Kekuasaan Trump Tinggal 73 Hari, Ini Wewenang Tanpa Batasnya
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Sisa waktu kekuasaan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tigggal 73 hari lagi, karena presiden terpilih Joe Biden akan dilantik pada 20 Januari 2021.
Saat ini, kepresidenan Donald Trump seharusnya sudah "mati", tetapi para ahli politik memperingatkan pemimpin yang diibaratkan "bebek lumpuh" ini dapat menyebabkan kekacauan selama 73 hari terakhirnya berkuasa.
Kekalahannya—yang pertama dari seorang presiden petahana dalam empat dekade—akan membuatnya sebagai pecundang yang paling menderita. Para kritikus takut hal itu bisa membuat Trump yang egois lebih "berbahaya" dari sebelumnya. (Baca: Biden Presiden Terpilih AS: Raja Salman, Putin hingga Erdogan Bungkam )
Mereka memperingatkan Trump akan sangat gigih membuat kekacauan sebanyak mungkin sebelum dia meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari, merombak pengadilan dan jabatan pemerintah semaunya dengan menempatkan orang-orang yang dia sukai. Dia bahkan bisa memblokir janji-janji Biden selama kampanye.
"Seperti hewan yang terluka, Trump hari ini lebih berbahaya daripada sebelumnya saat duduk dengan nyaman di Oval Office," kata pakar politik Tori Malvern kepada Sunday Mirror, Minggu (8/11/2020).
"Dia akan tetap menjadi pahlawan di antara jutaan pemilih Republik dan penolakan apa pun terhadap rencananya akan ditanggapi dengan sengit oleh para loyalisnya."
Hari ini Trump masih mengklaim sebagai pemenang pilpres AS dan menolak kalah dari Joe Biden. "Pemilu ini masih jauh dari selesai," katanya saat main golf di Virginia ketika para pemimpin dunia mengucapkan selamat kepada Biden.
Dalam pernyataan resminya, Trump menegaskan bahwa dia akan mengajukan berbagai gugatan untuk mendapatkan hasil pilpres sesuai keinginannya sendiri. (Baca juga: Trump Dicap 'Bebek Lumpuh', tapi Miliki 75 Hari Kekuasaan Tanpa Batas )
"Mulai Senin (9/11/2020), kampanye kami akan mulai menuntut kasus kami untuk memastikan undang-undang pemilu ditegakkan sepenuhnya dan pemenang yang sah sudah duduk," katanya.
Terlepas dari berhasil atau tidaknya gugatan-gugatan Trump terhadap hasil pilpres AS, berikut ini wewenang tanpa batas Trump selama 73 hari terakhir berkuasa;
1. Memecat Para Pejabat yang Jadi "Musuh"
Sebagai presiden yang berkuasa, Trump bisa seenaknya memecat para pejabat AS yang berseberangan dengannya, termasuk direktur FBI Christopher Wray, ahli penyakit menular terkemuka Dr Anthony Fauci dan Jaksa Agung Bill Barr. Trump juga bisa leluasa menempatkan orang-orang yang dia sukai untuk menggantikan pejabat yang dia pecat.
2. Mengumbar Grasi Seenaknya
Pada 17 Januari 2017, tiga hari sebelum pelantikan Trump, Presiden Barack Obama mengampuni 64 orang dan meringankan hukuman 209 orang, termasuk 109 lifers, termasuk mantan tentara dan whistleblower WikiLeaks; Chelsea Manning.
Pada hari terakhirnya di kantor, 19 Januari 2017, Obama meringankan hukuman penjara 330 narapidana federal, sebagian besar pelaku kejahatan narkoba yang memiliki hukuman yang terlalu berat.
Aksi umbar grasi juga bisa dilakukan Trump di hari-hari terakhir berkuasa.
3.Memberi Penghargaan kepada Teman dan Sekutu
Trump dengan kewenangannya bisa saja memberikan penghargaaan kepada teman-teman dan sekutunya mumpung masih berkuasa. Tindakan ini bisa menjadi aksi balas budi Trump kepada para loyalisnya.
4. Mempecepat Legislasi
Trump dapat mempercepat legislasi sebelum benar-benar lengser dari Gedung Putih. Legislasi "kilat" bisa dia wujudkan untuk melahirkan kebijakan pemerintah yang memblokir janji-janji kampanye penerusnya, Joe Biden.
5. Menarik Pasukan AS di Luar Negeri
Selama berkuasa, Trump berambisi menarik pasukan-pasukan Amerika yang bertugas di berbagai negara yang dilanda konflik, termasuk di Timur Tengah. Tindakan ini pernah ditentang Menteri Pertahanan AS kala itu; James Mattis.
6. Menjatuhkan Rentetan Sanksi pada Negara-negara Musuh
Muncul laporan di media-media AS bahwa Trump akan "membanjiri" Iran dengan rentetan sanksi sebagai "kado pahit" ketika dia lengser sebagai presiden AS. Tindakan Trump itu sangat mungkin dilakukan karena dia bisa menekan perintah eksekutif setiap saat. Selain Iran, China selama ini jadi sasaran penjatuhan sanksi oleh Trump.
7. Menyalurkan Bantuan ke Negara Lain
Pada hari terakhirnya, Presiden Barak Obama, diam-diam memberikan bantuan finansial kepada Palestina. Hal yang sama bisa saja dilakukan Trump untuk negara-negara yang selama ini mendukungnya.
Saat ini, kepresidenan Donald Trump seharusnya sudah "mati", tetapi para ahli politik memperingatkan pemimpin yang diibaratkan "bebek lumpuh" ini dapat menyebabkan kekacauan selama 73 hari terakhirnya berkuasa.
Kekalahannya—yang pertama dari seorang presiden petahana dalam empat dekade—akan membuatnya sebagai pecundang yang paling menderita. Para kritikus takut hal itu bisa membuat Trump yang egois lebih "berbahaya" dari sebelumnya. (Baca: Biden Presiden Terpilih AS: Raja Salman, Putin hingga Erdogan Bungkam )
Mereka memperingatkan Trump akan sangat gigih membuat kekacauan sebanyak mungkin sebelum dia meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari, merombak pengadilan dan jabatan pemerintah semaunya dengan menempatkan orang-orang yang dia sukai. Dia bahkan bisa memblokir janji-janji Biden selama kampanye.
"Seperti hewan yang terluka, Trump hari ini lebih berbahaya daripada sebelumnya saat duduk dengan nyaman di Oval Office," kata pakar politik Tori Malvern kepada Sunday Mirror, Minggu (8/11/2020).
"Dia akan tetap menjadi pahlawan di antara jutaan pemilih Republik dan penolakan apa pun terhadap rencananya akan ditanggapi dengan sengit oleh para loyalisnya."
Hari ini Trump masih mengklaim sebagai pemenang pilpres AS dan menolak kalah dari Joe Biden. "Pemilu ini masih jauh dari selesai," katanya saat main golf di Virginia ketika para pemimpin dunia mengucapkan selamat kepada Biden.
Dalam pernyataan resminya, Trump menegaskan bahwa dia akan mengajukan berbagai gugatan untuk mendapatkan hasil pilpres sesuai keinginannya sendiri. (Baca juga: Trump Dicap 'Bebek Lumpuh', tapi Miliki 75 Hari Kekuasaan Tanpa Batas )
"Mulai Senin (9/11/2020), kampanye kami akan mulai menuntut kasus kami untuk memastikan undang-undang pemilu ditegakkan sepenuhnya dan pemenang yang sah sudah duduk," katanya.
Terlepas dari berhasil atau tidaknya gugatan-gugatan Trump terhadap hasil pilpres AS, berikut ini wewenang tanpa batas Trump selama 73 hari terakhir berkuasa;
1. Memecat Para Pejabat yang Jadi "Musuh"
Sebagai presiden yang berkuasa, Trump bisa seenaknya memecat para pejabat AS yang berseberangan dengannya, termasuk direktur FBI Christopher Wray, ahli penyakit menular terkemuka Dr Anthony Fauci dan Jaksa Agung Bill Barr. Trump juga bisa leluasa menempatkan orang-orang yang dia sukai untuk menggantikan pejabat yang dia pecat.
2. Mengumbar Grasi Seenaknya
Pada 17 Januari 2017, tiga hari sebelum pelantikan Trump, Presiden Barack Obama mengampuni 64 orang dan meringankan hukuman 209 orang, termasuk 109 lifers, termasuk mantan tentara dan whistleblower WikiLeaks; Chelsea Manning.
Pada hari terakhirnya di kantor, 19 Januari 2017, Obama meringankan hukuman penjara 330 narapidana federal, sebagian besar pelaku kejahatan narkoba yang memiliki hukuman yang terlalu berat.
Aksi umbar grasi juga bisa dilakukan Trump di hari-hari terakhir berkuasa.
3.Memberi Penghargaan kepada Teman dan Sekutu
Trump dengan kewenangannya bisa saja memberikan penghargaaan kepada teman-teman dan sekutunya mumpung masih berkuasa. Tindakan ini bisa menjadi aksi balas budi Trump kepada para loyalisnya.
4. Mempecepat Legislasi
Trump dapat mempercepat legislasi sebelum benar-benar lengser dari Gedung Putih. Legislasi "kilat" bisa dia wujudkan untuk melahirkan kebijakan pemerintah yang memblokir janji-janji kampanye penerusnya, Joe Biden.
5. Menarik Pasukan AS di Luar Negeri
Selama berkuasa, Trump berambisi menarik pasukan-pasukan Amerika yang bertugas di berbagai negara yang dilanda konflik, termasuk di Timur Tengah. Tindakan ini pernah ditentang Menteri Pertahanan AS kala itu; James Mattis.
6. Menjatuhkan Rentetan Sanksi pada Negara-negara Musuh
Muncul laporan di media-media AS bahwa Trump akan "membanjiri" Iran dengan rentetan sanksi sebagai "kado pahit" ketika dia lengser sebagai presiden AS. Tindakan Trump itu sangat mungkin dilakukan karena dia bisa menekan perintah eksekutif setiap saat. Selain Iran, China selama ini jadi sasaran penjatuhan sanksi oleh Trump.
7. Menyalurkan Bantuan ke Negara Lain
Pada hari terakhirnya, Presiden Barak Obama, diam-diam memberikan bantuan finansial kepada Palestina. Hal yang sama bisa saja dilakukan Trump untuk negara-negara yang selama ini mendukungnya.
(min)