Amankan Ladang Minyak, AS Bangun Pangkalan Militer Baru di Suriah

Rabu, 14 Oktober 2020 - 00:32 WIB
loading...
Amankan Ladang Minyak, AS Bangun Pangkalan Militer Baru di Suriah
Foto/Ilustrasi/Sindonews
A A A
DAMASKUS - Militer Amerika Serikat (AS) sedang mendirikan pangkalan militer baru di kota Gurun Badia al-Baghuz, Deir ez-Zor, hanya 1-2 kilometer dari perbatasan Suriah dengan Irak di sepanjang Sungai Efrat. Demikian laporan kantor berita Sputnik mengutip sumber-sumber lokal.

Pekerjaan di pangkalan itu dikatakan telah dimulai minggu lalu, dengan langkah-langkah pertama termasuk pembangunan helipad untuk mengamankan logistik. Sumber Sputnik juga mengatakan bahwa militan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) mayoritas suku Kurdi dikerahkan ke daerah sekitar pangkalan pada hari Senin untuk berjaga.

Dikutip dari media yang berbasis di Rusia itu, Kamis (14/10/2020), AS telah mendirikan tiga pangkalan ilegal di provinsi Deir ez-Zor Suriah, termasuk di dekat ladang minyak al-Omar dan pabrik gas Koniko, serta perbatasan administratif antara provinsi Deir ez-Zor dan Raqqa.(Baca juga: Moskow Kecam Pangkalan Militer AS di Ladang Minyak Suriah )

Dalam berita terkait, sumber suku di pedesaan Deir ez-Zor mengatakan kepada Sputnik bahwa pasukan AS dan milisi SDF telah melakukan penggerebekan selama tiga hari di rumah-rumah sipil di kota suku mayoritas Arab di Theban, al-Hawaij, al-Busirah dan al-Shuhail, menangkap lebih dari 50 orang.

Selama akhir pekan, penduduk Hasakah mengatakan kepada Kantor Berita Arab Suriah, SANA, bahwa konvoi 20 kapal tanker yang sarat dengan minyak meninggalkan wilayah Jazira yang diduduki AS dan SDF. Kapal tersebut menuju titik penyeberangan perbatasan ilegal Al-Waleed antara Suriah dan Irak. Bulan lalu, 35 kapal tanker lagi menyelinap melintasi perbatasan.

Pada hari Sabtu, seorang koresponden SANA juga melaporkan bahwa pasukan AS telah memperkuat posisi mereka di kota Hasakaha di tengah ketegangan dengan penduduk setempat.

Hasakah dan Deir ez-Zor adalah rumah bagi sebagian besar sumber daya minyak dan gas Suriah. Keduanya telah menjadi hotspot ketegangan antara pemerintah Suriah, penduduk lokal pro-Damaskus, pasukan SDF dan AS, serta milisi yang didukung Turki.

Sebelum perang saudara yang didukung asing dimulai pada tahun 2011, Suriah dapat menggunakan sumber daya minyaknya yang sederhana untuk mengamankan energi secara mandiri dan menghasilkan sekitar 20 persen dari pendapatan negara melalui ekspor.

Menunjuk pada sejumlah besar dana yang akan dibutuhkan untuk membangun kembali pasca konflik, Damaskus menuduh Washington sengaja berusaha untuk menghalangi upaya negara itu untuk merekonstruksi apa yang dihancurkan oleh terorisme yang terutama didukung oleh pemerintah AS sendiri.(Baca juga: Suriah: AS Terus Mencuri Minyak Melalui Irak, Kerja Sama dengan Kurdi )

Presiden AS Donald Trump telah berulang kali mengumumkan bahwa Washington akan "menjaga" sumber daya minyak Suriah, meskipun ada kekhawatiran bahwa tindakan tersebut dapat melanggar hukum internasional yang melarang penjarahan. (Baca juga: Heboh, Trump Klaim AS Mengamankan Minyak di Suriah )

Pada Oktober 2019, militer Rusia merilis laporan intelijen terperinci tentang kegiatan penyelundupan minyak AS, menuduh Pentagon, kontraktor swasta, CIA, milisi Kurdi, dan masalah energi Amerika mengirim minyak senilai USD30 juta ke luar negeri setiap bulan.(Baca juga: Rusia Rilis Foto Satelit Bukti AS Selundupkan Minyak Suriah )
(ber)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1043 seconds (0.1#10.140)