Dewan Cendekiawan Senior Saudi: Menghina Nabi Muhammad Hanya Melayani Ekstremis

Senin, 26 Oktober 2020 - 07:14 WIB
loading...
Dewan Cendekiawan Senior Saudi: Menghina Nabi Muhammad Hanya Melayani Ekstremis
Presiden Dewan Cendekiawan Senior Arab Saudi Sheikh Abdulaziz bin Abdullah bin Mohammed Al-Sheikh. Foto/REUTERS/ Ali Jarekji
A A A
RIYADH - Dewan Cendekiawan Senior Arab Saudi , badan keagaaman tertinggi di negara itu, mengatakan menghina Nabi Muhammad hanya melayani para ekstremis yang ingin menyebarkan kebencian di antara masyarakat.

Pernyataan itu muncul di tengah kontroversi penggunaan kartun Nabi Muhammad di kelas sekolah Prancis tentang kebebasan berekspresi yang gurunya kemudian dipenggal oleh seorang remaja etnis Chechnya . Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut pembunuhan tersebut merupakan serangan "teroris Islam". (Baca: Hamas: Penerbitan Kartun Nabi Muhammad oleh Prancis Tindakan Provokasi! )

Presiden Dewan Cendekiawan Senior Arab Saudi saat ini adalah Sheikh Abdulaziz bin Abdullah bin Mohammed Al-Sheikh. Dia juga merupakan Grand Mufti di negara tersebut.

"Tugas orang bijak di seluruh dunia adalah mengutuk penghinaan semacam itu yang tidak ada hubungannya dengan kebebasan berpikir dan berekspresi dan tidak lebih dari prasangka murni dan layanan gratis bagi ekstremis,” kata dewan itu dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari SPA, Senin (26/10/2020).

Dewan itu menyoroti bahwa Islam melarang segala bentuk penghinaan terhadap nabi Tuhan mana pun. (Baca: Guru Dipenggal karena Kartun Nabi Muhammad Picu Demo Besar di Prancis )

Presiden Prancis Emmanuel Macron telah mengkritik mereka yang dia sebut sebagai "Islamis" dan membela penerbitan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad. Kartun itu karya majalah Charlie Hebdo yang memicu pembantaian di kantor redaksi majalah tersebut pada 2015 silam.

Pembelaan Macron muncul setelah seorang guru di Prancis dipenggal minggu lalu di dekat Paris setelah dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad selama diskusi di kelas tentang kebebasan berbicara dan berekspresi. Macron mengatakan guru yang dibunuh itu adalah korban serangan "teroris Islam."

"Kami tidak akan menyerah soal kartun," kata Macron dalam upacara penghormatan untuk guru yang dipenggal pekan lalu. "Dia dibunuh karena Islamis menginginkan masa depan kita," ujarnya, sambil bersumpah; "Mereka tidak akan pernah memilikinya." (Baca: Guru Dipenggal karena Kartun Nabi Muhammad, Imam Prancis: Kami Mohon Maaf )

Insiden tersebut telah memicu perdebatan tentang menghormati agama dan mendorong banyak pemimpin di dunia Islam untuk mengutuk kejahatan tersebut tetapi menekankan pentingnya menghormati para Nabi.

Imam besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed al-Tayeb, dalam pidatonya Selasa lalu mengutuk pemenggalan seorang guru di Prancis. Namun, dia mengatakan menghina agama atas nama kebebasan berbicara adalah "ajakan untuk membenci".

Pidato Sheikh al-Tayeb dibacakan di Capitol Square Roma di depan pertemuan para pemimpin Kristen, Yahudi dan Buddha termasuk Paus Francis dan Kepala Rabbi Prancis Haim Korsia.

"Sebagai seorang Muslim dan Sheikh Al-Azhar, saya menyatakan bahwa Islam, ajarannya dan Nabi tidak bersalah dari kejahatan teroris yang jahat ini," kata Tayeb dalam pidatonya, merujuk pada pemenggalan kepala guru Prancis bernama Samuel Paty. (Baca juga: Imbas Guru Dipenggal, Prancis Akan Usir 231 Warga Asing Radikal )

"Pada saat yang sama, saya menekankan bahwa menghina agama dan menyerang simbol suci mereka di bawah panji kebebasan berekspresi adalah standar ganda intelektual dan undangan terbuka untuk kebencian."

Paty, 47, diserang dan dibunuh oleh seorang remaja Chechnya berusia 18 tahun dalam perjalanan pulang dari sekolah menengah pertama tempat dia mengajar di Conflans-Sainte-Honorine, dekat Paris.

Dia telah menunjukkan kepada murid-muridnya kartun Nabi Muhammad, yang membuat marah seorang ayah siswa yang memimpin kampanye online melawan guru tersebut. Ayah siswa itu berhubungan dengan pelaku pembunuhan menjelang serangan terhadap Paty.

Pembunuh guru, Abdullakh Anzorov, telah mem-posting gambar tubuh guru yang dipenggal di Twitter sebelum akhirnya dia ditembak mati oleh polisi.

"Teroris ini tidak berbicara untuk agama Nabi Muhammad, sama seperti teroris di Selandia Baru yang membunuh Muslim di masjid berbicara untuk agama Yesus," kata al-Tayeb dalam pidatonya.

Polisi Prancis telah menangkap 16 orang, termasuk seorang "radikal Islam" dan empat anggota keluarga Anzorov.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1617 seconds (0.1#10.140)