AS Diduga Mata-matai Negara-negara Skandinavia dan Perusahaan Senjata
loading...
A
A
A
KOPENHAGEN - Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat (AS) telah menggunakan kolaborasi spionase rahasia Denmark-Amerika, yang diduga secara sengaja memata-matai perusahaan senjata di Denmark dan negara-negara Skandinavia lainnya. Dugaan aksi spionase ini diungkap whistleblower Badan Intelijen Pertahanan Denmark (FE).
Whistleblower itu membuat laporan yang sangat rahasia yang dikutip Danish Radio. Laporan tersebut antara lain memperingatkan pimpinan FE tentang kemungkinan ilegalitas dalam kolaborasi intelijen untuk menguras kabel informasi internet Denmark. (Baca: Donald Trump Akhirnya Akui Biden Menang Pilpres AS )
Laporan itu juga mengungkap upaya spionase terhadap Kementerian Keuangan dan Luar Negeri Denmark, serta tetangga dan sekutu terdekat negara itu, Norwegia dan Swedia.
NSA memperoleh akses ke kabel serat optik dan pusat data di pulau Amager di selatan Kopenhagen. Dari sana, lalu lintas data Belanda, Norwegia, Prancis, dan Jerman, serta lembaga politik Denmark dipantau.
Seorang sumber juga menyebutkan; "NSA ingin mengincar (perusahaan pertahanan yang berbasis di Aarhus) Terma sebelum Denmark membeli jet tempur baru, ketika Denmark memutuskan pembelian miliaran jet tempur baru untuk menggantikan armada F-16 yang sudah menua".
Dalam tender jet tempur, perusahaan pertahanan Swedia; Saab, menjadi salah satu pesaing. Setelah perdebatan sengit dengan banyak kontroversi, pemerintah Denmark akhirnya menetapkan membeli 27 unit jet tempur F-35 AS. (Baca juga: Setelah Akui Biden Menang Pilpres AS, Trump Mentweet: Saya Menang! )
Setelah beberapa kali gagal menarik perhatian manajemen terhadap masalah tersebut, whistleblower memberi tahu otoritas pengawas FE, TET. "Manajemen FE gagal menindaklanjuti atau menyelidiki lebih lanjut indikasi spionase," kata pihak TET, seperti dikutip Sputniknews, Senin (16/11/2020).
Sejak laporan dugaan NSA AS memata-matai Denmark dan negara-negara tetangganya muncul, Menteri Pertahanan Denmark Trine Bramsen kemudian memecat lima orang di kepemimpinan FE.
Para ahli di Denmark mengatakan memberi NSA akses ke kabel informasi atau memungkinkan untuk memata-matai institusi utama Denmark dan industri pertahanan jelas bertentangan dengan kepentingan negara.
"Ini pada dasarnya mengejutkan, karena otoritas yang seharusnya melindungi Denmark membantu merusak keamanan kepentingan vital Denmark," kata Jens Elo Rytter, seorang profesor hukum konstitusi di Universitas Kopenhagen, kepada Danish Radio.
Whistleblower itu membuat laporan yang sangat rahasia yang dikutip Danish Radio. Laporan tersebut antara lain memperingatkan pimpinan FE tentang kemungkinan ilegalitas dalam kolaborasi intelijen untuk menguras kabel informasi internet Denmark. (Baca: Donald Trump Akhirnya Akui Biden Menang Pilpres AS )
Laporan itu juga mengungkap upaya spionase terhadap Kementerian Keuangan dan Luar Negeri Denmark, serta tetangga dan sekutu terdekat negara itu, Norwegia dan Swedia.
NSA memperoleh akses ke kabel serat optik dan pusat data di pulau Amager di selatan Kopenhagen. Dari sana, lalu lintas data Belanda, Norwegia, Prancis, dan Jerman, serta lembaga politik Denmark dipantau.
Seorang sumber juga menyebutkan; "NSA ingin mengincar (perusahaan pertahanan yang berbasis di Aarhus) Terma sebelum Denmark membeli jet tempur baru, ketika Denmark memutuskan pembelian miliaran jet tempur baru untuk menggantikan armada F-16 yang sudah menua".
Dalam tender jet tempur, perusahaan pertahanan Swedia; Saab, menjadi salah satu pesaing. Setelah perdebatan sengit dengan banyak kontroversi, pemerintah Denmark akhirnya menetapkan membeli 27 unit jet tempur F-35 AS. (Baca juga: Setelah Akui Biden Menang Pilpres AS, Trump Mentweet: Saya Menang! )
Setelah beberapa kali gagal menarik perhatian manajemen terhadap masalah tersebut, whistleblower memberi tahu otoritas pengawas FE, TET. "Manajemen FE gagal menindaklanjuti atau menyelidiki lebih lanjut indikasi spionase," kata pihak TET, seperti dikutip Sputniknews, Senin (16/11/2020).
Sejak laporan dugaan NSA AS memata-matai Denmark dan negara-negara tetangganya muncul, Menteri Pertahanan Denmark Trine Bramsen kemudian memecat lima orang di kepemimpinan FE.
Para ahli di Denmark mengatakan memberi NSA akses ke kabel informasi atau memungkinkan untuk memata-matai institusi utama Denmark dan industri pertahanan jelas bertentangan dengan kepentingan negara.
"Ini pada dasarnya mengejutkan, karena otoritas yang seharusnya melindungi Denmark membantu merusak keamanan kepentingan vital Denmark," kata Jens Elo Rytter, seorang profesor hukum konstitusi di Universitas Kopenhagen, kepada Danish Radio.