Abaikan Pandemi Corona, Thanksgiving di Amerika Serikat Meriah

Jum'at, 27 November 2020 - 10:35 WIB
loading...
A A A
Daliza Rodriguez, seorang guru berusia 33 tahun, memilih mudik ke Texas dari New York, dengan menggunakan pesawat. “Memang berisiko, tetapi kita ingin melihat keluarga,” katanya.

Kampus-kampus di AS juga meminta mahasiswanya untuk mengevaluasi jika menggelar perayaan thanksgiving dengan keluarga. Francesca Wimer, mahasiswa dari Northwestern University di Illinois, harus terbang ke rumahnya di Washington dengan mengenakan masker dan penutup wajah. Dia terpaksa mengisolasi diri di hotel selama 14 hari demi orang tua dan neneknya. “Kita tidak percaya dengan tes corona,” kata ibu Francesca, Cynthia Wimer.

Luke Burke, mahasiswa Universitas Syracuse di New York, awalnya berencana menghabiskan keluarganya di New Jersey. Namun, teman sekamarnya justru positif virus corona. “Saya meminta maaf karena saya tidak bisa bersama orang tua saya. Tapi, apa yang saya lakukan sudah benar,” jelas Burke. (Baca juga: Sandiaga Uno Berpeluang Besar Gantikan Edhy Prabowo di Kabinet)

Vaksin corona yang pertama mungkin akan tersedia dalam beberapa pekan ketika Badan Obat dan Makanan AS (FDA) mengeluarkan izin sekitar tanggal 10 Desember mendatang. FDA mungkin akan menyetujui vaksin Pfizer untuk digunakan secara darurat. Vaksin kedua yang mungkin akan disetujui adalah Moderna dalam beberapa pekan mendatang. Program Operation Warp Speed di bawah kendali Presiden Donald Trump diperkirakan akan merilis 6,4 juta dosis vaksin jika sudah ada persetujuan FDA.

Perayaan thanksgiving kali ini memang berbeda dengan tahun sebelumnya. AS dilanda dengan peningkatan jumlah pengangguran, banyak orang yang sakit, dan warga yang meninggal akibat virus korona.

"Presiden Trump justru bangga dengan kekuatan ekonomi AS dengan sinyal dari Wall Street. Dow Jones sudah mencapai 30.000. Kesuksesan pasar saham menjadi indikator keuangan AS lebih baik. Tapi, banyak rakyat AS mengalami kelaparan," kata Jill Filipovic, seorang pengacara dan penulis ternama. (Baca juga: Trump Bersedia Kosongkan Gedung Putih dengan Syarat)

Lembaga nirlaba Feeding America memperkirakan hingga akhir tahun ini, lebih dari 50 juta rumah tangga AS mengalami gangguan pangan dan kesulitan mengakses makanan makanan sehat. Satu dari enam orang AS, termasuk 17 juta anak-anak mengalami kekurangan makanan.

"Para pakar mengatakan, saat ini adalah saat ini banyak warga AS mengalami kelaparan dan terburuk sejak 1998," demikian laporan yang dikabarkan Washington Times.

Kajian yang dilakukan Universitas Northwestern menyebutkan pandemi corona menyebabkan ketidakamanan pangan meningkat dua kali lipat. "Ketika anak-anak sudah lapar, maka mereka akan rawan sakit. Fungsi kognitif akan terganggu. Mereka akan mudah terserang asma dan anemia," demikian laporan penelitian tersebut.

Filipovic mengkritik Trump yang tidak lagi peduli dengan rakyat AS yang kelaparan, sakit dan terisolasi. Pemerintah AS telah gagal bertindak dan menyelamatkan rakyat AS dari jurang pandemi dan kelaparan. Donasi kepada masyarakat membutuhkan menjadi kewajiban yang harus dilakukan. (Lihat videonya: Satu Desa Positif Terpapar Covid-19 di Purbalingga)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1673 seconds (0.1#10.140)