Pemuda Turun ke Jalan Protes Kebrutalan Polisi, Kota di Nigeria Lumpuh
loading...
A
A
A
ABUJA - Aksi protes terhadap kebrutalan polisi di Nigeria telah membuat sejumlah kota terbesar di negara itu lumpuh dan mendominasi postingan di media sosial. Para demonstran yang merasa frustasi meluapkan kemarahannya dan memaksa pemerintah untuk mendengarkan tuntutan mereka.
Dari penggalangan dana secara online hingga influencer yang menarik banyak orang, kampanye tersebut telah menduduki puncak Twitter di seluruh dunia dan menerima dukungan dari beberapa selebriti ternama Afrika.
Di Lagos, Abuja, Port Harcourt, dan kota-kota lain, para pengunjuk rasa yang terdiri dari anak muda bernyanyi dan menari, membuat grafiti serta mengambil foto diri mereka sendiri untuk Instagram saat mereka mengacungkan poster bertuliskan "hentikan kekerasan polisi", "tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian".
"Ini belum pernah terjadi sebelumnya," kata Udo Jude Ilo dari Open Society Initiative di Afrika Barat, sambil menunjukkan bahwa protes di Nigeria biasanya diorganisir oleh partai politik atau serikat pekerja.
"Anak muda yang biasanya dianggap disingkirkan dari pemerintahan kini mengajukan pertanyaan sulit," imbuhnya seperti dilansir dari France24, Rabu (14/10/2020).
Gerakan itu pertama kali menargetkan Pasukan Anti-Perampokan Khusus (SARS) federal yang terkenal kejam setelah video seorang petugas yang diduga membunuh seorang pria menjadi viral.
Tagar "EndSARS" menjadi tren di seluruh dunia di Twitter akhir pekan lalu, bagian dari kampanye yang dipimpin oleh anak muda di negara terpadat di Afrika itu, di mana usia rata-rata adalah 18 tahun.
Pada hari Minggu, pemerintah Nigeria mengumumkan bahwa mereka membubarkan unit tersebut - yang telah lama dituduh melakukan penangkapan yang melanggar hukum, penyiksaan dan pembunuhan di luar hukum - dan badan independen akan menyelidiki aksi penyalahgunaan kekuasaan.(Baca juga: Tuntut Presiden Mundur, Demonstran Duduki Stasiun TV Pemerintah Mali )
Tetapi pemerintah yang sebelumnya telah berjanji untuk membubarkan unit itu tidak menindaklanjutinya, sehingga aksi protes terus berlanjut dan bahkan menyebar. Para pemuda di negara itu berjanji untuk meminta pertanggungjawaban pihak berwenang.
"Bukan berita bagi kami bahwa segala sesuatunya dikatakan tetapi tidak benar-benar dilakukan," kata Anita Izato, seorang pengacara muda yang berbasis di Ibu Kota Abuja.
Dari penggalangan dana secara online hingga influencer yang menarik banyak orang, kampanye tersebut telah menduduki puncak Twitter di seluruh dunia dan menerima dukungan dari beberapa selebriti ternama Afrika.
Di Lagos, Abuja, Port Harcourt, dan kota-kota lain, para pengunjuk rasa yang terdiri dari anak muda bernyanyi dan menari, membuat grafiti serta mengambil foto diri mereka sendiri untuk Instagram saat mereka mengacungkan poster bertuliskan "hentikan kekerasan polisi", "tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian".
"Ini belum pernah terjadi sebelumnya," kata Udo Jude Ilo dari Open Society Initiative di Afrika Barat, sambil menunjukkan bahwa protes di Nigeria biasanya diorganisir oleh partai politik atau serikat pekerja.
"Anak muda yang biasanya dianggap disingkirkan dari pemerintahan kini mengajukan pertanyaan sulit," imbuhnya seperti dilansir dari France24, Rabu (14/10/2020).
Gerakan itu pertama kali menargetkan Pasukan Anti-Perampokan Khusus (SARS) federal yang terkenal kejam setelah video seorang petugas yang diduga membunuh seorang pria menjadi viral.
Tagar "EndSARS" menjadi tren di seluruh dunia di Twitter akhir pekan lalu, bagian dari kampanye yang dipimpin oleh anak muda di negara terpadat di Afrika itu, di mana usia rata-rata adalah 18 tahun.
Pada hari Minggu, pemerintah Nigeria mengumumkan bahwa mereka membubarkan unit tersebut - yang telah lama dituduh melakukan penangkapan yang melanggar hukum, penyiksaan dan pembunuhan di luar hukum - dan badan independen akan menyelidiki aksi penyalahgunaan kekuasaan.(Baca juga: Tuntut Presiden Mundur, Demonstran Duduki Stasiun TV Pemerintah Mali )
Tetapi pemerintah yang sebelumnya telah berjanji untuk membubarkan unit itu tidak menindaklanjutinya, sehingga aksi protes terus berlanjut dan bahkan menyebar. Para pemuda di negara itu berjanji untuk meminta pertanggungjawaban pihak berwenang.
"Bukan berita bagi kami bahwa segala sesuatunya dikatakan tetapi tidak benar-benar dilakukan," kata Anita Izato, seorang pengacara muda yang berbasis di Ibu Kota Abuja.