Joe Biden Presiden, Turki Berharap Terbebas dari Sanksi AS
loading...
A
A
A
ANKARA - Turki berharap hubungannya dengan Amerika Serikat (AS) di bahwa presiden terpilih Joe Biden tidak setegang seperti dengan Donald Trump. Turki juga tidak mengantisipasi sanksi atas pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia .
Hubungan antara Ankara dan Washington jatuh ke titik nadir karena masalah kebijakan terhadap Suriah hingga penolakan AS untuk mengekstradisi seorang ulama yang disalahkan Turki atas upaya kudeta tahun 2016.
Turki mengandalkan hubungan pribadi yang baik antara Presiden Recep Tayyep Erdogan dan Presiden AS Donald Trump untuk menetralisir perpecahan, tetapi Biden diperkirakan akan lebih keras terhadap Turki atas kebijakan luar negeri dan pertahanan serta catatan hak asasi manusia Ankara.
Pembelian S-400 Ankara tahun lalu, yang tidak kompatibel dengan pertahanan NATO, meningkatkan prospek sanksi awal tahun depan jika Kongres AS menyetujui RUU belanja pertahanan yang telah disepakati oleh Dewan Perwakilan Rakyat untuk memasukkan bahasa yang mengharuskan presiden untuk memberikan sanksi Turki.
Namun Wakil Ketua Partai AK, partai yang berkuasa di Turki, Numan Kurtulmus mengecilkan prospek itu.
"Presiden AS kemungkinan besar akan mengawasi keseimbangan di Timur Tengah dengan sangat hati-hati untuk kepentingan AS, dan tidak ingin melanjutkan ketegangan hubungan dengan Turki," kata Kurtulmus.
"Saya yakin mereka akan mengambil langkah positif di masa depan," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (26/11/2020).
Washington mengatakan S-400 menimbulkan ancaman bagi kemampuan jet tempur siluman F-35 dan telah menghapus Turki dari program jet di mana ia menjadi produsen dan pembeli.(Baca juga: Yunani Beli F-35, Turki Akan Gunakan S-400 )
Ankara mengatakan S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem pertahanan NATO dan telah menyerukan kelompok kerja bersama untuk membahas masalah AS. Kurtulmus mengulangi bahwa Turki tidak akan tunduk pada tekanan untuk mengembalikan sistem Rusia, atau membiarkannya tidak digunakan.
"Maaf, tapi kami tidak mendapatkan ini untuk menyembunyikannya. Kami mendapatkannya untuk memenuhi kebutuhan keamanan Turki," tegasnya.
Sementara Erdogan telah meremehkan kemungkinan dampak dari sanksi ini dan berjanji akan memberikan sanksi balasan, ia juga telah menjanjikan reformasi ekonomi dan peradilan, menyusul perombakan kepemimpinan ekonomi Turki di tengah penurunan mata uang lira.(Baca juga: Erdogan Marah S-400 Terus Diusik, Tantang AS Jatuhkan Sanksi ke Turki! )
Ditanya apakah reformasi itu ditujukan untuk meredakan ketegangan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang juga akan mengevaluasi kemungkinan sanksi terhadap Ankara bulan depan, Kurtulmus mengatakan pemerintah hanya akan bertindak untuk kepentingan Turki.
"Kami bertindak dengan memikirkan reformasi apa yang kami butuhkan, langkah demokratisasi apa yang akan menguntungkan rakyat kami dan bergerak di jalur itu, bukan dengan memikirkan tindakan atau retorika apa yang akan menyenangkan mereka," tukasnya.
Hubungan antara Ankara dan Washington jatuh ke titik nadir karena masalah kebijakan terhadap Suriah hingga penolakan AS untuk mengekstradisi seorang ulama yang disalahkan Turki atas upaya kudeta tahun 2016.
Turki mengandalkan hubungan pribadi yang baik antara Presiden Recep Tayyep Erdogan dan Presiden AS Donald Trump untuk menetralisir perpecahan, tetapi Biden diperkirakan akan lebih keras terhadap Turki atas kebijakan luar negeri dan pertahanan serta catatan hak asasi manusia Ankara.
Pembelian S-400 Ankara tahun lalu, yang tidak kompatibel dengan pertahanan NATO, meningkatkan prospek sanksi awal tahun depan jika Kongres AS menyetujui RUU belanja pertahanan yang telah disepakati oleh Dewan Perwakilan Rakyat untuk memasukkan bahasa yang mengharuskan presiden untuk memberikan sanksi Turki.
Namun Wakil Ketua Partai AK, partai yang berkuasa di Turki, Numan Kurtulmus mengecilkan prospek itu.
"Presiden AS kemungkinan besar akan mengawasi keseimbangan di Timur Tengah dengan sangat hati-hati untuk kepentingan AS, dan tidak ingin melanjutkan ketegangan hubungan dengan Turki," kata Kurtulmus.
"Saya yakin mereka akan mengambil langkah positif di masa depan," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (26/11/2020).
Washington mengatakan S-400 menimbulkan ancaman bagi kemampuan jet tempur siluman F-35 dan telah menghapus Turki dari program jet di mana ia menjadi produsen dan pembeli.(Baca juga: Yunani Beli F-35, Turki Akan Gunakan S-400 )
Ankara mengatakan S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem pertahanan NATO dan telah menyerukan kelompok kerja bersama untuk membahas masalah AS. Kurtulmus mengulangi bahwa Turki tidak akan tunduk pada tekanan untuk mengembalikan sistem Rusia, atau membiarkannya tidak digunakan.
"Maaf, tapi kami tidak mendapatkan ini untuk menyembunyikannya. Kami mendapatkannya untuk memenuhi kebutuhan keamanan Turki," tegasnya.
Sementara Erdogan telah meremehkan kemungkinan dampak dari sanksi ini dan berjanji akan memberikan sanksi balasan, ia juga telah menjanjikan reformasi ekonomi dan peradilan, menyusul perombakan kepemimpinan ekonomi Turki di tengah penurunan mata uang lira.(Baca juga: Erdogan Marah S-400 Terus Diusik, Tantang AS Jatuhkan Sanksi ke Turki! )
Ditanya apakah reformasi itu ditujukan untuk meredakan ketegangan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang juga akan mengevaluasi kemungkinan sanksi terhadap Ankara bulan depan, Kurtulmus mengatakan pemerintah hanya akan bertindak untuk kepentingan Turki.
"Kami bertindak dengan memikirkan reformasi apa yang kami butuhkan, langkah demokratisasi apa yang akan menguntungkan rakyat kami dan bergerak di jalur itu, bukan dengan memikirkan tindakan atau retorika apa yang akan menyenangkan mereka," tukasnya.
(ber)