Penggal Wanita di Gereja Prancis, Brahim Bikin Keluarganya di Tunisia Shock
loading...
A
A
A
Sumber keamanan Tunisia mengonfirmasi bahwa anggota keluarga Brahim sekarang sedang diselidiki.
Saudara perempuannya, Afef, juga mengungkapkan bahwa polisi telah mengambil telepon keluarganya.
Brahim sendiri berada dalam kondisi kritis di rumah sakit setelah dia ditembak oleh polisi setelah serangan itu. Polisi telah merici time line perjalanan tersangka teror tersebut, yang diyakini bahwa Brahim tiba di Eropa hanya beberapa minggu sebelum meluncurkan serangan berdarah pada hari Kamis.
Sumber keamanan mengatakan kepada surat kabar Parisien bahwa Brahim Aoussaoui telah mengikuti “rute migrasi klasik” ke Eropa dari Afrika Utara, dan tiba di pulau Lampedusa di Italia dengan perahu kecil pada 20 September.
"Pemuda itu kemudian diduga terjangkit Covid-19 dan ditempatkan di sel isolasi di sebuah kapal," kata sumber itu.
Menurut sumber tersebut, Brahim Aoussaoui seharusnya telah dipenjara sebelum dideportasi setelah turun pada 9 Oktober di pelabuhan Bari tanpa dokumen dan jelas menderita masalah kesehatan.
Sebaliknya, pihak berwenang gagal untuk mengonfirmasi identitas si pembunuh dan dia dibebaskan.
Dia kemudian pergi ke Paris, dan kemudian ke Nice, bepergian dengan kereta api dengan cara yang tidak memberi tahu petugas.
Berita tentang panggilan telepon Brahim Aouissaoui yang membingungkan muncul setelah polisi Prancis menangkap orang kedua terkait dengan serangan di Nice.
Polisi menangkap seorang pria berusia 47 tahun yang diyakini telah melakukan kontak dengan Brahim Aouissaoui pada malam sebelum serangan itu.
Saudara perempuannya, Afef, juga mengungkapkan bahwa polisi telah mengambil telepon keluarganya.
Brahim sendiri berada dalam kondisi kritis di rumah sakit setelah dia ditembak oleh polisi setelah serangan itu. Polisi telah merici time line perjalanan tersangka teror tersebut, yang diyakini bahwa Brahim tiba di Eropa hanya beberapa minggu sebelum meluncurkan serangan berdarah pada hari Kamis.
Sumber keamanan mengatakan kepada surat kabar Parisien bahwa Brahim Aoussaoui telah mengikuti “rute migrasi klasik” ke Eropa dari Afrika Utara, dan tiba di pulau Lampedusa di Italia dengan perahu kecil pada 20 September.
"Pemuda itu kemudian diduga terjangkit Covid-19 dan ditempatkan di sel isolasi di sebuah kapal," kata sumber itu.
Menurut sumber tersebut, Brahim Aoussaoui seharusnya telah dipenjara sebelum dideportasi setelah turun pada 9 Oktober di pelabuhan Bari tanpa dokumen dan jelas menderita masalah kesehatan.
Sebaliknya, pihak berwenang gagal untuk mengonfirmasi identitas si pembunuh dan dia dibebaskan.
Dia kemudian pergi ke Paris, dan kemudian ke Nice, bepergian dengan kereta api dengan cara yang tidak memberi tahu petugas.
Berita tentang panggilan telepon Brahim Aouissaoui yang membingungkan muncul setelah polisi Prancis menangkap orang kedua terkait dengan serangan di Nice.
Polisi menangkap seorang pria berusia 47 tahun yang diyakini telah melakukan kontak dengan Brahim Aouissaoui pada malam sebelum serangan itu.