Pilpres Amerika Serikat, Dana Kampanye Biden Lampaui Trump
loading...
A
A
A
AS memiliki program pendaan publik untuk pemilu presiden yang berdiri sejak 1974. Selama dua dekade terakhir, lembaga tersebut telah memainkan peranan penting. Hingga akhir Agustus lalu, sebanyak 2,8 juta orang atau 0,86% dari populasi AS ikut berkontribusi sebesar USD200 atau lebih pada pemilu presiden.
Sekitar USD5 miliar diberikan oleh sebagian kecil rakyat AS. Lebih dari 44.000 orang atau satu perseratur dari 1% rakyat AS 328 juta telah memberikan sumbangan USD10.000 dengan total mencapai USD2,3 miliar. Kemudian, 2.635 orang atau pasangan telah menyumbangkan USD1,4 miliar atau seperlima dari kontribusi kampanye.
“Itu memunculkan kelompok uang gelap yang digunakan untuk mempengaruhi hasil pemilu,” kata Richard Briffault, profesor hukum dari Universitas Columbia. “Mereka tidak mengungkapkan identitas donasi. Mereka umumnya donor elite,” katanya. (Baca juga: Cukupi Nutrisi si Kecil di Masa Pandemi)
Posisi Politik Bunuh Diri Trump
Perfoma Presiden Donald Trump dalam pemilu presiden dianggap menunjukkan tren menurun di tengah berbagai isu miring yang menghantamnya. Mengetahui kemungkinan kekalahannya, Trump pun dianggap melakukan banyak kebijakan yang salah dan strategi kampanye tak bermutu yang justru merugikan dirinya karena melakukan politik bunuh diri.
Kebiasaan mengejek lawan politik pun masih dilakukan pada kampanye yang dihadiri banyak massa di tengah pandemi corona. Dia memperingatkan kalau Demokrat akan mengubah Amerika Serikat (AS) menjadi versi besar dari Venezuela. Dia juga mengejek Joe Biden dari Partai Demokrat berulang kali.
“Dia (Biden) tidak memiliki ide tentang apa yang dikatakannya! Bagaimana kamu akan mengalahkan pria itu?” tanya Biden, dilansir Reuters. “Selama bertahun-tahun, dia (Biden) dianggap orang yang bodoh,” tudingnya. (Baca juga: Waspada Politik Uang Jelang Pilkada Serentak)
Isu pesimistis tentang virus corona yang telah menewaskan lebih dari 215.000 orang di AS justru diubah dengan kampanye optimistis ala Trump. Meskipun dirinya sudah terinfeksi virus corona, Trump mengatakan vaksin akan segera datang.
Trump jarang sekali mengatakan program kerja yang akan dilaksanakan jika terpilih kembali selama empat tahun mendatang. Dia hanya mengubah retorika nasionalisme semata. “Kita akan tetap bertarung. Kita akan menang, menang, menang,” paparnya.
Apa yang dilakukan Trump memang sangat kontras dengan strategi Biden yang cenderung menghadirkan kampanye dalam jumlah massa yang sedikit. Namun, Biden lebih populer dibandingkan Biden. Demokrat lebih berkampanye dengan tidak terlalu menonjol dengan penekanan bahwa Presiden Trump bertanggung jawab penuh mengatasi pandemi.
Sekitar USD5 miliar diberikan oleh sebagian kecil rakyat AS. Lebih dari 44.000 orang atau satu perseratur dari 1% rakyat AS 328 juta telah memberikan sumbangan USD10.000 dengan total mencapai USD2,3 miliar. Kemudian, 2.635 orang atau pasangan telah menyumbangkan USD1,4 miliar atau seperlima dari kontribusi kampanye.
“Itu memunculkan kelompok uang gelap yang digunakan untuk mempengaruhi hasil pemilu,” kata Richard Briffault, profesor hukum dari Universitas Columbia. “Mereka tidak mengungkapkan identitas donasi. Mereka umumnya donor elite,” katanya. (Baca juga: Cukupi Nutrisi si Kecil di Masa Pandemi)
Posisi Politik Bunuh Diri Trump
Perfoma Presiden Donald Trump dalam pemilu presiden dianggap menunjukkan tren menurun di tengah berbagai isu miring yang menghantamnya. Mengetahui kemungkinan kekalahannya, Trump pun dianggap melakukan banyak kebijakan yang salah dan strategi kampanye tak bermutu yang justru merugikan dirinya karena melakukan politik bunuh diri.
Kebiasaan mengejek lawan politik pun masih dilakukan pada kampanye yang dihadiri banyak massa di tengah pandemi corona. Dia memperingatkan kalau Demokrat akan mengubah Amerika Serikat (AS) menjadi versi besar dari Venezuela. Dia juga mengejek Joe Biden dari Partai Demokrat berulang kali.
“Dia (Biden) tidak memiliki ide tentang apa yang dikatakannya! Bagaimana kamu akan mengalahkan pria itu?” tanya Biden, dilansir Reuters. “Selama bertahun-tahun, dia (Biden) dianggap orang yang bodoh,” tudingnya. (Baca juga: Waspada Politik Uang Jelang Pilkada Serentak)
Isu pesimistis tentang virus corona yang telah menewaskan lebih dari 215.000 orang di AS justru diubah dengan kampanye optimistis ala Trump. Meskipun dirinya sudah terinfeksi virus corona, Trump mengatakan vaksin akan segera datang.
Trump jarang sekali mengatakan program kerja yang akan dilaksanakan jika terpilih kembali selama empat tahun mendatang. Dia hanya mengubah retorika nasionalisme semata. “Kita akan tetap bertarung. Kita akan menang, menang, menang,” paparnya.
Apa yang dilakukan Trump memang sangat kontras dengan strategi Biden yang cenderung menghadirkan kampanye dalam jumlah massa yang sedikit. Namun, Biden lebih populer dibandingkan Biden. Demokrat lebih berkampanye dengan tidak terlalu menonjol dengan penekanan bahwa Presiden Trump bertanggung jawab penuh mengatasi pandemi.