Terungkap, AS Gunakan Pesawat Sipil Pantau Lepas Pantai China
loading...
A
A
A
BEIJING - Amerika Serikat (AS) telah menggunakan beberapa pesawat sipil guna memantau laut di lepas pantai China . Kegiatan itu mulai dilakukan sejak bulan Maret tahun ini.
Begitu bunyi laporan yang dirilis oleh South China Sea Probing Initiative (SCSPI), sebuah wadah pemikir China yang terhubung ke Universitas Peking.
Menurut laporan itu, AS telah menggunakan beberapa pesawat sipil yang dimodifikasi untuk keperluan militer guna memantau Laut China Selatan dan Timur, Laut Kuning, dan Selat Taiwan.
SCSPI sebelumnya telah membuat katalog penerbangan pesawat mata-mata AS yang ekstensif di wilayah tersebut, termasuk penggunaan kode hex Organisasi Penerbangan Sipil Internasional yang dipertanyakan yang membuat mereka tampak seperti pesawat sipil saat mereka terbang dekat dengan wilayah udara China. Namun, para akademisi percaya bahwa alih-alih meningkatkan ketegangan lebih lanjut, menggunakan kontraktor sipil sebenarnya dapat menurunkan risiko insiden yang lebih besar.(Baca juga: Terbang Dekat Wilayah Udara China, Pesawat Mata-mata AS Nyamar Jadi Pesawat Malaysia )
"Dibandingkan dengan kemampuan pengintaian udara Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS, pesawat pengintai dari perusahaan pertahanan swasta memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam menangani masalah 'wilayah abu-abu', mengurangi tekanan diplomatik yang disebabkan oleh konfrontasi militer langsung," tulis SCSPI seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (13/11/2020).
Meski begitu, mereka juga mengevaluasi penggunaan pesawat pengintai sipil yang menunjukkan Pentagon kekurangan pesawat untuk memenuhi kebutuhan intelijen di wilayah tersebut. Sputnik sebelumnya telah melaporkan bagaimana pesawat patroli maritim P-8A Poseidon yang diterbangkan setiap hari melintasi Laut China Selatan mulai mengalami masalah mesin yang kemungkinan disebabkan oleh penggunaan yang berlebihan.
Menurut SCSPI ada tiga jet sipil yang dimodifikasi untuk kepentingan tersebut. Satu pesawat adalah pesawat pengintai maritim Bombardier Challenger (CL-604) yang dioperasikan oleh Tenax Aerospace Corporation.
SCSPI menggambarkan CL-604 sebagai "versi sederhana" dari Poseidon, yang diadaptasi dari pesawat Boeing 737. Menurut SCSPI, CL-604 tiba di Pangkalan Udara Kadena di Okinawa, Jepang, pada 31 Maret.
Namun, tidak seperti Poseidon yang lebih besar, CL-604 tidak memiliki kemampuan untuk mengisi bahan bakar di tengah penerbangan, yang membatasi kemampuannya untuk berkeliaran di suatu area untuk jangka waktu yang lama.
Begitu bunyi laporan yang dirilis oleh South China Sea Probing Initiative (SCSPI), sebuah wadah pemikir China yang terhubung ke Universitas Peking.
Menurut laporan itu, AS telah menggunakan beberapa pesawat sipil yang dimodifikasi untuk keperluan militer guna memantau Laut China Selatan dan Timur, Laut Kuning, dan Selat Taiwan.
SCSPI sebelumnya telah membuat katalog penerbangan pesawat mata-mata AS yang ekstensif di wilayah tersebut, termasuk penggunaan kode hex Organisasi Penerbangan Sipil Internasional yang dipertanyakan yang membuat mereka tampak seperti pesawat sipil saat mereka terbang dekat dengan wilayah udara China. Namun, para akademisi percaya bahwa alih-alih meningkatkan ketegangan lebih lanjut, menggunakan kontraktor sipil sebenarnya dapat menurunkan risiko insiden yang lebih besar.(Baca juga: Terbang Dekat Wilayah Udara China, Pesawat Mata-mata AS Nyamar Jadi Pesawat Malaysia )
"Dibandingkan dengan kemampuan pengintaian udara Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS, pesawat pengintai dari perusahaan pertahanan swasta memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam menangani masalah 'wilayah abu-abu', mengurangi tekanan diplomatik yang disebabkan oleh konfrontasi militer langsung," tulis SCSPI seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (13/11/2020).
Meski begitu, mereka juga mengevaluasi penggunaan pesawat pengintai sipil yang menunjukkan Pentagon kekurangan pesawat untuk memenuhi kebutuhan intelijen di wilayah tersebut. Sputnik sebelumnya telah melaporkan bagaimana pesawat patroli maritim P-8A Poseidon yang diterbangkan setiap hari melintasi Laut China Selatan mulai mengalami masalah mesin yang kemungkinan disebabkan oleh penggunaan yang berlebihan.
Menurut SCSPI ada tiga jet sipil yang dimodifikasi untuk kepentingan tersebut. Satu pesawat adalah pesawat pengintai maritim Bombardier Challenger (CL-604) yang dioperasikan oleh Tenax Aerospace Corporation.
SCSPI menggambarkan CL-604 sebagai "versi sederhana" dari Poseidon, yang diadaptasi dari pesawat Boeing 737. Menurut SCSPI, CL-604 tiba di Pangkalan Udara Kadena di Okinawa, Jepang, pada 31 Maret.
Namun, tidak seperti Poseidon yang lebih besar, CL-604 tidak memiliki kemampuan untuk mengisi bahan bakar di tengah penerbangan, yang membatasi kemampuannya untuk berkeliaran di suatu area untuk jangka waktu yang lama.