Kelompok Bersenjata Serbu Penjara di Kongo, Bebaskan 1.300 Tahanan
loading...
A
A
A
BENI - Sekelompok orang bersejata membebaskan lebih dari 1.300 tahanan dari penjara di Kongo timur dalam serangan terkoordinasi pada Selasa (20/10/2020). Hal itu diungkapkan Wali Kota setempat, menuding serangan itu dilakukan kelompok militan Islam yang beroperasi di daerah tersebut.
Wali Kota Beni, Modeste Bakwanamaha mengatakan, hanya 110 dari 1.456 narapidana, termasuk sejumlah pejuang milisi, tetap berada di tahanan setelah serangan pada pagi hari yang bersamaan di penjara pusat Kangbayi dan kamp militer yang mempertahankannya.
"Para penyerang, yang datang dalam jumlah besar, berhasil mendobrak pintu dengan peralatan listrik," kata Bakwanamaha.
"Kami yakin ADF-lah yang melakukan ini," imbuhnya merujuk pada Pasukan Sekutu Demokratik seperti dilansir dari Reuters.(Baca juga: Kerusuhan Pecah di Penjara Manila, 9 Napi Terbunuh )
Penjara Kangbayi menampung anggota kelompok pemberontak lokal serta pejuang ADF. Bakwanamaha mengatakan ada desas-desus bahwa para pejuang ADF di penjara itu sedang mempersiapkan pelarian pada hari-hari sebelum serangan itu.
ADF adalah kelompok bersenjata Uganda yang aktif di Kongo timur sejak 1990-an, telah menewaskan lebih dari 1.000 warga sipil sejak awal 2019, menurut angka PBB, meskipun kampanye militer berulang kali ditujukan untuk menghancurkannya.
Dua narapidana ditembak mati selama penggerebekan hari Selasa, yang dimulai sekitar pukul 4:30 pagi, kata polisi di Twitter.
Baut di pintu depan penjara tampaknya terpotong, serta jeruji logam di belakangnya, menurut rekaman Reuters TV setelahpenyerangan itu.
“Kami tidur di pagi hari, tetapi sekitar pukul 4:00 kami mendengar baku tembak yang sangat keras,” kata Lukiya Bafana Ruban, salah satu dari sedikit narapidana yang memutuskan untuk tidak melarikan diri.
“Semoga negara mengasihani kami karena kami secara sukarela tinggal di sini di penjara,” imbuhnya.
"Pada tengah hari, sekitar 20 tahanan telah kembali ke penjara," tambahnya.(Baca juga: Demonstran Serbu Penjara, Bebaskan Mantan Presiden Kyrgyzstan yang Korupsi )
ISIS mengatakan serangan itu dilakukan oleh pengikutnya di Provinsi Afrika Tengah, menurut kantor berita AMAQ. Kelompok itu juga mengaku bertanggung jawab atas beberapa dugaan serangan ADF di masa lalu.
Namun, para ahli PBB tidak menemukan bukti hubungan langsung antara kedua kelompok tersebut.
Pelarian sering terjadi dari penjara Kongo yang penuh sesak dan penjagaan yang buruk. Jumlah narapidana yang sama melarikan diri ketika penjara yang sama diserang pada Juni 2017.
Setahun yang lalu tentara meluncurkan kampanye kontra-pemberontakan berskala besar melawan ADF. Sebagai respon, kelompok tersebut meninggalkan pangkalannya, berpisah menjadi kelompok yang lebih kecil, lebih banyak bergerak, dan membalas terhadap warga sipil.(Lihat video: Dikunjungi PM Jepang, Jokowi Minta Perkuat Investasi dan Ekspor Impor )
Wali Kota Beni, Modeste Bakwanamaha mengatakan, hanya 110 dari 1.456 narapidana, termasuk sejumlah pejuang milisi, tetap berada di tahanan setelah serangan pada pagi hari yang bersamaan di penjara pusat Kangbayi dan kamp militer yang mempertahankannya.
"Para penyerang, yang datang dalam jumlah besar, berhasil mendobrak pintu dengan peralatan listrik," kata Bakwanamaha.
"Kami yakin ADF-lah yang melakukan ini," imbuhnya merujuk pada Pasukan Sekutu Demokratik seperti dilansir dari Reuters.(Baca juga: Kerusuhan Pecah di Penjara Manila, 9 Napi Terbunuh )
Penjara Kangbayi menampung anggota kelompok pemberontak lokal serta pejuang ADF. Bakwanamaha mengatakan ada desas-desus bahwa para pejuang ADF di penjara itu sedang mempersiapkan pelarian pada hari-hari sebelum serangan itu.
ADF adalah kelompok bersenjata Uganda yang aktif di Kongo timur sejak 1990-an, telah menewaskan lebih dari 1.000 warga sipil sejak awal 2019, menurut angka PBB, meskipun kampanye militer berulang kali ditujukan untuk menghancurkannya.
Dua narapidana ditembak mati selama penggerebekan hari Selasa, yang dimulai sekitar pukul 4:30 pagi, kata polisi di Twitter.
Baut di pintu depan penjara tampaknya terpotong, serta jeruji logam di belakangnya, menurut rekaman Reuters TV setelahpenyerangan itu.
“Kami tidur di pagi hari, tetapi sekitar pukul 4:00 kami mendengar baku tembak yang sangat keras,” kata Lukiya Bafana Ruban, salah satu dari sedikit narapidana yang memutuskan untuk tidak melarikan diri.
“Semoga negara mengasihani kami karena kami secara sukarela tinggal di sini di penjara,” imbuhnya.
"Pada tengah hari, sekitar 20 tahanan telah kembali ke penjara," tambahnya.(Baca juga: Demonstran Serbu Penjara, Bebaskan Mantan Presiden Kyrgyzstan yang Korupsi )
ISIS mengatakan serangan itu dilakukan oleh pengikutnya di Provinsi Afrika Tengah, menurut kantor berita AMAQ. Kelompok itu juga mengaku bertanggung jawab atas beberapa dugaan serangan ADF di masa lalu.
Namun, para ahli PBB tidak menemukan bukti hubungan langsung antara kedua kelompok tersebut.
Pelarian sering terjadi dari penjara Kongo yang penuh sesak dan penjagaan yang buruk. Jumlah narapidana yang sama melarikan diri ketika penjara yang sama diserang pada Juni 2017.
Setahun yang lalu tentara meluncurkan kampanye kontra-pemberontakan berskala besar melawan ADF. Sebagai respon, kelompok tersebut meninggalkan pangkalannya, berpisah menjadi kelompok yang lebih kecil, lebih banyak bergerak, dan membalas terhadap warga sipil.(Lihat video: Dikunjungi PM Jepang, Jokowi Minta Perkuat Investasi dan Ekspor Impor )
(ber)