Krisis Makam Bikin Muslim Prancis Frustrasi di Tengah Pandemi COVID-19

Rabu, 15 April 2020 - 21:52 WIB
loading...
Krisis Makam Bikin Muslim...
Foto/Ilustrasi/Sindonews
A A A
PARIS - Umat Muslim Prancis dilanda frustasi atas kekurangan situs pemakaman Islam yang layak di tengah pandemi virus Corona baru, COVID-19. Keluarga-keluarga Muslim Prancis dibiarkan bergumul untuk mendapatkan jawaban terkait krisis pemakaman Islam yang tersedia bagi mereka yang meninggal selama pandemi.

Semua warga negara dari semua agama di Prancis menghadapi realitas baru yang suram akibat pandemi global, khususnya umat Muslim yang menghadapi kemungkinan tidak dapat mengubur orang mereka cintai sesuai dengan ajaran Islam.

Krisis kekurangan makam Muslim yang layak, yang dipisahkan dari pemakaman lain, adalah bagian dari warisan yang jauh melampaui awal wabah virus Corona.

Saat ini, menurut laporan, hanya 600 desa dan kota dari 35.000 komune Prancis yang telah menetapkan daerah pemakaman Muslim.

Dengan lebih dari 15.700 orang tewas di Prancis akibat virus Corona dan lebih dari 103.000 kasus yang dilaporkan, para pemimpin Muslim telah melobi pihak berwenang di setiap tingkatan, dari Presiden Prancis Emmanuel Macron hingga walikota setempat, untuk penyelesaian masalah yang cepat.

Dalam sebuah pernyataan, Dewan Imam Muslim Perancis (CFCM) mengatakan pihaknya merasa frustrasi dengan lambatnya tanggapan bahkan jika Macron dan juga Menteri Dalam Negeri Prancis Christophe Castaner mengatakan mereka akan memastikan Muslim yang meninggal selama pandemi tersebut dimakamkan menurut ajaran Islam.

“Setiap kali ada kesulitan yang dilaporkan kepadanya, CFCM secara sistematis menghubungi walikota kota yang bersangkutan untuk menemukan solusi. Namun, jelas bahwa beberapa solusi ini lambat datangnya, membuat keluarga menjadi cemas, khawatir dan salah paham,” kata badan perwakilan itu.

"Dalam periode bersejarah yang sedang kita lalui ini, kami dengan sungguh-sungguh meminta walikota di Prancis untuk bertanggung jawab atas penderitaan dan kesedihan keluarga-keluarga ini yang telah kehilangan orang yang dicintai dan yang menemukan diri mereka dalam kesulitan besar dalam mengubur almarhum," tambahnya seperti dikutip dari The National, Rabu (15/4/2020).

CFCM, yang memiliki kontak dekat dengan pemerintah di Paris, harus menyetujui langkah-langkah luar biasa bagi umat Islam dalam menghadapi darurat kesehatan global.

Ritual memandikan jenazah harus dikurangi karena kekhawatiran hal itu bisa menyebarkan virus. Demikian pula, pertemuan harus dikurangi secara signifikan. Masjid-masjid telah ditutup di Prancis, seperti halnya di seluruh dunia.

Ketakutan terbesar para pemimpin Muslim Prancis adalah jenazah-jenazah tersebut dikremasi tanpa kehadiran keluarga, meskipun hal ini telah dikesampingkan oleh otoritas Prancis. Dalam skenario terburuk, dibuat kelonggaran bagi jenazah dikubur di luar pemakaman Muslim untuk digali dan dikuburkan kembali sesuai dengan tradisi setelah krisis berakhir.

Sepanjang krisis COVID-19 di Prancis, para pemimpin Muslim telah menegaskan kembali perlunya solidaritas dengan otoritas Prancis dan mendesak mempertahankan kehidupan di atas setiap prioritas lainnya.

Pada hari Senin Prancis mengumumkan akan memperpanjang lockdown untuk mengekang wabah virus Corona hingga 11 Mei. Macron mengatakan kemajuan telah dibuat terhadap pandemi tetapi pertempuran belum dimenangkan.

"Selama empat minggu ke depan, aturan harus dihormati," kata Presiden Macron dalam pidato yang disiarkan televisi kepada negara.

Dia mengatakan bahwa pada 11 Mei, Prancis akan dapat menguji setiap warga negara yang menunjukkan gejala COVID-19.
(ber)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1460 seconds (0.1#10.140)