Jutaan Cerpelai Dibantai, PM Denmark Menangis dan Minta Maaf
loading...
A
A
A
KOPENHAGEN - Perdana Menteri (PM) Denmark, Mette Frederiksen, menangis dan secara pribadi meminta maaf atas pembantaian jutaan ekor cerpelai yang dibesarkan di peternakan.
Data terbaru menunjukkan dua pertiga dari perkiraan antara 15 juta hingga 17 juta ekor satwa itu dimusnahkan karena kekhawatiran adanya mutasi virus corona baru (Covid-19). (Baca: Dicap Bawa Virus Corona, 2,5 Juta Cerpelai Dibantai di Denmark )
Kepala pemerintahan Denmark mengunjungi seorang peternak cerpelai di kota Kolding, yang hewannya disuntik mati meskipun dalam keadaan sehat. Ironisnya, terbukti bahwa pemerintah tidak memiliki hak hukum untuk melakukan pemusnahan jutaan satwa tersebut.
"Saya tidak punya masalah dengan meminta maaf atas jalannya kegiatan, karena kesalahan telah dibuat," kata Frederiksen kepada penyiar TV2.
Terlihat emosional, Frederiksen berhenti beberapa kali untuk menyeka air mata, dan menekankan bahwa penting untuk diingat bahwa itu bukan kesalahan peternak. (Baca juga: Dibantai Gara-gara Corona, Bangkai-bangkai Cerpelai Bermunculan di Denmark )
“Itu karena corona, dan saya berharap bisa menjadi cahaya kecil dalam kegelapan pada saat ini untuk peternak cerpelai Denmark,” katanya, yang dilansir AFP, Jumat (27/11/2020).
Pada awal November, Denmark—yang merupakan pengekspor bulu cerpelai terbesar di dunia—mengumumkan akan memusnahkan lebih dari 15 juta ekor cerpelai di negara itu setelah versi mutasi dari virus corona baru ditemukan dan diyakini dapat membahayakan keefektifan vaksin di masa depan.
Namun, beberapa hari kemudian pemerintah mengakui tidak memiliki dasar hukum yang memadai untuk memerintahkan tindakan tersebut.
Menteri Pertanian Mogens Jensen meminta maaf dan akhirnya mengundurkan diri minggu lalu.
Menyusul pengunduran diri Jensen, Kementerian Kesehatan menyimpulkan bahwa potensi ancaman terhadap vaksin Covid-19 untuk manusia “sangat mungkin padam", dengan tidak adanya kasus baru dari versi mutasi virus corona.
Data terbaru menunjukkan dua pertiga dari perkiraan antara 15 juta hingga 17 juta ekor satwa itu dimusnahkan karena kekhawatiran adanya mutasi virus corona baru (Covid-19). (Baca: Dicap Bawa Virus Corona, 2,5 Juta Cerpelai Dibantai di Denmark )
Kepala pemerintahan Denmark mengunjungi seorang peternak cerpelai di kota Kolding, yang hewannya disuntik mati meskipun dalam keadaan sehat. Ironisnya, terbukti bahwa pemerintah tidak memiliki hak hukum untuk melakukan pemusnahan jutaan satwa tersebut.
"Saya tidak punya masalah dengan meminta maaf atas jalannya kegiatan, karena kesalahan telah dibuat," kata Frederiksen kepada penyiar TV2.
Terlihat emosional, Frederiksen berhenti beberapa kali untuk menyeka air mata, dan menekankan bahwa penting untuk diingat bahwa itu bukan kesalahan peternak. (Baca juga: Dibantai Gara-gara Corona, Bangkai-bangkai Cerpelai Bermunculan di Denmark )
“Itu karena corona, dan saya berharap bisa menjadi cahaya kecil dalam kegelapan pada saat ini untuk peternak cerpelai Denmark,” katanya, yang dilansir AFP, Jumat (27/11/2020).
Pada awal November, Denmark—yang merupakan pengekspor bulu cerpelai terbesar di dunia—mengumumkan akan memusnahkan lebih dari 15 juta ekor cerpelai di negara itu setelah versi mutasi dari virus corona baru ditemukan dan diyakini dapat membahayakan keefektifan vaksin di masa depan.
Namun, beberapa hari kemudian pemerintah mengakui tidak memiliki dasar hukum yang memadai untuk memerintahkan tindakan tersebut.
Menteri Pertanian Mogens Jensen meminta maaf dan akhirnya mengundurkan diri minggu lalu.
Menyusul pengunduran diri Jensen, Kementerian Kesehatan menyimpulkan bahwa potensi ancaman terhadap vaksin Covid-19 untuk manusia “sangat mungkin padam", dengan tidak adanya kasus baru dari versi mutasi virus corona.
(min)