Telepon Putin, Trump Tekankan Kontrol Senjata Mencakup China
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Donald John Trump menekankan keinginan Washington bahwa perjanjian kontrol senjata tak hanya ditanggung oleh Amerika Serikat (AS) dan Rusia, tapi juga harus mencakup China.
Hal itu dia sampaikan saat melakukan panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Kamis.
"Presiden Trump menegaskan kembali bahwa Amerika Serikat berkomitmen untuk mengontrol persenjataan yang efektif yang mencakup tidak hanya Rusia, tetapi juga China, dan menantikan diskusi di masa depan untuk menghindari perlombaan senjata yang mahal," kata Gedung Putih mengutip percakapan telepon tersebut, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (8/5/2020).
Trump telah berulangkali mendesak—yang sejauh ini tidak berhasil—agar China bergabung dengan Amerika Serikat dan Rusia dalam pembicaraan mengenai perjanjian baru untuk kontrol senjata. Perjanjian baru itu untuk menggantikan perjanjian New START 2010 antara Washington dan Moskow yang berakhir pada Februari 2021.
Perjanjian New START membatasi Amerika Serikat dan Rusia untuk mengerahkan tidak lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir, level terendah dalam beberapa dekade. Selain itu, perjanjian itu juga membatasi rudal berbasis darat dan berbasis kapal selam.
China, yang diperkirakan memiliki sekitar 300 senjata nuklir, telah berulang kali menolak proposal Trump. Alasannya, kekuatan nuklirnya defensif dan tidak menimbulkan ancaman.
Gedung Putih mengatakan panggilan telepon Trump-Putin, yang menandai peringatan 75 tahun berakhirnya Perang Dunia Kedua di Eropa, juga mencakup upaya untuk mengalahkan wabah virus corona baru (COVID-19) serta masalah-masalah lainnya.
Lihat Juga: Senator AS Ancam Tindakan Militer terhadap ICC setelah Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu
Hal itu dia sampaikan saat melakukan panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Kamis.
"Presiden Trump menegaskan kembali bahwa Amerika Serikat berkomitmen untuk mengontrol persenjataan yang efektif yang mencakup tidak hanya Rusia, tetapi juga China, dan menantikan diskusi di masa depan untuk menghindari perlombaan senjata yang mahal," kata Gedung Putih mengutip percakapan telepon tersebut, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (8/5/2020).
Trump telah berulangkali mendesak—yang sejauh ini tidak berhasil—agar China bergabung dengan Amerika Serikat dan Rusia dalam pembicaraan mengenai perjanjian baru untuk kontrol senjata. Perjanjian baru itu untuk menggantikan perjanjian New START 2010 antara Washington dan Moskow yang berakhir pada Februari 2021.
Perjanjian New START membatasi Amerika Serikat dan Rusia untuk mengerahkan tidak lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir, level terendah dalam beberapa dekade. Selain itu, perjanjian itu juga membatasi rudal berbasis darat dan berbasis kapal selam.
China, yang diperkirakan memiliki sekitar 300 senjata nuklir, telah berulang kali menolak proposal Trump. Alasannya, kekuatan nuklirnya defensif dan tidak menimbulkan ancaman.
Gedung Putih mengatakan panggilan telepon Trump-Putin, yang menandai peringatan 75 tahun berakhirnya Perang Dunia Kedua di Eropa, juga mencakup upaya untuk mengalahkan wabah virus corona baru (COVID-19) serta masalah-masalah lainnya.
Lihat Juga: Senator AS Ancam Tindakan Militer terhadap ICC setelah Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu
(min)