluas, Penjarahan...
Kelaparan Meluas, Penjarahan Makanan Meningkat di Gaza
2 jam yang lalu
Berapa Kerugian Finansial...
Berapa Kerugian Finansial Kebakaran Israel?
3 jam yang lalu
Pesawat Militer Israel...
Pesawat Militer Israel Terbang di Atas Malta Beberapa Jam sebelum Kapal Bantuan Gaza Dibom
4 jam yang lalu
Infografis
Publik Arab Senang Israel...
Publik Arab Senang Israel Mengalami Kebakaran yang Hebat
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved