Pemilihan Presiden Amerika Serikat, Tren Pencoblosan Dini Meningkat
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Meski pelaksanaan pemilihan presiden (Pilplres) Amerika Serikat (AS) 2020 masih berjarak sekitar 15 hari lagi, masyarakat AS sudah berbondong-bondong mengantre di tempat pengambilan suara (TPS). Sampai kemarin, sekitar 27,9 juta warga dari 45 negara bagian dan distrik Kolombia berpartisipasi dalam pencoblosan awal.
Antusiasme setinggi itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Jika dihitung secara menyeluruh, jumlah pencoblos yang mengikuti pencoblosan awal mencapai 20% dari total 136 juta warga AS yang berhak mencoblos. Di Georgia, sedikitnya 1,45 juta warga telah datang ke TPS, naik sekitar 152% dibandingkan pencoblosan awal selama Pilpres 2016.
Pencoblosan awal kini juga tersedia di 50 negara bagian dengan tanggal mulai yang berbeda-beda. Negara bagian yang netral –tidak didominasi Republik ataupun Demokrat– kemungkinan akan diakhirkan. Nevada juga mulai membuka akses pencoblosan awal Sabtu (17/10) waktu lokal dengan jumlah pencoblos mencapai 17.800 orang. (Baca: Agar Doa Cepat Dikabulkan, Perhatikan Tiga Hal Ini!)
“Satu TPS di North Las Vegas agak telat dibukanya karena mengalami masalah teknis,” kata juru bicara Clark County, Dan Kulin, dikutip CNN. Akibatnya, warga yang datang ke TPS harus mengantre dan menunggu berjam-jam. Florida yang terdiri atas 52 wilayah dan 67 county juga mulai menggelar pencoblosan awal.
Sejauh ini di Florida, lebih dari 2,4 juta suara dikirim via email. Bandingkan dengan 2016 yang hanya mencapai 261.000 suara. Dari 2,4 juta suara itu, sebanyak 30% adalah pendukung Republik, 49% Demokrat, dan 20% tidak memiliki afiliasi politik. Saat ini, tingkat keunggulan Demokrat sangat tipis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Presiden Donald Trump yang kembali mencalonkan diri menjadi presiden juga mendesak warga AS untuk mengikuti pencoblosan awal. Begitu pun dengan lawan politiknya Joe Biden. “Pencoblosan awal telah di buka. Silakan keluar rumah dan berikan suara kalian,” ujar Trump saat menggelar kampanye di Carson City, Nevada. (Baca juga: Wawancara Beasiswa Unggulan Kemendikbud Dilakukan Daring)
Biden juga tidak mau kalah. Dia mengimbau para pendukungnya untuk melanjutkan momentum keunggulan Demokrat dan tidak kendur terhadap gertakan Republik. “Kita tidak boleh membiarkan gelembung ini kempes. Kalian semua tidak perlu menunggu sampai November karena kalian dapat memberikan suara kalian hari ini,” kata Biden.
Sebelumnya, US Elections Project menyatakan pencoblosan awal tahun ini diprediksi lebih besar daripada 2016 menyusul adanya wabah Covid-19. Selain itu, pencoblosan tahun ini lebih mudah karena dapat dikirim melalui email dan dibayangi berbagai isu mendesak. Mereka menilai ini akan mencetak rekor baru yang lebih baik.
Sebagai pembanding, pada 16 Oktober 2016, hanya 1,4 juta warga AS yang mengikuti pencoblosan awal. US Elections Project menyatakan, jumlah suara yang masuk dalam pencoblosan awal mengalami peningkatan di beberapa negara bagian, terutama di Minnesota, South Dakota, Vermont, Virginia, dan Wisconsin, yang naik sebesar 20%.
Warga AS, Emolio Alvarado, mengaku biasanya menghabiskan banyak waktu sebelum dapat menentukan presiden pilihannya dan hanya melakukan pencoblosan mendekati hari H. Namun, tahun ini pendukung Republik itu bergerak lebih cepat tiga minggu dari biasanya dan mengikuti pencoblosan awal di sebuah mal di Phoenix. (Baca juga: Ibu Penyitas Covid-19 Jangan Berhenti Menyusui)
“Saya ingin suara saya dihitung. Pilpres tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Saya merasa cemas,” ujar lelaki berusia 47 tahun itu yang kini beralih mendukung Demokrat. Di Arizona, salah satu kawasan yang krusial, pencoblosan awal digelar sejak akhir pekan lalu. Antusiasme masyarakatnya juga tinggi, tapi mereka memiliki ketakutan serupa.
“Saya ingin memastikan suara saya tidak disobek-sobek dan tidak dibuang. Saya juga tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di tempat pencoblosan yang merusak demokrasi,” ujar Linda Cottrell, 70, yang mendukung Trump. “Kami semua merasa cemas tentang ini, terutama ketika mendekati hari H,” tambah mantan penulis tersebut.
Para ahli menilai pembludakan jumlah warga AS yang mengikuti pencoblosan awal disebabkan dua faktor. Pertama, akses terhadap pencoblosan awal lebih mudah. Kedua, tingginya antusiasme warga menyambut pilpres 2020 untuk melakukan perubahan. Saat ini, AS sedang menghadapi berbagai permasalahan, mulai kesehatan hingga ekonomi. (Lihat videonya: Diduga Depresi Sekolah Daring, Pelajar Nekat Bunuh Diri)
“Saat ini sangat jelas ada banyak warga yang mengikuti pencoblosan awal. Apa artinya? Artinya ada dua. Pertama, perubahan kebiasaan masyarakat yang ingin mengikuti hajat demokrasi. Mereka tidak ingin tertinggal sehingga mencoblos lebih awal. Kedua, aksesnya mudah,” kata Michael McDonald, profesor ilmu politik dari University of Florida. (Muh Shamil)
Antusiasme setinggi itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Jika dihitung secara menyeluruh, jumlah pencoblos yang mengikuti pencoblosan awal mencapai 20% dari total 136 juta warga AS yang berhak mencoblos. Di Georgia, sedikitnya 1,45 juta warga telah datang ke TPS, naik sekitar 152% dibandingkan pencoblosan awal selama Pilpres 2016.
Pencoblosan awal kini juga tersedia di 50 negara bagian dengan tanggal mulai yang berbeda-beda. Negara bagian yang netral –tidak didominasi Republik ataupun Demokrat– kemungkinan akan diakhirkan. Nevada juga mulai membuka akses pencoblosan awal Sabtu (17/10) waktu lokal dengan jumlah pencoblos mencapai 17.800 orang. (Baca: Agar Doa Cepat Dikabulkan, Perhatikan Tiga Hal Ini!)
“Satu TPS di North Las Vegas agak telat dibukanya karena mengalami masalah teknis,” kata juru bicara Clark County, Dan Kulin, dikutip CNN. Akibatnya, warga yang datang ke TPS harus mengantre dan menunggu berjam-jam. Florida yang terdiri atas 52 wilayah dan 67 county juga mulai menggelar pencoblosan awal.
Sejauh ini di Florida, lebih dari 2,4 juta suara dikirim via email. Bandingkan dengan 2016 yang hanya mencapai 261.000 suara. Dari 2,4 juta suara itu, sebanyak 30% adalah pendukung Republik, 49% Demokrat, dan 20% tidak memiliki afiliasi politik. Saat ini, tingkat keunggulan Demokrat sangat tipis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Presiden Donald Trump yang kembali mencalonkan diri menjadi presiden juga mendesak warga AS untuk mengikuti pencoblosan awal. Begitu pun dengan lawan politiknya Joe Biden. “Pencoblosan awal telah di buka. Silakan keluar rumah dan berikan suara kalian,” ujar Trump saat menggelar kampanye di Carson City, Nevada. (Baca juga: Wawancara Beasiswa Unggulan Kemendikbud Dilakukan Daring)
Biden juga tidak mau kalah. Dia mengimbau para pendukungnya untuk melanjutkan momentum keunggulan Demokrat dan tidak kendur terhadap gertakan Republik. “Kita tidak boleh membiarkan gelembung ini kempes. Kalian semua tidak perlu menunggu sampai November karena kalian dapat memberikan suara kalian hari ini,” kata Biden.
Sebelumnya, US Elections Project menyatakan pencoblosan awal tahun ini diprediksi lebih besar daripada 2016 menyusul adanya wabah Covid-19. Selain itu, pencoblosan tahun ini lebih mudah karena dapat dikirim melalui email dan dibayangi berbagai isu mendesak. Mereka menilai ini akan mencetak rekor baru yang lebih baik.
Sebagai pembanding, pada 16 Oktober 2016, hanya 1,4 juta warga AS yang mengikuti pencoblosan awal. US Elections Project menyatakan, jumlah suara yang masuk dalam pencoblosan awal mengalami peningkatan di beberapa negara bagian, terutama di Minnesota, South Dakota, Vermont, Virginia, dan Wisconsin, yang naik sebesar 20%.
Warga AS, Emolio Alvarado, mengaku biasanya menghabiskan banyak waktu sebelum dapat menentukan presiden pilihannya dan hanya melakukan pencoblosan mendekati hari H. Namun, tahun ini pendukung Republik itu bergerak lebih cepat tiga minggu dari biasanya dan mengikuti pencoblosan awal di sebuah mal di Phoenix. (Baca juga: Ibu Penyitas Covid-19 Jangan Berhenti Menyusui)
“Saya ingin suara saya dihitung. Pilpres tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Saya merasa cemas,” ujar lelaki berusia 47 tahun itu yang kini beralih mendukung Demokrat. Di Arizona, salah satu kawasan yang krusial, pencoblosan awal digelar sejak akhir pekan lalu. Antusiasme masyarakatnya juga tinggi, tapi mereka memiliki ketakutan serupa.
“Saya ingin memastikan suara saya tidak disobek-sobek dan tidak dibuang. Saya juga tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di tempat pencoblosan yang merusak demokrasi,” ujar Linda Cottrell, 70, yang mendukung Trump. “Kami semua merasa cemas tentang ini, terutama ketika mendekati hari H,” tambah mantan penulis tersebut.
Para ahli menilai pembludakan jumlah warga AS yang mengikuti pencoblosan awal disebabkan dua faktor. Pertama, akses terhadap pencoblosan awal lebih mudah. Kedua, tingginya antusiasme warga menyambut pilpres 2020 untuk melakukan perubahan. Saat ini, AS sedang menghadapi berbagai permasalahan, mulai kesehatan hingga ekonomi. (Lihat videonya: Diduga Depresi Sekolah Daring, Pelajar Nekat Bunuh Diri)
“Saat ini sangat jelas ada banyak warga yang mengikuti pencoblosan awal. Apa artinya? Artinya ada dua. Pertama, perubahan kebiasaan masyarakat yang ingin mengikuti hajat demokrasi. Mereka tidak ingin tertinggal sehingga mencoblos lebih awal. Kedua, aksesnya mudah,” kata Michael McDonald, profesor ilmu politik dari University of Florida. (Muh Shamil)
(ysw)