Bangkit Usai Pandemi, China Buka Shanghai Disneyland

Selasa, 12 Mei 2020 - 09:05 WIB
loading...
Bangkit Usai Pandemi,...
Seorang pengunjung berpakaian karakter Disney berswafoto sambil mengenakan masker wajah pelindung di Shanghai Disney Resortketika taman hiburan Shanghai Disneyland dibuka kembali setelah penutupan karena wabah penyakit virus korona (Covid-19), Shanghai,Ch
A A A
SHANGHAI - Walt Disney Co membuka kembali wahana permainan Shanghai Disneyland dengan pembatasan jumlah pengunjung setelah ditutup selama tiga bulan karena pandemi virus corona (Covid-19). Pada saat bersamaan, jumlah kasus Covid-19 di China justru menunjukkan tren kenaikan.

Pembukaan kembali Shanghai Disneyland menjadi fondasi bagi Walt Disney untuk kembali bangkit setelah menutup seluruh wahana permainannya di Asia, Amerika Serikat (AS), dan Prancis, termasuk operasional toko ritel dan kapal pesiar. Khusus di Shanghai, Walt Disney memberlakukan serangkaian aturan, termasuk jaga jarak, penggunaan masker, dan pemeriksaan temperatur tubuh. Mereka juga mengurangi jumlah pengunjung di bawah 24.000 sesuai dengan pemerintaan Pemerintah China.

Tiket untuk pembukaan kembali langsung terjual ludes pada Jumat lalu. Hal itu menunjukkan antusiasme warga China untuk mencari hiburan setelah berbulan-bulan menjalani isolasi diri dan karantina wilayah. Akibat penutupan itu, Disneyland mengalami kerugian hingga USD1,4 miliar.

“Kita berharap pembukaan kembali ini menjadi suar cahaya ke seluruh dunia, memberikan harapan dan inspirasi bagi semua orang,” kata Presiden Shanghai Disney Resort, Joe Schott, dilansir Reuters.

“Ini juga bisa menunjukkan bahwa kita bisa menghadapi tantangan bersama-sama,” katanya. (Baca: Perempuan-perempuan Cantik di Lingkaran Kekuasaan Kim Jong Un)

Shanghai Disneyland juga mengatur jaga jarak saat mengantre dalam berbagai wahana permainan. Salah satu pengunjung, Kaira, mengungkapkan biasanya mengunjungi Disneyland setiap akhir pekan sebelum pandemi. “Ini adalah waktunya rileksasi. Ini seperti magis,” katanya.

Pemerintah China pekan lalu sudah mengumumkan untuk membuka kembali bioskop, museum, dan tempat wisata lainnya. Namun, pemberlakuan itu harus tetap menjalani protokol kesehatan yang dijalankan dengan ketat.

Sementara itu, jumlah kasus Covid-19 di China menunjukkan peningkatan, yakni 17 kasus baru pada Minggu. Itu menjadi angka tertinggi sejak 28 April lalu. Kasus baru tersebut adalah kasus impor termasuk warga China yang baru datang dari luar negeri. Selain itu, lima kasus baru juga berasal dari Wuhan, pusat epidemi virus corona. Itu memicu kekhawatiran kalau penyebaran virus corona akan kembali meluas lagi di Wuhan.

Apalagi infeksi baru itu mengkhawatirkan karena China sudah mulai menghidupkan kembali roda bisnis dan mengizinkan warganya kembali bekerja. Pekan lalu, kantor berita Xinhua melaporkan tidak terdapat kasus positif Covid-19 di seluruh Provinsi Hubei, termasuk ibu kotanya, Wuhan, selama 32 hari. Atas dasar itu, berbagai sekolah di Wuhan, Provinsi Hubei, China, kembali beraktivitas, walau terbatas untuk siswa kelas 9 dan 12 yang bakal menghadapi ujian akhir jelang musim panas mendatang.

Keberadaan kasus-kasus baru memunculkan kekhawatiran adanya gelombang baru penyebaran virus di kota Shulan di Provinsi Jilin. Dari kasus-kasus baru, tujuh kasus diduga terpapar dari luar negara itu, yaitu diduga terinfeksi melalui kehadiran turis asing. (Baca juga: China Marah, Sebut 24 Tuduhan AS soal Covid-19 Tak Masuk Akal)

Secara keseluruhan China terus mengalami penurunan jumlah infeksi baru virus corona. Ada 12 kasus tanpa gejala dan tidak ada kematian baru. Jumlah total kasus virus corona yang dikonfirmasi saat ini di China mencapai 82.918 orang. Adapun jumlah korban meninggal di negara itu yang tercatat tetap 4.633 orang.

Sejumlah negara, seperti AS, sebelumnya mempertanyakan validitas data yang dibuka Pemerintah China. AS juga menuding bahwa virus corona berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan, China, meski Intelijen AS sebelumnya menegaskan virus itu bukanlah buatan manusia. Sejak kebijakan lockdown dilonggarkan, sekitar 85 juta warga China berbondong-bondong pergi ke lokasi-lokasi wisata utama di negara itu dalam tiga hari pertama liburan Hari Buruh (May Day) yang berlangsung lima hari, dimulai Jumat lalu (1/5/2020). (Baca juga: AS Tuding China dan Rusia Bekerja Sama Sebar Hoaks Corona)

Dilansir dari kantor berita Reuters, lonjakan pariwisata itu didominasi peningkatan jumlah pelancong dari Wuhan, Beijing, Dalian, Tianjin, dan Jinan, menyusul aturan karantina wilayah yang dilonggarkan karena menurunnya angka Covid-19 di China. Ratusan tempat wisata juga telah dibuka kembali, termasuk di kota terlarang di Beijing.

Aktivitas itu berlangsung setelah kota yang disebut sebagai tempat asal-muasal virus korona itu mengklaim bebas kasus Covid-19 selama 32 hari terakhir. Meski begitu, aktivitas sekolah-sekolah itu dikhususkan untuk siswa kelas 9 dan 12 yang bakal menghadapi ujian akhir jelang musim panas mendatang. Bagi pelajar kelas 12, ujian akhir itu akan menentukan universitas yang bisa dimasuki pada jenjang perguruan tinggi.

Di luar Wuhan, mayoritas pelajar kelas 12 lebih dulu kembali ke sekolah sejak awal Maret lalu. Di seluruh Provinsi Hubei, setiap pelajar wajib menjalani tes virus korona sebelum diizinkan mengikuti aktivitas belajar mengajar. Sementara itu, pihak sekolah diwajibkan menjalankan protokol kesehatan seperti jaga jarak di kelas dan kantin. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1196 seconds (0.1#10.140)