Bersitegang dengan China, Taiwan Minta Bantuan Australia
loading...
A
A
A
Terlepas dari klaim Wu bahwa Taiwan akan mencoba menghindari tindakan yang dapat dianggap provokatif, Beijing telah berulang kali memperingatkan bahwa pertukaran antara Taipei dan Washington telah melewati semacam garis merah.
Wu lantas menegaskan seruan Presiden AS terpilih Joe Biden untuk koalisi demokrasi, mengatakan dia percaya negara-negara yang berpikiran sama, termasuk Australia, harus bekerja sama untuk melawan agresi China.
"Australia telah menjadi elemen atau aktor yang sangat kuat di Indo-Pasifik," ucap Wu.
"Saya telah melihat sepanjang sejarah bahwa Australia telah berkorban begitu banyak untuk melindungi prinsip dan nilai (global). Oleh karena itu, saya melihat negara-negara yang berpikiran sama seperti Jepang dan Australia serta India dan Amerika Serikat juga dapat bekerja sama untuk mencegah China dari ekspansionisme lebih lanjut," imbuhnya.
"Kami selalu mengatakan bahwa pertahanan Taiwan adalah tanggung jawab kami sendiri, dan kami memiliki tekad untuk mempertahankan diri," ujarnya.
"Melihat di luar (ketentuan) pasal-pasal pertahanan, kami tentu berharap Taiwan dan Amerika Serikat, dan negara-negara yang berpikiran sama, dapat bertukar lebih jauh tentang intelijen atau informasi tentang apa yang kami miliki di China," ia menambahkan.
"Karena apa yang kami ketahui tentang China, apa yang kami lihat di China, mungkin tidak cukup," tambah Wu.(Baca juga: AS Peringatkan China Tak Gunakan Kekuatan Militer terhadap Taiwan )
Ketika ditanya tentang prospek bantuan militer jika terjadi konflik Selat Taiwan, Wu mengatakan Taipei akan sangat menghargai kehadiran pasukan Australia di wilayah tersebut tetapi mencatat bahwa bukan itu yang dicari Taiwan.
Pada tingkat resmi, Australia, seperti AS, menganut prinsip "satu China" terhadap Beijing, yang mencegah setiap pertukaran diplomatik resmi dengan apa yang dilihatnya sebagai pemerintah tidak sah di Taiwan.
Namun, Wu menyarankan ada lebih dari sedikit goyangan untuk memungkinkan perkembangan lanjutan hubungan Taiwan-Australia yang "substantif", meskipun ada tekanan dari China.
Wu lantas menegaskan seruan Presiden AS terpilih Joe Biden untuk koalisi demokrasi, mengatakan dia percaya negara-negara yang berpikiran sama, termasuk Australia, harus bekerja sama untuk melawan agresi China.
"Australia telah menjadi elemen atau aktor yang sangat kuat di Indo-Pasifik," ucap Wu.
"Saya telah melihat sepanjang sejarah bahwa Australia telah berkorban begitu banyak untuk melindungi prinsip dan nilai (global). Oleh karena itu, saya melihat negara-negara yang berpikiran sama seperti Jepang dan Australia serta India dan Amerika Serikat juga dapat bekerja sama untuk mencegah China dari ekspansionisme lebih lanjut," imbuhnya.
"Kami selalu mengatakan bahwa pertahanan Taiwan adalah tanggung jawab kami sendiri, dan kami memiliki tekad untuk mempertahankan diri," ujarnya.
"Melihat di luar (ketentuan) pasal-pasal pertahanan, kami tentu berharap Taiwan dan Amerika Serikat, dan negara-negara yang berpikiran sama, dapat bertukar lebih jauh tentang intelijen atau informasi tentang apa yang kami miliki di China," ia menambahkan.
"Karena apa yang kami ketahui tentang China, apa yang kami lihat di China, mungkin tidak cukup," tambah Wu.(Baca juga: AS Peringatkan China Tak Gunakan Kekuatan Militer terhadap Taiwan )
Ketika ditanya tentang prospek bantuan militer jika terjadi konflik Selat Taiwan, Wu mengatakan Taipei akan sangat menghargai kehadiran pasukan Australia di wilayah tersebut tetapi mencatat bahwa bukan itu yang dicari Taiwan.
Pada tingkat resmi, Australia, seperti AS, menganut prinsip "satu China" terhadap Beijing, yang mencegah setiap pertukaran diplomatik resmi dengan apa yang dilihatnya sebagai pemerintah tidak sah di Taiwan.
Namun, Wu menyarankan ada lebih dari sedikit goyangan untuk memungkinkan perkembangan lanjutan hubungan Taiwan-Australia yang "substantif", meskipun ada tekanan dari China.