Pertempuran Sengit Pecah di Ethiopia
loading...
A
A
A
ADDIS ABABA - Pertempuran hebat berkobar di wilayah Tigray utara Ethiopia pada Rabu, setelah perdana menteri melancarkan operasi militer sebagai tanggapan atas apa yang dikatakannya sebagai serangan terhadap pasukan federal.
Ketegangan meningkat sejak September lalu ketika Tigray mengadakan pemilihan daerah yang bertentangan dengan pemerintah federal, yang menyebut pemungutan suara itu "ilegal". Dalam beberapa hari terakhir, kedua belah pihak saling menuduh merencanakan konflik militer.
Pada Rabu pagi, partai yang berkuasa di Tigray, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), mencoba mencuri artileri dan peralatan lain dari pasukan federal yang ditempatkan di sana, kata kantor Perdana Menteri Abiy Ahmed.
"Garis merah terakhir telah dilanggar dengan serangan pagi ini dan karena itu pemerintah federal dipaksa untuk melakukan konfrontasi militer," katanya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (5/11/2020).
Ia menambahkan bahwa tujuannya adalah untuk mencegah ketidakstabilan melanda negara dan wilayah tersebut.(Baca juga: Ethiopia Larang Penerbangan di Atas Bendungan Demi Keamanan)
Juru bicara Abiy, Billene Seyoum, mengatakan kepada Reuters bahwa operasi militer di Tigray telah dimulai, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Dua sumber diplomatik di Addis Ababa mengatakan pertempuran sengit, termasuk tembakan artileri, telah terjadi di wilayah utara, yang berbatasan dengan Eritrea.
Kantor perdana menteri Ethiopia mengatakan bahwa pemerintah federal telah mengumumkan keadaan darurat selama enam bulan di Tigray yang akan diawasi oleh kepala staf angkatan bersenjata.
Pemerintah lokal Tigray mengatakan Komando Utara dari militer federal, yang ditempatkan di wilayah tersebut, telah membelot ke mereka, sebuah pernyataan yang digambarkan Billene sebagai "informasi palsu".
TPLF, dalam pernyataan yang dikeluarkan Rabu malam, mengatakan: “Kami selalu menang karena arogansi, invasi, dan tindakan pengkhianatan di negara kami bukanlah sifat kami. Kami tahu perang sedang terjadi; itu akan mengorbankan nyawa dan menghancurkan properti."
Ketegangan meningkat sejak September lalu ketika Tigray mengadakan pemilihan daerah yang bertentangan dengan pemerintah federal, yang menyebut pemungutan suara itu "ilegal". Dalam beberapa hari terakhir, kedua belah pihak saling menuduh merencanakan konflik militer.
Pada Rabu pagi, partai yang berkuasa di Tigray, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), mencoba mencuri artileri dan peralatan lain dari pasukan federal yang ditempatkan di sana, kata kantor Perdana Menteri Abiy Ahmed.
"Garis merah terakhir telah dilanggar dengan serangan pagi ini dan karena itu pemerintah federal dipaksa untuk melakukan konfrontasi militer," katanya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (5/11/2020).
Ia menambahkan bahwa tujuannya adalah untuk mencegah ketidakstabilan melanda negara dan wilayah tersebut.(Baca juga: Ethiopia Larang Penerbangan di Atas Bendungan Demi Keamanan)
Juru bicara Abiy, Billene Seyoum, mengatakan kepada Reuters bahwa operasi militer di Tigray telah dimulai, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Dua sumber diplomatik di Addis Ababa mengatakan pertempuran sengit, termasuk tembakan artileri, telah terjadi di wilayah utara, yang berbatasan dengan Eritrea.
Kantor perdana menteri Ethiopia mengatakan bahwa pemerintah federal telah mengumumkan keadaan darurat selama enam bulan di Tigray yang akan diawasi oleh kepala staf angkatan bersenjata.
Pemerintah lokal Tigray mengatakan Komando Utara dari militer federal, yang ditempatkan di wilayah tersebut, telah membelot ke mereka, sebuah pernyataan yang digambarkan Billene sebagai "informasi palsu".
TPLF, dalam pernyataan yang dikeluarkan Rabu malam, mengatakan: “Kami selalu menang karena arogansi, invasi, dan tindakan pengkhianatan di negara kami bukanlah sifat kami. Kami tahu perang sedang terjadi; itu akan mengorbankan nyawa dan menghancurkan properti."