Tingkatkan Angka Kelahiran, China Ingin Antisipasi Krisis Ketenagakerjaan

Selasa, 24 November 2020 - 10:33 WIB
loading...
Tingkatkan Angka Kelahiran,...
Pemerintah China mulai menerapkan peningkatan angka kelahiran untuk mengantisipasi krisis tenaga kerja di masa depan. Foto/Reuters
A A A
SHANGHAI - Pemerintah China berencana menerapkan peraturan baru untuk mendorong angka kelahiran menyusul adanya proyeksi penuaan penduduk dalam jangka waktu panjang. Mereka akan memulai program ini dengan memberikan bantuan keuangan kepada keluarga baru.

“Kebijakan kependudukan yang lebih inklusif akan diterapkan untuk mendorong angka kelahiran, meningkatkan kualitas ketenagakerjaan, dan memperkuat struktur kemasyarakatan China,” kata Wakil Presiden China Population Association Yuan Xin, dikutip Reuters. (Baca: Apakah Amal Bisa Mengubah Takdir?)

China telah menerapkan kebijakan satu anak pada 1978 untuk menghindari hambatan ekonomi dan kemiskinan. Namun, pada 2016, peraturan itu diperlonggar dengan diperbolehkannya dua anak menyusul tingginya angka penuaan penduduk. Para ahli menilai kini saatnya aturan itu dicabut.

Jumlah warga lanjut usia (lansia) berusia 60 tahun ke atas di China saat ini mencapai 254 juta orang atau 18,1% dari total penduduk. Angkanya diperkirakan naik menjadi 300 juta orang pada 2025 dan 400 juta orang pada 2035. Hal itu akan memberikan tekanan dalam sistem sosial dan kesehatan.

Para ahli kependudukan juga menilai jumlah anak muda usia produktif akan berkurang sebanyak 200 juta pada 2050 jika mengikuti tren saat ini. Kebijakan baru juga perlu didorong. Sebab, meski sebelumnya sudah diperlonggar, jumlah bayi hidup per 1.000 orang menurun menjadi 10,48 dari 10,94.

“Untuk mengatasi penuaan penduduk secara proaktif, kami perlu melakukan reformasi perencanaan keluarga dan membebaskan angka kelahiran,” kata ahli sosial Zheng Bingwen. Para ahli yang lain juga mengatakan penurunan jumlah generasi muda yang aktif dan produktif akan mengancam ekonomi global. (Baca juga: Siap-siap! Seleksi PPPK Guru Honorer Segera Dibuka)

Selain China , Jepang, Korea Selatan (Korsel), dan Singapura juga menghadapi permasalahan serupa. Saat ini, sedikit warga Jepang yang menikah dan memiliki anak lebih dari dua. Warga Jepang Katsunori dan Kaori mengatakan, Jepang mengalami kemajuan sehingga tuntutan kehidupan tinggi.

“Ketika masih berusia 20-an atau 30-an tahun, kita benar-benar tidak dapat tinggal di tempat hunian yang lebih besar di Nagoya. Kami sadar jika kami menginginkan lebih banyak anak, kami tidak dapat melakukannya di Nagoya karena biaya hidup sangat tinggi dan kami tidak mampu,” kata Katsunori, dikutip CNN.

Empat belas tahun kemudian, Kaori bersama keluarganya pindah menuju Nagi, kampung halaman Katsunori. Kota pertanian di bagian barat itu menjadi kantong program peningkatan angka kelahiran di Jepang. Dengan populasi sekitar 6.000 orang, Nagi begitu damai dan cocok untuk membangun rumah tangga.

Pemerintah Jepang juga mendorong warga Nagi agar memiliki banyak keturunan. Mereka memberikan kompensasi biaya hidup bagi keluarga yang memiliki anak, semakin banyak semakin besar. Anak pertama akan diberi kompensasi 100.000 yen, kedua 150.000 yen, dan tertinggi 400.000 yen untuk anak kelima. (Baca juga: Tips Memilih Dokter untuk Konsultasi Anak)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Sugianto Dipuji sebagai...
Sugianto Dipuji sebagai Pahlawan karena Menyelamatkan Lansia saat Kebakaran Hutan di Korea Selatan
China Gelar Latihan...
China Gelar Latihan Militer Dekat Taiwan, AS Kirim Jet Tempur F-16 Block 70 Viper
Jepang Prediksi Gempa...
Jepang Prediksi Gempa Bumi Besar yang bisa Tewaskan 300.000 Orang
Hidangkan Sup Berisi...
Hidangkan Sup Berisi Tikus ke Pelanggan, Restoran Jepang Minta Maaf
Ganasnya Kebakaran Terbesar...
Ganasnya Kebakaran Terbesar Korsel: 26 Orang Tewas, Helikopter Pemadam Malah Jatuh
Wanita Ini Manjakan...
Wanita Ini Manjakan Selingkuhannya dengan Barang Mewah, Sementara Suaminya Hidup Hemat
170.000 Bayi Korea Selatan...
170.000 Bayi Korea Selatan Diekspor ke Berbagai Negara untuk Diadopsi
Aksi Heroik WNI Selamatkan...
Aksi Heroik WNI Selamatkan Puluhan Warga Desa dari Kebakaran Hutan di Korsel
Dahsyatnya Ledakan Pipa...
Dahsyatnya Ledakan Pipa Gas Petronas serasa Gempa Bumi, Suhu Capai 1.000 Derajat Celsius
Rekomendasi
5 Rekor Tinju Abadi...
5 Rekor Tinju Abadi yang Sulit Dipecahkan Sepanjang Masa
MasyaAllah.. Ragnar...
MasyaAllah.. Ragnar Oratmangoen Donasi untuk Anak-anak Gaza Palestina
Ray Sahetapy Dimakamkan...
Ray Sahetapy Dimakamkan di TPU Tanah Kusir 4 April, Tunggu Kepulangan Anak dari Amerika
Berita Terkini
Ikuti Langkah AS, Jerman...
Ikuti Langkah AS, Jerman Terapkan Kebijakan Anti-Islam dengan Mendeportasi Aktivis Pro-Palestina
1 jam yang lalu
Sudah Terbang di Samudra...
Sudah Terbang di Samudra Hindia, Pesawat Ini Putar Balik ke Bandara setelah Penumpang Mencoba Buka Pintu
1 jam yang lalu
Sugianto Dipuji sebagai...
Sugianto Dipuji sebagai Pahlawan karena Menyelamatkan Lansia saat Kebakaran Hutan di Korea Selatan
2 jam yang lalu
Antisipasi Eskalasi...
Antisipasi Eskalasi dengan NATO, Putin Panggil 160.000 Pemuda untuk Wajib Militer
4 jam yang lalu
Insiden Paling Memalukan,...
Insiden Paling Memalukan, Tank AS Tenggelam di Rawa di dekat Perbatasan Belarusia, 4 Tentara Tewas
4 jam yang lalu
13 Rudal dan Drone Iran...
13 Rudal dan Drone Iran yang Bisa Hapus Pangkalan AS di Timur Tengah dari Peta
11 jam yang lalu
Infografis
3 Ancaman Terbesar Militer...
3 Ancaman Terbesar Militer AS, Paling Utama Adalah China
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved